Uang itu jumlahnya tidak banyak dan habis dalam beberapa hari meski aku menghematnya dengan cara apapun. Kenapa aku tidak memulai usaha agar uangnya bisa berputar? Jawabannya aku tidak punya teman.
Perundungan, hal itu yang terjadi padaku.
Kabar buruk menyebar dengan cepat. Semua menjauhiku, jijik dengan kakakku yang merupakan wanita panggilan. Yah, masalah klasik.
Sejak uang pemberian kakak habis, aku memutuskan untuk berhenti sekolah. Maaf, apa gunanya sekolah sekarang? Bertahan hidup jauh lebih penting kan?
Pihak sekolah juga tidak terlalu peduli denganku. Anak miskin yang berani-beraninya bersekolah diantara anak-anak kaya, apa sih artinya aku di mata mereka? Lalat tidak berguna. Lupakan semua prestasiku yang mendongkrak popularitas sekolah. Uang bisa menjadi tuhan di sana.
Selanjutnya hidupku jadi rada berat. Mencari pekerjaan untuk anak putus sekolah itu sulit, orang-orang memalingkan wajah, sekali lagi, berharap dalam hati mereka ada orang lain yang menolong dan mereka hanya tinggal bersorak.
"Wah, kamu baik sekali."
"Semoga Tuhan memberkatimu."
"Mulianya hatimu."
Haha.
Sekalinya aku mendapat pekerjaan, mereka tidak membayarku dengan layak. Katanya aku hanya anak dengan ijazah SD yang tidak terlalu pantas menerima upah tinggi, jika aku lulus SMP mungkin mereka bisa sedikit mempertimbangkan gajiku.
Halah.
Tidak lama aku kehilangan pekerjaanku sebagai tukang cuci dan menjadi gelandangan. Kenapa?
Rumah peninggalan nenek telah menjadi milik orang lain. Tentu saja kakakku yang menjualnya tanpa kutahu.
Aku terlunta-lunta di jalan, mengais sisa makanan dari tempat sampah, terkadang jika beruntung aku bisa mendapatkan buah-buahan dari taman kota.
Tapi, keberuntungan tidak datang setiap hari, dan kusadari mengais dari tempat sampah hanya membuatku mati secara perlahan tanpa pernah mencapai tujuanku. Aku mulai mencuri dan mencuri.
Hingga aku bertemu dengan pencuri lainnya, di sebuah daerah yang jauh dari keramaian kota. Terlihat seperti kota kecil yang mati karena bangunan depannya sebagian hancur tidak direnofasi lantaran ditinggal pemiliknya.
Tempat yang cukup mengerikan karena selain itu letaknya yang ada di balik pepohonan rimbun.
Aku masuk ke kawasan itu meski takut,a tapi setidaknya bangunan itu bisa menjadi tempatku untuk berteduh, atau kalau hoki ad pakaian yang ditinggal pemiliknya. Haha.
Disalah satu rumah yang terlihat tidak terlalu berdebu di terasnya, aku masuk dan disambut beberapa anak seusiaku atau bahkan ada di bawahku.
Kami akrab dengan cepat, mungkin karena nasib kami yang hampir sama.
Disitulah peran kami menjadi Tikus Kecil di Gang Kotor. Nama tempat itu, kata teman-temanku yang sudah jauh lebih lama di sini.
Tikus kecil adalah pencuri di sini. Menyelinap dan lari saat ketahuan. Beroprasi pada pagi hari karena sebagian besar pemilik toko tutup pada saat itu.
Hampir bisa dibilang Gang Kotor memiliki sistem nokturnal.
Dan pagi itu aku sedang tidak beruntung. Aksiku dipergoki oleh paman tukang roti yang memiliki tampang gahar begitu juga hatinya. Tidak ada rasa simpati.
Well, memang sih aku sama sekali tidak pantas menerima belas kasihan orang lain. Aku hanya hama yang harus dibasmi.
Pagi itu kurasakan ajalku segera tiba. Pusing rasanya sampai membuka matapun jadi hal yang sulit. Samar-samar ada sedikit percakapan. Ada orang lain yang peduli padaku?
YOU ARE READING
[1] CTRL + C ✓
Mystery / ThrillerKepsek kami memberi tugas yang rada aneh, tapi tetap kami lakukan lantaran dihadiahi jam kosong serta keistimewaan lain. Namun, di beberapa ruangan yang sering kami santroni mendadak teman-teman kami tergolek dengan riasan yang bagus banget, seperti...
Epilog
Start from the beginning
![[1] CTRL + C ✓](https://img.wattpad.com/cover/222033251-64-k672192.jpg)