Oh, jadi itulah alasan kenapa gadis ini mendadak mencengkram lenganku erat.

Pintu terbuka dan kami disambut dengan ruangan bernuansa putih dan krem dengan gaya klasik modern yang cantik banget.

Dibalik kursi itu kutebak adalah sosok yang membuat semua sitem keamanan di sini.

"Kenalin, dia kakak gue," gadis itu beralih menatap jengkel kursi itu. "Kak! Nggak usah sok misterius!"

Saat kursi itu memutar, aku terperangah. Sialan! Aku tidak percaya dengan yang kulihat!

"Hai, Black Mask, atau bisa gue sebut-"

Buru-buru aku memotong ucapannya karena sepatu yang kugenakan telah melayang hampir mengenai paras tampannya telak jika saja dia tidak berkelit.

"Hwang Bangsat Hyunjin!"

Persetan, dia sudah tahu siapa aku jadi bebas saja aku menghajarnya sekarang.

"Gue aktor yang bagus kan?"

Ya, terlalu bagus sampai aku tidak menyangka.

Hwang Hyunjin anak dari Hwang Jinyoung pemilik perusahaan properti terbesar kedua juga diam-diam menjalankan perusahaan penyidikan semacam FBI hanya saja berbeda level namun tetap saja mematikan.

Tugasnya adalah menyelinap masuk ke dalam bisnis-bisnis gelap semacam usaha yang dikelola Mom dan Dad di Rumah Ujung, Gang Kotor.

Sama seperti Mom dan Dad, ada anak asuh yang dibesarkan dan kini sudah tersebar luas di seluruh wilayah untuk ya... Melawan mahakarya ciptaan Mom dan Dad atau semacamnya.

"Karena kita udah sering bareng hampir 24/7 jadi lo nggak usah capek-capek pakai topeng dan alat perubah suara."

"Sialan," umpatku sambil menanggalkan topeng dan alat perubah suara. "Kalau lo nggak bisa melindungi gue, berarti lo nggak bisa melindungi nyawa banyak orang."

"Tentu saja, gue usahakan, ya kan, Yeji?"

"Iya kak!"

Dunia itu sempit.

.

[CTRL + C]

.

Chan


Kalau sedang senggang biasanya aku bakalan membuat musik menggunakan macbook pro 13inch yang sudah kuanggap seperti pacarku, harta karunku, belahan jiwaku.

Karena terlalu asik berkutat dengan melodi-melodi tanpa sadar ada notifikasi bahwa batrai laptopku lemah. Perlu charge.

Dan sialnya, aku lupa menaruh charge itu.

Kuingat-ingat kembali dimana terakhir kali aku men-charge laptop ini, soalnya kalau diingat dimana terakhir kali aku menggunakan laptop sudah pasti aku tidak bakalan menemukan jawabannya karena laptop ini kubawa kemana-mana, setiap ide masuk pasti kucatat dalam laptop ini.

Argh! Berapa lama aku mengingat tapi tidak menemukan hasil. Laptopku masih bisa menyala namun dayanya lemah, aku tidak ingin menyakitinya terlalu jauh. Jadi aku memutuskan untuk sejenak mengambil es krim yang kubeli kemarin dan memakannya.

Oh! Aku ingat!

Buru-buru aku ke kamar salah satu sohibku. Memang kurang sopan sih, tapi kalau mau meminta ijin pemiliknya sedang keluar mengantarkan Changbin yang tengah ke tempat sercive handphone.

Bukan hp nya kok, melainkan hp milik Olivia yang... yah dilempar Jisung.

Aku masuk dan mengambil charger yang sudah terlihat di mata sejak pintu ini terbuka.

Bahagianya bisa menemukan penyambung hidup laptopku.

Karena saking bahagianya aku sampai tidak sadar berjalan dengan mata tertutup—terlalu menghayati kebahagaiaanku—hingga aku tersandung sesuatu.

Action figur milik Woojin yang ada di lantai. Kenapa benda mahal seperti itu ada di lantai sih? Pasti dia tidak sengaja menjatuhkannya.

Aku memungutnya, dan saat menunduk aku melihat sesuatu di bawah kolong tempat tidur.

Terlihat seperti topeng?

Pada dasarnya manusia dilahirkan dengan sifat kepo, jadi... karena aku manusia aku kepo sekarang.

Aku mencoba meraih benda itu membawanya keluar dari kolong tempat tidur.

Topeng kelinci seperti salah satu tokoh cuma... siapa? Aku lupa.

Topeng itu terlihat masih bagus, dibungkus plastik dengan rapi. Kubalik sisi topeng itu dan menemukan sesuatu lagi.

Alat perubah suara? Kenapa Woojin menyimpan benda-benda ini?

Dia membutuhkannya atau hanya untuk koleksi semata? Tapi kalau barang koleksi baisanya ia letakkan di tempat ia sering melihatnya—untuk kebahagiaan diri bahwa dia bisa mengumpulkan uang untuk membeli barang tujuannya.

t-tunggu!

Apa mungkin...

"Nggak baik menyentuh barang milik orang lain sembarangan woy!"

Itu suara Woojin dengan tawa khasnya.

"Ah sori! Action figur lo ada di lantai bego, ingat susahnya lo beli ini."

"Ya ampun! Sayangku kok bisa ada di bawah sih?"

Kutahu, dia tidak bisa menyembunyikannya. Matanya sempat bergetar khawatir dibalik tawanya barusan.

Siapa Woojin sebenarnya?

END

┊  ┊ ┊

┊  ┊ ┊

┊  ┊ ✫

┊ ⊹ ⋆

┊.



꒰🖇꒱  Alhamdulillah... finally bisa sampai ending :D

Terimakasih sebanyak-banyaknya sudah menyempatkan buat baca, vote, komen, di lapak abal-abal ini.

Maaf atas semua typo, kesalahan, kalimat menyinggung, dsb.

(Sssttt... mau S2 nggak? Hwhwhwh)

Oh ya, kalau nggak WB aku bakal bikin ekstra chapter yang isinya menceritakan bagian-bagian yang masih berlubang—atau nggak usah ya?

Omong-omong, fyi, buku ini terinspirasi sama lagu Mixtape : On Track

Baiklah, sekian! Sekali lagi terimakasih banyak! ♡꙼̈ ࿐ ࿔

━━━━ ━

[1] CTRL + C ✓Where stories live. Discover now