Mafia 29

53.2K 6.3K 304
                                    

"Kau tau bro, sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuat sedikit kehebohan" bisik Mark yang berdiri hanya dua langkah dibelakang Jeno yang sejak tadi tidak melepaskan pandangannya dari kumpulan ular didepannya sekarang.

"Kau tau hyung. Aku punya beberapa ide di otakku. Mau coba yang mana?" tanya Jeno seraya melepas kancing lengan kemejanya.

"Bagaimana jika gunakan saja semuanya?" ucap Jaehyun enteng dan meneguk habis cairan merah dalam gelasnya.

"Owh. Ide bagus. Kita harus menyapa semua orang-- iyakan Ayah?" tanya Mark yang berjalan angkuh kearah podium dan berdiri dengan gagah didepan semua orang dengan tatapan tajamnya.

Jaehyun menyeringai sebelum membawa kakinya menjauh pergi dari sana entah kemana.

"Evening everyone. How's the party?" ucap Mark dengan nada ramah yang dibuat-buat.

"Apa yang para penjaga itu lakukan? Kenapa membiarkan seorang bocah ingusan berbicara omong kosong!" kesal orang-orang yang mulai berbicara dan berteriak memanggil keamanan untuk segera bertindak.

DOR!

Hanya butuh waktu sedetik. Suasana yang awalnya riuh seketika hening.

Para keamanan yang awalnya berdatangan juga terlihat diam ditempat mereka berdiri saat mendengar suara letusan peluru yang mengenai tepat sebuah patung es ditengah ruangan.

"Apa kalian yakin kalau kalian semua itu orang-orang terhormat? Karena aku meragukan itu" dengus Mark.

"Ckckck. Kakek cantik bilang-- dalam pasal 12 ayat 31. Tidak sopan kalau tidak mendengarkan orang lain saat sedang berbicara. Kalian semua menyebalkan, sudah jelas-jelas kami berdiri disini untuk menyapa tapi malah asik sendiri. Owh. Pikirkan kembali soal mengancam kami dengan pistol kalian itu paman. Aku masih bersikap murah hati sekarang" ucap Mark seraya menyimpan kembali pistol yang tadi dipakainya kebalik pinggang sementara matanya terlihat menatap santai kearah para keamanan yang sudah memegang senjata masing-masing.

"Thanks for your attention" lanjut Mark yang tersenyum manis menatap kearah semua orang yang masih terdiam.

"Kita lanjutkan pidato yang sempat tertunda hadirin" ucap Mark yang terlihat menumpukan kedua tangannya pada mimbar.

"Selamat malam. Perkenalkan namaku Mark Lee pewaris utama keluarga Lee. Harusnya aku tadi datang menyapa kalian baik-baik tapi sepertinya tidak akan seru bukan? Kalian tau sendiri bukan? Kalau kami masih terlalu muda tidak suka dengan hal yang berbau terlalu formal" lanjut Mark panjang lebar dan kembali mengukir senyum tipis.

"Jadi-- terimakasih untuk sambutannya. Owh. Satu lagi-- disini aku juga akan memperkenalkan adikku sepertinya dia juga ingin menyapa. Khususnya anda semua yang berkumpul disana tuan-tuan" ucap Mark seraya menatap tepat kearah Sim Changmin dan rekan-rekannya.

"Keluarga Lee" gumam Changmin dengan geraman tertahan.

"Anda terlihat kaget pak tua?" kekeh Jeno yang berdiri tepat disamping Mark.

"Aku ingat--kau beberapa kali mengirim orang untuk membunuh kami? Bukan begitu?" imbuh Mark kemudian tertawa pelan dengan gaya angkuh.

"Sayangnya kau tidak tau. Kau sedang berhadapan dengan siapa pak tua" lanjut Mark yang mengedip kearah Jeno yang mengambil alih tempat Mark.

"Yo... Yo... Yo... Kurasa kalian semua belum berkenalan denganku kan?" ucap Jeno dengan cengiran tampannya dan berdehem pelan seolah mempersiapkan diri sebelum kembali berucap dengan nada jenaka.

"Apa kamera yang disana sudah menyala? Sudah pastikan itu merekam dengan baik? Kalian semua sudah siap? Okey. Kurasa kalian sudah siap" ucap Jeno yang terlihat menunduk sesaat dan dalam sekejap kembali mendongak dan menatap angkuh seisi ruangan dengan tatapan dingin.

