It was beautiful

72 6 0
                                    

Kisah ini klise, se-klise sebuah komitmen perjodohan dalam rangka balas budi karena telah memberikan yang terbaik hingga seseorang menjadi lebih 'terpandang'.

"Pa, harusnya ada cara lain," Seokjin menatap ayahnya lekat-lekat.

"Kamu masih terlalu muda untuk paham semua ini, kak. Papa gak pernah se-sembarangan itu, kamu tau kan?," Laki-laki paruh baya itu memijat keningnya, keadaan ini memang sulit, tapi bukan berarti bisa dielak.

"Pa, you can't avoid the fact that Meira has a boyfriend already. Aku menolak pembalasan hutang budi, apa lah itu."

Seokjin meninggalkan ruang kerja ayahnya, sementara kepala keluarga Kim itu memutar otaknya soal bagaimana memenangkan hati anak sulungnya itu karena Meira hanya akan mendengarkan Seokjin saat ini.

***

"Mei gue tau ya bokap lo yang punya kantor penerbit beserta percatakannya, tapi tolong banget naskah lo mandek dua bulan!"

Meira menjauhkan ponselnya dari telinga, suara lantang Doyoung-- editornya terlalu pedas untuk dijadikan sarapan paginya.

Rasanya croissant coklat ini sudah tidak berharga, lantaran Meira sudah cukup kenyang dengan omelan rutinnya Doyoung.

Bukannya dia malas, sejujurnya dia sedang di fase bosan dengan karyanya, yang menurut dia hanya 'begitu' saja. Topiknya tidak pernah luput dari kisah romantis anak sma, atau perdebatan cinta karir persahabatan yang penyelesaian masalahnya itu-itu saja.

"Doy, lo tau kan gue lagi gimana," Meira mencicit pelan, bersiap akan makian Doyoung berikutnya.

"Iya, lo lagi mau nyari jati diri lagi. Tapi penggemar buku lo itu bolak-balik dm gue cuma buat nanyain buku yang lo janjiin itu."

"Hehehe iya sih, salah gue juga pake sok sok announce duluan, padahal baru bikin satu chapter. Lo saran do--"

"Buset bener-bener lo ya, dikira hidup gue beneran cuma ngurusin buku lo dan cerita menyenya?!"

"Ya, yaudah maaf. Nanti deh, gue mau nulis kisah cinta yang agak plot twist biar gak seneng-seneng terus."

"Ya ya terserah lo deh mau nulis apaan. Yang jelas bulan depan minimal ada satu chapter aja yang bisa lo kirim."

"Ajshsjaksk sayang Doyoung banget!"

"Geli, udah ya gue tutup."

Belum sempat Meira membalas, telponnya sudah mati duluan. Meira berani taruhan pasti saat ini senior semasa kuliahnya itu sedang merinding kegelian karena tingkah random Meira.

Baby lion is calling...

"Ha-"

Mark(s)Where stories live. Discover now