(not)BARA

16 3 2
                                    

Ini hanya cerpen Fiksi, bukan true story, semoga kalian suka

Selamat membaca,,,

Seorang lelaki mondar mandir di depan pintu. Sesekali dia menatap nanar lampu yang menyala di atas pintu. Perasaannya semakin cemas dikala dia melihat pergelangan tangannya. Jarum jam terus bergulir, namun lampu masih terus menyala.

"Ya Tuhan selamatkanlah istri dan anakku" ucapnya lirih penuh penghambaan

Ceklek

Dia menatap tajam pintu di depannya, tiga orang berjubah hijau keluar dengan senyum mengembang. Dia pun langsung bersujud syukur melihat senyumannya.

Dengan tergesa-gesa dia sesegera mungkin memeluk si jubah hijau. Air mata dan senyuman tak luput menghiasi wajahnya. Hari ini adalah hari paling istimewah di sepanjang hidupnya.

"Terima kasih dokter Bara, terima kasih" ucapnya di sela tangisannya.

"Semua berkat Tuhan dan doa bapak" sang dokter mengusap punggung si lelaki

"Kalo tidak ada dokter mungkin,,,"

"Ssttt semua sudah berlalu, sambut mereka dengan tawa"

Anggukkan bertubi-tubi menjadi respon atas nasihat sang dokter

"Jaga mereka dengan baik"

Bara, sang jubah hijau berjalan menuju ke ruang prakteknya. Membiarkan pasienya disambut dengan tawa. Senyum getir menghiasi wajahnya. Bukannya Bara tidak bersyukur telah menyelematkan nyawa pasiennya namun

"Bara!"

Bara memutar bola matanya saat menangkap suara tak asing di telinganya. Derap langkah kaki mengikuti sumber suara. Ada tangan yang merengkuh bahunya. Nafas tersengal-sengal menjadi alunan musiknya.

"Bar, aku punya berita besar" ucapnya antusias.

"Bodo" balas Bara

"Aku jamin kali ini gak zonk"

"Terakhir kali juga gitu" Bara ingat betul saat Andra memberinya harapan tentang berita pujaan hatinya. Hanyalah berita palsu. Tiga belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk Bara mencari sosok idamannya. Gadis mungil dengan lesung pipit di kedua pipinya.

"Serius kali ini gak Bar" Notasi Andra penuh dengan penekanan.

"Taruhannya?" Bara tak mau rugi seperti terakhir kali. Menelan pil pahit.

"Ck, segitu tak percayakah?"

Bara hendak berjalan mendengar jawaban dari Andra.

"Oke oke oke, koasku di tanganmu senior. Terserah mau kau gimanain" Andra memasrahkan tampangnya kepada Bara

"Apa beritanya?" Nadanya terdengar lesu.

"Aku kemaren beberapa kali melihat Dinar di depan SMP kita dulu, waktunya sama sekitar jam dua siang"

Bara menilik pergelangan tangan untuk memastikan dimanakah jarum tertelak. Jam satu lebih. Masih ada waktu untuk menuju SMP.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 21, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

short StoryWhere stories live. Discover now