"LO! Kalau masih pengen tau punya salah apa, nih, gue kasih tau. Lo udah rebut cewek gue! Lo bikin cewek gue lupa sama pacarnya. Terus, kemarin apa? Setelah dia mutusin gue, lo ajak dia jalan dan sok rayu-rayu pake penampilan baru lo! LO KIRA GUE BUTA, HAH?! Terus tadi di UKS jelas banget lo caper dan pura-pura sakit! BILANG AJA! Gue enggak akan terima lo rebut dia! Karena lo itu cuma cupu yang enggak akan dapet apa-apa di bumi ini!"
Tubuh Aldee semakin lemah lagi. Selain perlakuan Krisna, ucapannya baru saja bisa melukai hatinya yang selemah tahu mentah.
Sekali lagi, Krisna menonjok perut Aldee. Ia sudah ancang-ancang, sehingga Aldee tahu pergerakannya. Laki-laki itu berusaha untuk menghindar agar tonjokan itu tidak mengenai perutnya lagi. Namun, sialnya, tangan Krisna menghantam keras di ulu hatinya.
Bugh!
Entah mati lampu atau gerhana matahari, pandangan Aldee memburam dan ia meluruh di lantai gudang yang berdebu itu.
***
Paginya, Aldee berusaha biasa saja. Seluruh tubuhnya seperti remuk, tetapi ia tidak ingin menyusahkan oma dan seluruh keluarga di rumah. Ia ingin terlihat baik-baik saja. Apalagi kalau sampai mereka tahu tentang Krisna dkk. Ia tidak ingin itu terjadi.
"Ngapain pake masker?"
Tiga kali laki-laki itu ditanya seperti itu. Pertama, mamanya saat ia keluar kamar, kedua, ketika ia meminta izin kepada Oma untuk berangkat sekolah, dan terakhir—Aldee baru menapakkan kaki di sekolah, sudah disambar Chalya.
"La-lagi sen-sitif sama debu. A-aku juga punya asma."
Beruntungnya, ia selalu gagap di hadapan Chalya, sehingga tidak membuat gadis itu curiga ia berbohong.
"Kantin, yuk? Laper, nih," ajak Chalya setelah mengangguk atas jawabannya tadi.
Jelas saja laki-laki itu berbohong, karena nyatanya ia merasakan sakit pada sudut bibirnya yang sobek juga pada tulang hidungnya. Kaki dan perutnya pun tidak bisa diajak kompromi.
"Eng ... su-sudah sarapan. A-aku ke kelas, ya. Dadah!"
Aldee melambaikan tangannya dan segera menuju kelas. Walau Chalya sedikit tidak yakin dan khawatir, tetapi gadis itu berharap tidak ada yang disembunyikan.
"Chalya!" seru Ira tiba-tiba menghampiri dan menepuk bahunya.
"Apaan, sih, lo, ngagetin cecan aja!"
Grita dan Ira mengajak Chalya duduk di gazebo lantai satu. Mereka memegangi pundak Chalya dan tersenyum menggoda.
"Ciee ... bentar lagi jadian, nih, Ir. Senyum-senyum lihatin doi baru." Grita menyenggol bahu Chalya.
"Yah, padahal gue mau nanya sesuatu yang berkebalikan banget." Ira menyedekapkan tangan di dada sembari mengerucutkan bibir.
"Apaan?"
"Menurut lo, mantan ngajak balikan, tuh, gimana? Enaknya gue ngapain?"
Grita melongo, pertanyaannya tidak penting sekali, sedangkan Chalya malah tertarik untuk memberi wejangan buat sahabatnya yang satu ini. "Emang lo punya mantan?"
"Ehehe ...." Ira cengengesan.
"Oh, itu. Nih, gue kasih perumpamaan. Lo pernah nonton film, 'kan? Pas nonton, lo pernah baper, ketawa-ketiwi, nangis gaje, tiba-tiba keinget terus, ngiang-ngiang. Pas ending, lo sedih, kesel, jengkel, karena enggak sesuai ekspektasi banget? Kalau dikasih kesempatan, lo mau nonton lagi? Udah tau ending-nya ngeselin, 'kan? Mending enggak usah, deh.
"Kek gue. Ilang, cari lagi. Karena hidup, tuh, kayak lagi makan sambil jalan di sepanjang koridor kelas ini. Tinggal bungkus, mah, buang aja di tempat sampah. Kan, tersedia. Pasti para lalat lebih ngebutuhin."
"Tapi, kan, pamali makan sambil jalan, Chal."
"IBARATNYA, IRA, IH, ENGGAK PEKA BANGET, SIH!"
"Kayaknya sambil curhat, nih," sindir Ira tepat pada Chalya.
Mereka jelas paham pertanyaan Ira ada sangkut paut dengan kehidupan percintaan Chalya yang kandas begitu saja. Padahal baru jadian dan diklaim di lapangan dengan banyak orang menyaksikan.
Chalya be like: 'Enggak perlu muka banyak buat tetep percaya diri'.
"Bodo, ya, pokoknya gue nasihatnya kek gitu kira-kira. Ya, bodo amat lo terima apa enggak, yang jelas kalau gue sendiri gitu."
Chalya menatap ekspresi Ira yang terlihat tidak terlalu galau. Namun, ia tidak peduli, lebih memilih menumpukan tangan di meja gazebo sambil membuka kamera.
"Tapi, Chal, gue enggak percaya sama kata-kata lo tadi, deh," sanggah Grita dengan tatapan menyelidik.
"Hah? Yang mana?"
"Kayak enggak relate banget sama diri lo," jawab Grita tidak acuh.
"Dih, gue jawab dari hati, kok."
Chalya melengos, memerhatikan beberapa orang yang berlalu-lalang. Jam masuk masih ada lima menit lagi. Untuk berbicara dan bergosip, masih ada kesempatan.
"Eng ... tapi, emang bener, sih, yang dibilang Ira, Chal. Lo kalau di posisi Ira saat ini juga pasti bingung banget. Enggak mungkin langsung bilang enggak mau gitu aja."
Spekulasi langsung bermunculan di benak Chalya. Ia jadi berpikir teman-temannya itu sedang memojokkannya, menyangkut pautkan masalah Ira pada masalahnya. Membuat gadis bertanggal lahir 20 Agustus itu memasang wajah sewot. "Apaan? Gue sama Krisna? Sok tau!"
*****
26-6-20.
YOU ARE READING
Caraphernelia [END]
Teen Fiction"DASAR CUPU, JELEK, NGESELIN! UDAH GITU KUNO, JADUL, BURIK! JAUH-JAUH DARI GUE!" Semenjak Chalya Lova Ozawa tahu Aldevaro Axelle Daniswara menyukainya, Krisna Raditya, kekasih Chalya, merencanakan ide untuk mem-bully si cupu Alde. Alhasil, bukan ha...
Random Question
Start from the beginning
![Caraphernelia [END]](https://img.wattpad.com/cover/227183704-64-k923134.jpg)