5 • disquietation

Mulai dari awal
                                    

"Kok lo ganteng banget sih? Sewaktu hamil Mama lo makan apaan?" Yap, beginilah jika Nilu sudah mabuk. Sifatnya berubah 180 derajat.

"Nama lo Kanagara Bumi. Dipanggilnya Gara. Kenapa nggak Bumi aja? Atau... Naga?"

"Ngapain lo ada disini?" tanya Gara dengan tidak santai.

"Gue?" Nilu menunjuk dirinya sendiri kemudian tertawa sambil mengeluarkan botol kecil putih berisi obat-obatan, "Lo tau nggak ini apa? Ini obat sakit jiwa gue."

"Asal lo tau, gue jadi sosiopat, punya gangguan mental, karena masa lalu gue," ujar Nilu. Kali ini ia tertawa sambil memukul meja berkali-kali.

Saat Nilu hendak menenggak alkohol terakhirnya, Gara lebih dulu mengambil alih botol itu dari tangannya, "Lo itu udah mabuk masih aja diterusin!" omelnya membuat Nilu mengerucutkan bibirnya kesal.

"Papa, Mama, Abang, semuanya ninggalin gue," kata Nilu sambil memainkan jari-jarinya.

Gara terkejut karena tiba-tiba Nilu menempelkan dahinya di atas meja dengan menangis keras.

"Nggak usah kayak anak kecil, pake nangis segala!"

"Papa meninggal karena sakit. Mama bunuh diri. Abang meninggal karena kecelakaan. Sedangkan gue?" Nilu mengangkat kepalanya, tetapi ia masih terus menangis,

"Setelah sebelas tahun gue berdoa agar gue cepat mati, Tuhan nggak pernah ngizinin gue."

Gara justru terkekeh, "Kalo lo pengen mati, kenapa nggak bunuh diri aja? Kenapa harus gunain masa lalu lo itu untuk ngatur para murid yang bahkan mereka nggak tau kalo lo itu gila!"

"KARENA LO NGGAK NGERASAIN APA YANG GUE RASAIN!" teriak Nilu sambil menyingkirkan barang-barang di meja dengan kasar membuat botol-botol itu pecah berkeping-keping.

"Seharusnya lo bersyukur masih punya orang tua angkat yang punya segalanya buat lo! Dan ya, gue nggak berminat untuk ngerasain apa yang lo rasain. Hidup gue dan hidup para murid akan bahagia kalo lo mati!" Gara memajukan wajahnya menatap Nilu dengan marah.

Gara yang tiba-tiba menuju bar untuk membeli 2 botol alkohol itu ia berikan kepada Nilu, "Nih, katanya lo pengen mati kan? Habisin tuh alkohol sampai lambung lo bener-bener mati rasa. Kalo kurang bilang aja ke gue, gue beliin semua alkohol yang lo mau asalkan lo pergi dari dunia ini!"

Karena Nilu juga sedang dikuasai amarah dan kadar alkohol dalam tubuhnya sudah banyak membuat ia tidak segera sadar dari mabuknya, ia membuka tutup botol itu lalu menghabiskannya dalam sekali tenggak.

Sejak ia berteriak, ia dan Gara dijadikan pusat perhatian membuat para pengunjung menatapnya dengan takjub karena 2 botol itu langsung habis dalam sekejap.

Nilu yang baru menyadari ia diperhatikan banyak orang, menatap mereka satu persatu dengan tajam, "Ngapain kalian lihat-lihat, huh?" ancamnya sambil melemparkan salah satu botol itu ke arah para cewek yang saling berbisik.

Suasana klub malam ini menjadi gaduh membuat beberapa pengunjung memilih untuk meninggalkan tempat, dan beberapa lainnya memilih untuk mengambil video untuk diupload di sosial media mereka.

Nilu mengambil satu botol lagi yang tersisa, membenturkan botol itu ke meja dengan keras membuat botol terbelah menjadi dua, lalu ia berjalan mendekat ke arah Gara.

Pecahan botol layaknya pisau yang ia angkat untuk ditunjukkan kepada Gara itu membuat para pengunjung berteriak ketakutan.

"Gue butuh seseorang untuk bunuh diri gue," ujar Nilu menyuruh Gara untuk mengambil pecahan botol itu.

Gara pun mengambilnya dengan tertawa, "Gue nggak bodoh untuk bunuh lo di tempat umum."

Nilu menggertakkan giginya, lalu memegang pecahan botol yang ada di tangan Gara dengan erat, "Ayo bunuh gue! Bunuh gue!"

Gara berusaha menahan pecahan botol itu karena ia tidak mau disebut sebagai pembunuh. Untung saja, teman sekolahnya, Arsen, datang tepat waktu dengan menjauhkan Nilu dari Gara maupun pecahan botol itu sesegera mungkin.

"Nilu, tenangin diri lo ...." Arsen memeluk Nilu dari samping sambil berbisik di telinganya, "Papa, Mama, Abang Digo nggak suka lihat lo gini."

Ya, dari keempat teman sekolah Nilu, hanya Arsen yang tau tentang segalanya. Tentang keluarga aslinya, tentang bagaimana mantan menteri yang kini menjadi gubernur itu mengangkat Nilu sebagai anak saat berumur 7 tahun, dan tentang penyakit mental yang diderita gadis berumur 13 tahun sampai saat ini.

Masih memeluk Nilu yang tubuhnya bergetar, Arsen menatap para pengunjung itu, "Dia Nayanika Ilunga, anak dari Bapak Gubernur. Kalo lo macam-macam sama Nilu dengan lo menyebar video yang lo upload itu, gue, sebagai anak tunggal dari kepala Kepolisian Jakarta, nggak akan segan-segan untuk masukin lo ke penjara."

Tepat sekali, beberapa pria berseragam polisi masuk dan membubarkan para pengunjung karena Nilu bisa saja menyakiti orang lain dengan pecahan botol itu. Beberapa pengunjung yang mengunggah video itu ke sosial media segera mereka hapus karena tidak mau berurusan dengan hukum.

"Nilu, tangan lo?" Arsen terkejut ketika bajunya berlumuran darah karena telapak tangan Nilu yang diakibatkan karena ia menekan dengan erat pecahan botol itu.

Tepat setelahnya, Nilu tidak sadarkan diri. Ia terlalu lelah menghadapi masa lalu yang kelam. Disaat ia berdoa agar segera menghilang dari bumi, raga di dalam dirinya menolak dengan tegas.

Tau mengapa Nilu tidak mampu membunuh dirinya sendiri?

Karena ketika ia berkali-kali berusaha untuk bunuh diri, ingatan masa lalu tentang Mamanya yang menggantung diri di kamar membuat mentalnya terganggu dan rasa sakit yang selama ini ia derita membuat tubuhnya semakin lemah hingga tujuan awalnya akan lenyap begitu saja.

Itulah mengapa Nilu meminta Gara untuk membunuh dirinya. Itulah mengapa Gara seharusnya mengerti kondisinya yang sedang sakit.

Itulah mengapa manusia diciptakan untuk memahami manusia-manusia lainnya, bukan hanya untuk memperdulikan dirinya sendiri.

☁️☁️☁️

siapa mau peluk nilu???😔☝🏻

Sociopath GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang