"Hyung lihat. Isinya masih penuh" ucap Jeno seraya menunjukan mainannya kearah Mark yang sejak tadi hanya diam seraya menyandarkan tubuhnya pada kursi.

"Kau mau mencoba pelurunya? Kudengar suara ledakannya sangat bagus" balas Mark yang membuat Jeno menyeringai.

"Anda mau tau tidak apa alasan kami mau duduk membuang waktu disini bibi?" tanya Jeno kearah wanita angkuh didepan mereka yang terlihat memasang senyum sombong.

"Harusnya aku yang bertanya soal itu. Kupikir yang datang adalah Jaehyun Park ternyata justru bocah ingusan seperti kalian. Hanya membuang waktuku" balas wanita itu dengan tatapan tajam. Sepertinya dia benar-benar tidak suka akan kedatangan tiga orang didepannya itu.

"Bibi tau tidak. Keluarga kami memiliki kitab undang-undang sendiri. Disana tercatat dengan jelas kalau saat seseorang bertanya itu harusnya dijawab. Itu pasal berapa hyung?"

"37 atau 38? Aku lupa" balas Mark enteng dan menyeringai kecil saat melihat beberapa orang yang masuk kedalam ruangan itu.

"Apa Kakek mau ikut bermain dengan kami?" tanya Jeno pada Lay yang terlihat terkekeh pelan seraya menghisap cerutunya.

"Tunjukkan permainan apa yang kalian siapkan sebenarnya" balas Lay yang membuat dua bersaudara itu kompak menyeringai.

"Kau akan lihat Kakek jadi bersiaplah. Jika tidak kuat Kakek tau jalan keluarnya atau lambaikan tangan ke kamera" balas Jeno yang kembali memutar handgun ditangannya.

"Kita main hide and seek ya. Tapi sekarang waktunya kalian yang jaga" ucap Mark bersamaan dengan lampu yang seketika padam diseluruh gedung.

"Hitungan kesepuluh. Permainan dimulai bibi" bisik Jeno yang entah bagaimana caranya sudah berada dibelakang wanita angkuh tadi yang seketika tersentak dan sontak berbalik.

Dia terlihat menodongkan senjatanya bermaksud untuk menembak Jeno tapi yang didapatnya hanya udara kosong.

"Kami bilang hitungan kesepuluh bibi" ucap Mark dari sisi kiri.

"Kurasa mereka tidak bisa berhitung boys" ucap Jaehyun yang entah sejak kapan ada disana membuat wanita tadi terbelalak. Sementara Lay dan anak buahnya sudah pergi entah kemana.

"Jaehyun? Kau kah itu? Berhenti bermain-main" pekik wanita itu sedikit panik.

"Kau tau Nayeon~ssi harusnya kau tidak perlu ikut campur dalam bisnis gelap seperti ini. Hanya untuk mengejarku" balas Jaehyun yang sekarang terdengar dari sisi sudut kanan.

Nayeon semakin panik saat mendengar suara tubuh orang-orang yang mulai berjatuhan. Dia bisa menebak kalau itu adalah pengawalnya karena suara pekikan tertahan mereka.

Sementara ketiga pelaku yang tidak lain Jaehyun, Mark dan Jeno hanya terus membunuh orang-orang itu dengan menggunakan sebilah pisau dalam kegelapan.

Walau keadaan memang gelap gulita mereka seolah bisa melihat seperti siang hari berkat latihan yang mereka jalani.

Owh. Kalian tidak akan mau tau latihan apa? Lain kali biar Jeno yang jelaskan.

"Kkkk. Suara nafas ketakutanmu terdengar lucu bibi" ucap Jeno terdengar dari sisi kiri setelah berhasil mematahkan leher penjaga lain.

"Ckckck. Percuma kau meminta bantuan dengan menekan tombol tak berguna itu bibi. Tidak akan ada yang datang untuk menolongmu" ejek Mark saat mendengar suara tombol darurat dari gelang Nayeon.

"Kasihan~ mungkin saja batrai-nya habis bibi, mau Jeno yang cek kan?" tawar Jeno dengan nada remeh yang kentara.

"Brengsek kalian!" pekik Nayeon masih dengan menodongkan pistolnya kesembarang arah.

"Ini balasan untuk kejahatan yang dulu sudah kau lakukan bibi" balas Jeno yang berdiri tidak jauh dibelakangnya membuat Nayeon melepaskan dua tembakan.

DOR!

DOR!

"Maaf. Anda belum beruntung. Silakan coba lagi" ucap Jeno dari sisi kanan kemudian tertawa pelan.

"Ayo temukan kami bibi" sahut Mark.

"Kudengar kau yang memata-matai keluarga Lee sebelum penyerangan yang terjadi 18 tahun lalu" ucap Jaehyun dari arah samping yang membuat Nayeon berbalik.

"A-apa maksudmu. Aku t-tidak mengerti?" kilah Nayeon dengan napas memburu.

"Kau membantu si bajingan itu untuk menjebak nenek-ku sialan!" seru Jeno yang mulai terpancing emosi.

Namun ditahannya dengan menikam habis korban selanjutnya.

Orang-orang memang sejak tadi berusaha untuk melawan namun pergerakan mereka terbatas entah bagaimana caranya seluruh senjata yang mereka miliki tidak memiliki peluru.

"Berapa lama kalian semua bekerja dalam dunia hitam ini paman? Sampai tidak bisa membedakan pistol yang berisi dan tidak" kekeh Jeno yang kembali berdiri.

"Jangan menangis bibi. Kita akan bermain untuk waktu yang lebih lama--karena permainan baru saja dimulai" bisik Mark bertepatan dengan suara rentetan tembakan diseluruh lantai gedung.

"Dengar itu bibi. Semua orang memiliki peran masing-masing dan kau-- urusanmu dengan kami" lanjut Mark.

"Yeah-- dan yang harus kau lakukan hanya satu nona. Jawab kuis dari kami" imbuh Jaehyun yang menikam kuat leher lawannya sebelum memotongnya.

"Jika jawaban yang kau berikan sesuai kita akan ganti kepertanyaan selanjutnya. Tapi jika tidak-- satu jawaban salah sama dengan satu sayatan" ucap Jeno dengan seringai miringnya bersamaan dengan jatuhnya orang terakhir didalam ruangan itu.



.
.
.
.
.
Mrs.Oh

MAFIA IN LOVE / BOSS (END) Onde as histórias ganham vida. Descobre agora