"Namaku Jeno Lee. Owh, kuralat. Jeno Park-- Pangeran mahkota keluarga Park" lanjut Jeno yang tentunya mengundang decak kaget seisi hall hotel besar itu bersamaan dengan kilat jepretan camera yang menjadikan Jeno dan Mark sebagai fokus utama.

Bisa Jeno lihat jika saat ini Sim Changmin tengah mencengkram kuat gelasnya dengan tatapan menghunus kearah Jeno yang memang terang-terangan menatap pria tua itu tajam.

Ini adalah tantangan perang terbuka dari seorang anak yang merasakan dendam luka hati yang dalam karena hancurnya keluarga besarnya. Harusnya saat kecil dia bisa merasakan hangatnya pelukan sang ibu atau bermain dengan ayahnya.

Tapi semua itu hanya angan belaka karena harus terenggut dengan paksa.

Jeno membenci fakta itu.

'Aku akan membuat permainan yang menarik untukmu pak tua. Kesalahan terbesarmu adalah memisahkan seorang anak dari orangtuanya' batin Jeno dan menyeringai remeh kearah Changmin yang bisa melihat dengan jelas hal itu.

"Jangan mengada-ada. Kami mengenal dengan baik tentang keluarga Park-- yang kami tau Loey Park hanya memiliki seorang anak laki-laki" bantah seorang wanita paruh baya dengan gaya elegan disudut kiri.

"Nyonya Choi benar. Jikapun menentukan seorang pewaris bukankah akan lebih tepat jika putranya yang menempati posisi itu" dukung tuan Nam yang merupakan tuan rumah acara malam ini.

"Hyung dengar itu? Mereka tidak percaya padaku" ucap Jeno seolah mengadu pada Mark yang hanya menggeleng pelan mendengar ucapan sang adik.

"Apa yang kalian inginkan sebagai bukti?" tanya Mark yang memasukkan kedua tangannya kesaku celana.

Dia sedang menghitung waktu diam-diam.

Mereka masih butuh waktu ternyata.

"Kau tau anak tampan. Jika kalian melakukan hal ini hanya untuk pamer supaya kami tidak mendekati Ayahmu-- kurasa ini sedikit berlebihan" ucap salah seorang dari kawanan ular didepan Jeno yang dibuat terkekeh geli.

"Lalu apa yang kau inginkan bibi? Kalian punya bukti kalau kami hanya berbicara omong kosong?" balas Mark.

"Matikan semua kamera yang ada diruangan ini. Karena jika aku tau ada yang masih merekam dia akan kuajak bermain"

"Aku akan mengawasi mereka" ucap Jaemin mengajukan diri dengan suka rela yang membuat Jeno menoleh.

"Tidak sayang. Kau harus tetap ditempatmu, itu berlaku untuk kalian juga uncle" titah Jeno dan kembali menatap kearah orang-orang yang mulai ribut.

DOR!

DOR!

Lagi. Ruangan itu seketika berubah hening dengan pekikan tertahan saat mendengar letusan peluru yang kembali dilepaskan.

"Aku masih bersikap murah hati dengan menembak bagian lengan, jika kalian masih juga ribut--" Jeno menyeringai sesaat dan tersenyum dingin.

"Peluru ini akan menembus kepalamu" lanjutnya enteng dan melangkah turun dari podium bermaksud menghampiri Changmin dan rekan-rekannya.

"Akhirnya kita bertemu juga. Bukankah tidak seru untuk terus bermain dibelakang layar?" tanya Jeno saat sudah berdiri didepan Changmin yang sejak tadi menatap tajam bocah remaja didepannya itu.

"Dengar kalian semua. Mulai sekarang tidak ada yang boleh menyentuh tuan-tuan yang ada didepanku ini. Karena mereka sudah kutandai. Jika ada yang berani memberi bantuan atau ingin mencoba membelot untuk berpihak pada mereka. Aku tidak akan memberi toleransi apapun" ucap Jeno dengan suara tegas.

"Welcome to my playground" ucap Jeno dengan seringai miringnya bersamaan dengan seluruh lampu yang mati.

Setelah lampu mulai menyala hanya ada kekosongan. Mark dan Jeno sudah menghilang membuat semua orang kebingungan.

"Kalian hebat boys" puji Jaehyun saat melihat Mark dan Jeno menghampirinya.

"Ayo pergi" ajak Jaehyun seraya melempar kunci mobil pada Mark yang hanya terkekeh.

"Ready to next plan?" tanya Jaehyun saat Mark baru saja melajukan mobil yang mereka tumpangi.

"Anytime"

.
.
.
.
.
Mrs.Oh

MAFIA IN LOVE / BOSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang