"Kakak kan udah bilang banyak kali. Won... kamu nggak boleh gitu. Udah, sabar aja. Mami sama papi nggak mungkin salah didik kita."

"Kalo nggak salah kenapa kakak pergi? Kakak pergi karna nggak tahan suasana rumah kayak gini kan?"

"Wonpil cukup. Kakak banyak tugas kamu istirahat aja, jangan lupa doa."

"Bentar lagi aku bakalan nyusul kakak kok."

"Itu terserah kamu, kamu masih kelas tujuh pikirin matang-matang."

"Aku nggak perlu mikir dua kali buat pergi kak. Malam kak, aku sayang kakak."

"Malam, kakak juga sayang kamu."

Taeyong matiin sambungan telepon kalo udah kayak gini dia juga harus nelpon Seungmin buat cari jalan tengah.

"Yes kak? Miss me?"

Sifat Wonpil sama Seungmin itu beda jauh. Wonpil lebih tertutup sedangkan Seungmin kebalikannya. Seungmin lebih mudah bergaul, percaya diri, dan lebih aktif dari Wonpil yang lebih milih nggak ribet dalam hidup. Bahkan ego mereka beda jauh, Seungmin yang karna bungsu lebih tinggi egonya dibanding Wonpil.

"Kapan sih kakak nggak kangen kamu?"

"Hehe... Wonpil udah cerita yah?" Seungmin yang udah tahu maksud kakaknta telpon langsung ngomong.

"Hmm gitu. Berantem karna apa kalian?"

"Salahku sih kak, aku ngajak dia main lari-lari tapi dia nggak mau dan kita berantem ujung-ujung dia yang disalahin."

"Yah kamu sih kenapa mau main lari-lari? Udah tahu darah rendah."

"Hehe... nggak papa pengen aja."

"Kamu yang cari gara-gara. Kalian ini akur dong... kenapa sih sama kalian? Udah SMP loh kalian."

"Walau kita kembar kita nggak mirip kak. Aku sama dia beda dan kita juga bisa berantem."

"Iya kakak tahu kalian beda. Tapi kalian jangan berantem terus dong udah tahu mami sama papi nggak suka anaknya berantem."

"Jadi harus munafik dan ngalah terus nyimpen sakit hati kayak kakak gitu?"

"Seungmin kamu apaan sih."

"Kakak nggak usah pura-pura. Aku emang anak bungsu kak, tapi aku tahu semua."

"Kamu dimana sekarang?"

"Tenang aja kak, mami sama papi lagi nggak di rumah aku di kamarku."

Taeyong hembusin nafas lega. "Baikan sana sama kembaranmu. Sekali-kali kalian jadi satu timlah. Kamu yang minta maaf karna kamu yang salah "

"Nanti liat aja kak."

"Kalian ada masalah apa sih sebenarnya? Kalian nggak pernah cerita loh semenjak kakak tanya. Kakak tahu kalian dulu itu kemana-mana selalu bareng tapi kenapa waktu umur sepuluh tahun kalian renggang?"

"Bukan apa-apa kak. Udah aku mau istirahat. Byeee kakak, aku sayang kakak."

"Hah... selalu aja gitu. Kakak juga sayang kamu."

Taeyong letakin hpnya di atas meja terus ngusap wajahnya. Selalu aja gini masalah dua adeknya, berantem, dimarahin, sakit hati. Taeyong nggak pernah tahu apa yang terjadi sama adek kembarnya di umur sepuluh tahun yang ngebuat hubungan mereka renggang.

Dulu mereka berdua nggak bisa dipisah, kek perangko nempel terus. Tapi nggak tahu kenapa waktu mereka masuk umur sepuluh tahun semua berubah dan itu ngebuat Taeyong bingung. Dua anak itu bahkan mohon sama orang tua mereka buat misahin kamar dengan alasan mereka udah dewasa padahal dulu minta kamar mereka disatuin.

Mami sama papinya kaget tapi iyain kemauan anak kembarnya karna sayang. Mulai dari situ Taeyong curiga tapi tiap kali dia tanya mereka bilang nggak papa dan selalu ngehindar.

"Kalian tuh kenapa sih?" Taeyong natap bingkai foto dia sama adek-adeknya waktu mereka masih kecil yang kelihatan bahagia banget.

