Jika memang hal seperti itu terjadi dan kasusnya menjadi besar, nama baik Akademi selama bertahun-tahun akan tercoreng, dan orang diatas pasti akan lebih suka mengubur kasus tanpa penanganan yang seharusnya. Sebelum itu terjadi, harus dihentikan selagi bisa,...batin Khun langsung berdiri dari duduknya.

"Aku akan memeriksa UKS sebentar, ada yang mau ikut?" Khun melihat Endorsi dan Shibisu yang sibuk saling melempar ejekan satu sama lain, Lauroe yang tertidur di sofa dan Hatz yang melatih ayunan pedang rotannya. Mereka semua mengabaikan Khun.

Memutar mata malas, Khun memilih pergi sendiri. Dia baru saja akan keluar saat pintu terbuka, menampilkan seorang gadis yang memiliki wajah paling biasa saja di seluruh Akademi. Rambut pirangnya yang kusam di ikat ekor kuda dan pakaiannya di pakai serapi mungkin sehingga membuat dia tampak segar. Menutupi kekurangannya dalam hal kualitas wajah,

"Ketua, anda hendak keluar." Ujar gadis itu, Rachel, sembari mengangguk ringan sebagai sapaan.

Khun balas mengangguk, melihat kebelakang gadis itu, dia melihat gadis yang menjadi primadona di klub teater, Ha Yura. Setelah menyapa dengan sikap tidak dingin maupun hangat, Khun langsung pergi meninggalkan mereka. Dari kejauhan dia masih bisa mendengar seruan jengkel Endorsi yang seakan mengajak Rachel untuk bertengkar.

Khun menggeleng pelan. Entah apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya, tapi Khun yakin bahwa kedua gadis itu tidak akan pernah bisa akur. Entah apa penyebab nya, Khun tidak pernah bertanya baik pada Endorsi maupun Rachel. Itu masalah pribadi mereka, jadi biarkanlah.

Melihat papan pengenal di atas pintu ruang kesehatan, Khun langsung mengeser pintu terbuka. Dia baru saja melangkah masuk saat suara gaduh akan sesuatu yang jatuh terdengar. Satu gulungan perban mengelinding hingga menabrak sepatunya. Mengambil perban itu, Khun mengangkat pandangannya kearah asalnya.

Di salah satu ranjang UKS yang paling dekat dengan jendela dan tersembunyi di balik tirai pemisah. Sinar matahari yang lewat membuat Khun bisa melihat siluet seseorang yang bersembunyi disana.

Tidak ada guru ataupun dokter yang menjadi pengawas di UKS karena mayoritas semua murid yang ada memiliki dokter pribadi ataupun pelayan pribadi yang mengikuti mereka untuk bersekolah disini. Pada dasarnya Akademi hanya menyediakan tempat yang mencukupi dan fasilitas UKS sebagai hal formalitas karena para siswa juga pada dasarnya membawa obat mereka sendiri.

Hanya sedikit siswa yang memakai fungsi UKS yang sebenarnya. Mereka yang berhasil masuk dengan cara beasiswa dan juga para korban bully. Hanya dua jenis itu lah yang biasanya memakai UKS. Dan juga pada dasarnya mereka yang menjadi siswa dengan beasiswa adalah mereka yang juga menjadi korban bully.

Mengambil langkah panjang, Khun dengan cepat menyibak tirai putih. Mata kobaltnya membola terkejut melihat siapa yang bersembunyi disana. Bocah yang beberapa hari yang lalu memberinya bekal makanan tampak meringkuk di sudut ranjang, melindungi kepalanya dengan tangan gemetar.

Ada banyak luka dan memar di seluruh kulitnya yang terpapar, perban dan apapun itu yang dijadikan sebagai penutup luka tampak berantakan, jelas dipasang terburu-buru tanpa luka-luka itu di bersihkan terlebih dahulu. Melirik kebawah, seprai putih yang membalut ranjang UKS bahkan tampak kotor dengan warna merah darah dan hitamnya tanah.

Apa pembullyan di Akademi memang sudah separah ini? Sejak kapan?

"Baam,..."

Tubuh kecil itu tersentak terkejut, kepala coklat itu dengan cepat terangkat mengungkap mata emas yang tampak basah dengan air mata. Baam sedikit tertegun sejenak sebelum kemudian dengan cepat mencoba bangkit, hendak pergi. Tapi dihentikan oleh Khun segera.

"Hei, luka-luka itu, kau harus merawatnya terlebih dahulu."

Baam diam. Tubuhnya masih gemetar ketakutan, tapi dia sudah lebih tenang dibandingkan saat Khun pertama kali melihatnya. Membawa Baam kembali untuk duduk di ranjang UKS, Khun pergi mengambil kotak pertolongan pertama yang berada di nakas samping ranjang. Melihat itu tampak berantakan, jelas Baam menggunakannya sebelum ini dan itu cukup asal.

Khun sudah mendengar kondisi keluarga Baam sebelum ini. Bagaimanapun kedua orang tua Baam adalah teman lama Ayahnya. Dikatakan karena kedua orang itu sangat mencintai putra mereka satu-satu nya, keduanya menjadi terlalu memanjakan Baam sehingga Baam menjadi anak yang hanya berbakat di bidang akademik namun lemah di bidang lain. V dan Arlene terlalu overprotektif dan tidak membiarkan Baam untuk berlatih bela diri atau bahkan berolahraga dengan benar.

Khun diam-diam mencela sikap ini. Apa yang kedua orang itu pikirkan? Bagaimana putra mereka bisa bertahan di dunia yang penuh dengan kompetisi dan tak ubahnya rimba ini jika mereka membesarkan putra mereka seperti membesarkan tanaman hias? Pada akhirnya tanaman hanya akan di injak oleh makhluk hutan.

Mata emas itu menatap Khun lamat. Melihat pemuda biru itu sibuk merawat lukanya. Baam nyaris tidak mendaftarkan rasa sakit yang ditimbulkan saat Khun membersihkan lukanya dengan alkohol. Cara Khun menerapkannya sangat lembut dan halus sehingga rasa sakit yang timbul bisa Baam tolerir.

"Terima kasih, Khun benar-benar orang yang baik."

.

.

.

Tbc~ 
Hai semua, btw aku mau jelasin kalau ff ini emang singkat tiap bab nya karena ceritanya sendiri ngk terlalu berat-berat amat dan bisa dibilang hanya sebatas shortstory.

Sebelumnya aku mau bikin perbab nya itu 3k word, tapi karena masalah penempatan plot dan cliffhanger di tiap akhir bab. Aku memilih untuk membagi satu bab itu menjadi beberapa bab yang lebih singkat. Selain itu juga bikin aku lebih mudah menyusun jalan ceritanya.

Maaf kalau ada yang kurang puas karena pendeknya tiap bab. Dan terima kasih untuk para readers yang cepat tanggap banget baca dan voment cerita ini, sekali lagi terima kasih.

11 Juli 2020

[BL] Thriller Academy ✓Where stories live. Discover now