Aku tidak tahu harus merespon apa, terlalu menggiurkan, tapi... aku takut.

"Kalau tidak percaya, coba pikir, sistem keamananmu bukan sitem yang mudah ditembus, tapi aku menembusnya dan saat kamu mencoba balik menyerang kamu gagal, jadi lebih hebat mana, aku apa dirimu? Sudah teruji kan kalau aku bisa melindungimu."

Kalau aku sebuah PC mungkin kini aku sudah lag atau buffering.

"Oke, kalau kamu setuju aku akan memberimu sesuatu yang akan berguna."

✁・・・

Aku berdiri di depan rumah, ah tidak, terlihat seperti istana. Aku diijinkan memakai topeng, tapi bukan topeng yang biasa kugenakan untuk bertugas dengan mahakarya Mom dan Dad, melainkan topi kelinci milik Frank Subway Surfers.

Alat perubah suara juga masih kugenakan untuk melindungi identitasku. Bisa saja ini jebakan jadi aku sudah menyiapkan banyak rencana untuk kabur dari istana itu.

Omong-omong butuh berhari-hari untuk bisa mengetahui seluk beluk rumah itu, karena keamanan rumah itu tinggi banget, dua kali lipat dari keamanan yang biasa kupakai.

Yep, di sanalah tempat orang yang bisa menerobos keamananku.

Dengan menujukkan pin—benda yang dikirim orang itu lewat paket setelah aku menyetujui tawarannya (Ya aku pengkhiat di sini!)—penjaga di sana membungkuk dan mempersilahkanku masuk.

Saat aku sudah berada di anak bangunan—begini, ada dua macam bangunan, bangunan utama dan anak bangunan—yang luasnya tidak main-main, ada gadis yang menjemputku. Rupanya usianya sepantaran denganku.

Dia memiliki mata kucing yang indah, senyumnya juga begitu memesona. Terlihat lincah dan atraktif, juga anggun dan mematikan sekaligus.

Rambutnya yang diikat pony tail bergoyang seirama dengan langkah kakinya yang riang. Yep, dia jalan dengan setengah melompat seperti anak kecil, namun tetap saja tidak membuat hawa mematikan dalam dirinya hilang.

Kami sampai di sebuah pintu setelah melewati lorong-lorong. Saat pintu itu terbuka, aku langsung disambut dengan ruangan kosong, hanya ada tungku perapian di sana.

Gadis itu berjongkok di depan tungku, menyentuh kayu yang ada di dalam tungku, memutarnya searah jarum jam sebanyak 130°.

Lalu di samping tungku, tembok itu bergeser, ah bukan tembok melainkan pintu rahasia.

Ya ampun, kukira yang beginian hanya ada di film-film!

"Jangan terperangah, padahal tempatmu sendiri juga memiliki lorong-lorong yang bisa dirubah arahnya dengan tuas dan bisa membawa ke beberapa ruangan tersembunyi yang berbahaya," ujar gadis itu riang.

Gadis itu menggamitku untuk berjalan masuk ke balik pintu.

"Bawa pin kan? Pinku ketinggalan."

Aku mengangguk, menyerahkan pin sebesar kancing baju kepada gadis itu.

"Thanks."

Gadis itu meletakannya di tempat semacam lemari kecil yang menyatu dengan sisi ruangan itu. Lalu seketika ruangan ini bergerak turun kebawah.

Kusadari kalau tempat yang kupijak sekarang bukanlah ruangan, melainkan lift khusus yang membawa kami ke tempat khusus pula.

"Nggak punya claustrophobia* atau nyctophobia** kan?"

(*phobia tempat sempit
**Phobia kegelapan)

Aku menggeleng.

"Bagus deh, soalnya gue lagi berusaha melawan claustrophobia gue," ucapnya dengan tertawa.

[1] CTRL + C ✓Where stories live. Discover now