Part 2✨

36.8K 1.8K 36
                                    

"Niana mau pilih yang mana?" Tanya Wirna lembut pada Niana yang berdiri di sampingnya. Mata gadis kecil itu masih sibuk memilih es krim di etalase. Wirna memilih mengajak Niana ke kafe yang lumayan ramai siang itu. Berhubung jam istirahat, banyak pegawai yang bekerja di sekitar kafe, memilih makan disana.

"Mau yang mana?" Tanya Wirna berulang kali ketika Niana tak kunjung menyebut es krim pilihannya. Niana masih bingung melihat berbagai warna di dalam etalase. Sudah lima belas menit mereka berdiri di depan etalase, beberapa kali juga mereka harus merelakan nomor antrian mereka pada orang di belakang.

"Ini, aunty," tunjuk Niana pada etalase. Pilihan Niana jatuh pada es krim rasa vanilla campur cokelat. Wirna segera memesan dua cup es krim untuk Niana dan untuk dirinya sendiri. Mereka kemudian berlalu pada etalase lain yang berisi beraneka ragam cake.

Di sana mereka tak perlu berlama-lama, karena Niana langsung menunjuk kue yang di inginkan. Setelah memesan mereka berlalu mencari tempat duduk, menunggu pesanan mereka.

"Duduk disana, yuk," ajak Wirna. Tempat duduk yang di pilih Wirna terletak di pojok dekat jendela. Meja mini berbentuk bundar dan tiga kursi terletak di sisi meja. Sebelum duduk Wirna menarik satu kursi agar berjajar dengan kursinya. Kemudian menyuruh Niana duduk di samping jendela, kemudian Wirna duduk sebelahnya. Dari posisi duduknya Wirna masih bisa melihat jalanan yang ramai kendaraan dan di seberang merupakan kantor tempatnya bekerja.

"Terima kasih," ucap Wirna tersenyum manis pada pelayan yang baru saja mengantar pesanan mereka.

Wirna kemudian menggeser es krim dan cake di depan Niana, sesuai pesanan gadis kecil itu. Setelahnya, Wirna mengambil es krim dan cake yang tersisa di depannya. Wirna melihat tangan dan kaki gadis itu bergerak-gerak senang, mata Niana terus mengikuti gerakan Wirna ketika menggeser satu cup es krim dan sepiring rainbow cake.

"Gimana, enak?" Tanya Wirna pada Niana yang saat itu menyendok es krim ke dalam mulutnya. Kepala Niana mengangguk senang, kedua ibu jarinya mengacungkan jempol. Mau tak mau Wirna melengkungkan kedua sudut bibirnya.

Mereka makan dengan diiringi canda tawa. Niana tak ada hentinya berceloteh tentang berbagai hal. Sesekali Wirna mengusap bibir Niana menggunakan tissue atau mengusap pucuk kepala Niana sebagai tanggapan bahwa Wirna mendengar celotehannya. Wirna sudah selesai dengan es krim dan cake-nya, dan ia tengah menunggu Niana selesai memakan rainbow cake-nya yang masih setengah piring. Gadis itu terus berceloteh setiap satu suap kue masuk ke dalam mulutnya.

"Bentar, ya. Aunty angkat telepon dulu," ujar Wirna menjeda celotehan Niana. Gadis itu hanya mengangguk dan menyuap satu sendok rainbow cake penuh ke dalam mulutnya. Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan mendengar alunan musik kafe yang terdengar indah.

Setelah memastikan Niana makan dengan baik, Wirna kemudian mengangkat telepon dari teman kerjanya, Fita.

"Halo," sapa Wirna begitu nada sambung terhubung.

"Halo, dimana, Wir?" Tanya Fita di seberang dengan nada khawatir dan takut.

"Di kafe dekat kantor," jawab Wirna sedikit heran. Matanya menatap penuh awas pada gedung kantor tempatnya bekerja, seolah dengan tatapan matanya Wirna bisa tahu apa yang terjadi di dalam gedung kantor.

"Oh, ya udah," setelah Fita mengucapkan kalimat itu. Wirna mendengar suara grasak-grusuk dan terdengar suara laki-laki yang kemudian di susul sambungan di putus sepihak. Wirna mengerutkan alisnya heran sekaligus penasaran. Apa maksud Fita menanyakan keberadaannya tanpa ada kejelasan. Tak lama pesan masuk di aplikasi WhatsApp miliknya.

Besti Fita
[Pak Ibrah, cari kamu. Katanya kamu bawa anaknya lari]

Mata Wirna serasa mau meloncat keluar begitu selesai membaca pesan dari Fita. Benak Wirna bertanya-tanya, apa benar Ibrah berkata seperti itu atau hanya akalan Fita saja yang sengaja ingin menakut-nakutinya.

Boss & His Children [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang