Namun yang di panggil, tak mendengar. Tidurnya memang seperti orang mati.

"Keira... " Gadis itu masih berusaha.

Namun Keira hanya menggeliat dan enggan untuk membuka mata. Alhasil gadis yang bernama Youra itu membuat buntalan kecil dari tisu dan melemparkannya tepat mengenai wajah Keira.

"Keira, sialan! Bangun!"

Hal itu pun membuahkan hasil. Keira tersentak dan langsung bangkit dari alam bawah sadar.

"A-apa?! Dimana aku?"

"Aku yang harusnya bertanya, bodoh!" maki Youra dengan suara tertahan. "Kesini!" pinta Youra kemudian.

Dan polos nya, Keira malah menurut. Sambil mengusap sudut bibir takut kalau ada sisa luapan sungai yang membasahi. "Apa?" katanya.

"Apa yang terjadi?" Tatapannya tertuju ke arah dua ajudan yang berdiri tegap berjaga di depan pintu.

Dan Keira lebih dulu menghela napas. "Ooo, itu." jawabnya singkat. Karna tidak biasa nya juga ajudan di perintahkan menjaga Youra. Jadi, Keira paham betul kenapa Youra terheran. "Bukan cuma kamu aja kok. Di kamar sebelah juga ada ajudan yang mengawasi, Yo."

Youra tidak paham. "Maksudmu apa?"

"Kamu lupa?"

"Apa?!" Sewot Youra langsung. Dia malas main tebak-tebakan. "Apa yang terjadi?"

"Pria itu, Yo." beritahu Keira dengan sebelah alis terangkat.

Namun Youra sangat payah di andalkan. Dia malah menyipitkan kedua maniknya sejenak berpikir. Dia menatap Keira dengan tenang dan begitu dalam.

"Pria yang menabrak dan membuatmu harus ada di ruangan ini. Dia, pelaku nya."

"Ah, benar." Youra menjentikkan satu tangan nya ke udara. "Dia harus bertanggung jawab. Dia tidak tahu sedang berurusan dengan siapa? Aku akan memberikan sanksi yang tidak akan pernah terpikirkan oleh nya. Lihat saja."

"Ya, benar." Angguk Keira setuju. "Aku baru tahu kalau ada laki-laki seberani itu."

"Berani apa nya?" Ledek Youra langsung. "Menabarakku?"

"Bukan." Lantas Keira memegang lengan Youra serta ada sedikit penekanan disana. "Berani menawarkan sanksi yang tidak pernah terpikirkan olehku sendiri, Yo."

Youra terdiam. Sedangkan Keira masih mengangguk-angguk seolah meyakinkan kalimatnya. Di detik selanjutnya Youra langsung turun dari ranjang dan hendak keluar kamar.

Tapi Keira buru-buru menahan nya.

"Tadi, disana masih ada ayahmu dan orang tua nya. Kalau sekarang tidak tahu, sih."

"Ha?!" Youra seperti tidak mau percaya dengan apa yang Keira ucapkan. "Ayah? Untuk apa?" Youra sampai mendengus berulang kali. "Tidak mungkin."

"Mungkin saja, Yo. Kenapa tidak? Bakal calon menantu, kan?"

Tatapan sengit itu sepersekian detik melayang ke arah Keira. Tajam sekali seakan bisa membuat darah Keira berhenti mengalir. Bahkan Keira sampai salah tingkah dan susah payah untuk menelan saliva.

"Apa maksudmu? Dari tadi kamu melantur, Kei."

"A-aku bicara sesuai apa yang aku tahu, Yo. Dia memang--"

"Hei, kamu sudah bangun sayang?"

Keira terselamatkan dan Youra langsung mengalihkan pandangannya kepada sosok yang kini baru menutup pintu kamar. Dia adalah Tuan Jey - ayah Youra.

Porsi tubuh tinggi besar, wajah sangar, mengenakan stelan blazer hitam dengan baju kaus berwarna hitam. Dia melangkah mendekati Youra dengan senyum asimetris nya. Masih dengan wajah datar karna dibuat bingung oleh ucapan Keira, Youra menatap sang ayah tanpa basa-basi dan langsung pada poin nya.

AMOUR COMPLIQUEWhere stories live. Discover now