***
Paginya anak-anak 10 IPS udah siap di kelas dan lagi nunggu Heechul buat masuk dalam kelas.

"Luka lo gimana Jun?" Jungwoo balik badan natap Xiaojun sambil nunggu paling asik itu ngobrol.

Xiaojun senyum. "Lumayan, udah bisa ketawa." Xiaojun tunjukin luka di ujung bibirnya yang udah mulai sembuh.

"Bagus deh. Masalahnya udah selesai?"

Xiaojun ngangguk. "Udah aman." Jawab dia yang jelas-jelas aja bohong.

Nggak lama Heechul masuk terus langsung mulai devosi pagi. Selesai devosi mereka lanjut belajar Ekonomi Akuntansi pelajaran yang butuh tingkat kefokusan yang tinggi.

"Semaput ini mah... " Yuta udah geleng-geleng liat bukunya yang penuh sama angka-angka.

"Selesai gue!" Jaehyun senyum terus letakin pensilnya.

Yuta yang ada di sebelah Jaehyun kaget. "Otak lo dibuat dari apa sih? Kok cepet?"

"Dari emas." Jaehyun jawab enteng terus balik badan buat natap Taeyong.

Taeyong yang juga udah selesai natap Jaehyun. "Kenapa?"

"Yeee malah ngambil kesempatan dalam kesempitan sih Jepri." Yuta geleng-geleng terus lanjut buat tugasnya daripada dia harus liat drama menjijikannya Jaehyun sama Taeyong yang nggak jadi-jadian.

"Udah selesai?" Jaehyun nanya ke Taeyong.

Taeyong ngangguk. "Udah."

Jaehyun ngangguk terus balik badan lagi dan mainin hpnya. Lihat kan gabutnya Jaehyun itu kek mana :))

Setengah jam lewat. "Anak-anak lima menit lagi kumpul!" guru Ekonomi mereka ngomong.

"Yes! Tinggal satu lagi." Yuta udah seneng karna perhitungannya udah mau selesai.

"Selesai!" Hwasa di depan udah seneng sambil letakin pensil atas meja nggak santai.

Guru Ekonomi berdiri. "Yang udah selesai boleh kumpul."

Yuta banting pensil di atas meja. "Selesai anjir! Jep dapat berapa lo hasil akhirnya?"

Jaehyun berdiri natap kertasnya. "Satu juta pas."

Yuta langsung buletin matanya. "Ah! Salah lo. Yong, lo dapat berapa?"

"Sama, satu juta pas."

Yuta geleng-geleng. "Jungwoo dapa brapa ngana?" [Jungwoo dapat berapa lo?]

"Satu juta juga." Jungwoo nunjukin kertasnya.

"Anak-anak waktu udah habis silahkan kumpul!"

Yuta langsung panik. "Weh! Masa gue dapat sepuluh juta?"

"Anjirrr! Lo hitung pake kalkulator apa bangsat?" Doyoung yang denger udah ngakak.

Ujung-ujung tetep dikumpulin aja walau nggak lulus yang penting ada nilai. Selesai jam pelajaran Ekonomi lanjut jam istirahat dan anak-anak 10 IPS udah mau jalan ke kantin.

Waktu keluar mereka pas-pasan sama kakak kelas 12 IPS yang udah siap sama jas lab.

Xiaojun natap Hendery yang baris paling depan, mereka tatap-tatapan tapi cuma nggak lama banget karna Hendery mutusin tatapan mereka  duluan. Hendery masih marah sama dia ternyata.

Hwasa yang sadar langsung samperin Xiaojun. "Berantem lo berdua?"

Xiaojun natap Hwasa terus senyum kecil aja. "Nggak kok."

"Bohong lo sama gue." Hwasa toel-toel pipinya Xiaojun.

"Yah... setiap hubungan ada pasang naik pasang surut Hwa. Udah ah! Ayo kantin."

Xiaojun narik Hwasa buat ngejar anak-anak lain yang udah jalan duluan. Bukan nggak mau cerita tapi dia nggak mau liat Hendery kayak gitu ke dia. Sakit aja rasanya liat Hendery kayak gitu. Selama ini yang dia kenal Hendery yang baik, romantis, perhatian, dan humoris. Bukan Hendery yang dingin kayak tadi dengan tatapan yang kecewa.


































|||||||

Henxiao bersantem nih:D

NCT: Cerita Kita [END]Where stories live. Discover now