Oh ya? Apa hanya sebatas halusinasiku?
Tubuhku diangkat, lalu setelah itu aku memejamkan mataku. Terlalu pusing.
Saat aku sadar aku berada di sebuah kamar. Langit-langitnya asing, begitu pula kasur empuk dan selimut tebal yang kini kurasakan.
Aku pasti sudah berada di akhirat. Haha.
"Sudah bangun? Akhirnya... kukira paman tukang roti memukulmu sampai mati," kelakar pria itu. "Panggil Dad, sekarang aku akan mengangkatmu menjadi anakku. Anak pertamaku."
✁・・・
Sebagai anak pertama, tentu saja harus bertugas melindungi adik-adiknya bukan?
Sudah dua tahun sejak aku menjadi anak asuh rumah ini. Banyak hal terjadi di sini. Aku mempelajari banyak hal yang tidak kupelajari sebelumnya. Aku sadar, kebaikan mereka harus ada imbalannya.
Aku tahu jelas kalau aku tidak diasuh semata-mata karena mereka orang yang mulia mendirikan rumah asuh untuk Tikus Kecil sepertiku di tengah kawasan kumuh seperti ini. Aku hanya sedang dipersiapkan untuk sesuatu.
Mom dan Dad butuh wadah untuk menyalurkan ide-idenya, dan wadah yang dimaksud adalah anak-anak yang memiliki potensi.
Untungnya selama dua tahun ini apa yang Mom dan Dad ajarkan kepadaku bukan hal yang sama seperti yang mereka ajarkan kepada anak asuh lainnya.
Sekali lagi, aku hanya disiapkan untuk menjadi penjaga dari adik-adikku, tentu saja tugas itu berkali-kali lipat lebih berat.
Selama dua tahun ini aku sama sekali tidak tahu menahu dengan paras adik-adikku, begitu pula suara mereka.
Satu peraturan aneh di rumah ini—dimulai sejak Mom dan Dad mulai mengangkat anak asuh setelah aku—kami diwajibkan memakai topeng dan alat perubah suara setiap kami keluar dari kamar.
Kami tidak bisa bencengkrama layaknya sesama saudara, boro-boro, sejak awal aku tahu Mom dan Dad memang menyulut rasa kompetitif diantara mereka semua.
Satu lagi, ada aturan di meja makan.
Pada pagi mereka akan belajar ke sekolah seperti biasa sama sepertiku, saat pulang akan ada pembelajaran lagi dari Mom atau Dad, entah apa, hanya saja hal itu yang akan menentukan posisi kursi mereka di meja makan juga makanan apa yang akan mereka makan nantinya.
Ada sistem peringkat, yang terendah mendapatkan tempat paling ujung dekat tempat sampah dan makan roti keras dengan segelas air putih. Intinya bagi ranking terakhir, makanan yang ia dapat lebih cocok untuk makanan hewan.
Sebaliknya semakin tinggi peringkat mereka, maka makanan mereka semakin mewah, daging sapi yang dimasak dengan beragam rempah yang begitu menggiurkan dan macam-macam.
Pas sekali untu memacu rasa permusuhan diantara mereka.
Yep, mereka memang dilatih untuk menjadi nomor satu, hanya saja mendapatkan posisi itu diperbolehkan memakan temannya.
Hal aneh lainnya lagi, rambut setiap anak dicat dengan warna yang berbeda.
Aku menganalisa hal ini cukup lama dan baru menemukan jawabannya akhir-akhir ini—saat aku SMA sekarang—semakin gelap warna rambut berarti anak itu siap dilepas ke dunia luar.
Paham?
Contohnya Xion.
Aku tahu sebelum cewek itu keluar dari Rumah Ujung—tempat Mom dan Dad membesarkan maha karyanya—rambut cewek itu mengalami perubahan yang lebih sering dari pada yang lainnya.
YOU ARE READING
[1] CTRL + C ✓
Mystery / ThrillerKepsek kami memberi tugas yang rada aneh, tapi tetap kami lakukan lantaran dihadiahi jam kosong serta keistimewaan lain. Namun, di beberapa ruangan yang sering kami santroni mendadak teman-teman kami tergolek dengan riasan yang bagus banget, seperti...
Epilog
Start from the beginning
![[1] CTRL + C ✓](https://img.wattpad.com/cover/222033251-64-k672192.jpg)