06

67 13 0
                                    

Sohee tengah duduk memandang kosong ke arah steak yang kini tengah ada di depan matanya, ia sedikitpun tidak menyangka makan malam dengan Sehun akan semewah dan secanggung ini. Alunan musik classic mengiringi suasana canggung saat itu. Sohee sama sekali tidak bisa memandang wajah Sehun.

"Ada apa hm?"

"Ah tidak."

Sehun meletakan garpu dan pisau yang sejak tadi ia gunakan untuk memotong steak, kemudian menatap Sohee.

"Kau tidak suka tempat ini?"

"Tidak bukan begitu Sehun-ssi."

Sehun tersenyum lalu menukar piringnya dengan steak yang sudah ia potong dengan milik Sohee yang belum tersentuh sama sekali. Sontak hal tersebut membuat Sohee kaget dan blush.

"Makanlah, setelah makan aku akan mengajakmu ke suatu tempat, maaf ya sudah membuatmu tidak nyaman."

Lagi, Sohee harus mengakui kalau Sehun adalah orang yang sangat baik. Bahkan ia dengan mudahnya dapat membuat Sohee tersenyum dalam diam seperti sekarang.

Jika diingat-ingat lagi, Sohee selama tiga tahun berkencan dengan Jaehyun ia jarang sekali berkencan di tempat mewah seperti sekarang. Bahkan bisanya mereka hanya menghabiskan waktu berdua di apartment Jaehyun sambil menonton netflix. Uh, kenapa Sohee harus memikirkan orang itu disaat seperti ini.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Sehun tiba-tiba.

"Iya silahkan."

"Kau masih memikirkan orang itu?"

Sohee tersenyum, tentu saja ia tidak menyangka bahwa Sehun akan menanyakan hal itu.

"Kau ingin aku jujur atau bohong?"

"Tentu saja. Aku sudah mengatakan padamu kan kalau kau bisa mengatakan apapun padaku, dengan jujur."

Ayolah, hubungan kita belum sejauh itu Sehun. Begitu pikir Sohee. Tapi ia juga ingin mencoba, tentu saja.

"Sedikit. Hahaha, apa aku terlihat bodoh tidak bisa melupakan orang yang menyakitiku?"

Kini giliran Sehun menatap wajah Sohee. Sohee bisa diabetes kalau terus menatap senyuman itu.

"Tentu saja tidak, melupakan memang sulit."

"Mau aku membantumu?"

"Ha? Maksudmu?"

"Habiskan makananmu, nanti akan ku beritahu." Diiringi dengan senyuman nakal di wajah Sehun.

Ingin sekali Sohee melemparkan makanannya ke wajah Sehun sekarang karena membuat jantungnya berdetak kencang.

***

Setelah acara makan malam canggung yang mewah itu Sehun membawa Sohee ke suatu tempat, diperjalanan tidak jarang ia melirik ke arah Sohee yang tengah menatap jalanan.

"Tenang saja, aku tidak akan berbuat macam-macam."

Sohee yang mendengar perkataan Sehun, dibuat kaget. Ia tidak berpikir seperti itu, ia hanya penasaran apa yang Sehun katakan barusan.

"Soal tadi, maksudmu apa?" Tanya Sohee.

Belum selesai ia bertanya, mobil Sehun sudah terparkir di pinggiran jalan.

"Ayo, kita sudah sampai."

Apa maksudnya tempat spesial itu hanya pinggir jalan? Begitu pikir Sohee.

"Ini tempat spesial?" Tanya Sohee pada Sehun.

"Coba lihat." Sehun memegang wajah Sohee lalu mengarahkannya kedepan agar Sohee dapat melihat pemandangan kota yang kini ada di depannya.

"Wow."

Sehun hanya tersenyum melihat ekspresi Sohee. Dia tau saat ini Sohee benar-benar terpesona.

"Bagaimana?"

"Indah sekali, wow, aku baru tau ada tempat seperti ini disini."

"Haha, aku sering kesini saat aku stress."

"Ya, melihat semua ini membuat stress hilang."

Sehun mengagukan kepalanya. Mereka berdua terpaku melihat indahnya kota dari ketinggian, tidak berbicara satu sama lain untuk beberapa waktu.

"Ne, apa kau pernah patah hati?" Tanya Sohee tiba-tiba.

"Haha tentu saja. Melihatmu mengingatkanku pada aku yang dulu."

"Oh?! Benarkah?"

"Ya walaupun tidak sampai mencium orang secara random sih."

"YA! Jangan bahas itu!"

"Haha, tidak aku serius. Aku pernah patah hati seperti dirimu. Dan itu menyakitkan."

"Ya, rasanya sesak bukan, disini." Sohee menunjuk dada Sehun.

Lalu mereka terdiam karena canggung setelah Sohee melakukan hal itu.

Sohee berusaha memalingkan wajahnya, membuat seolah tidak ada yang terjadi.

"Seperti yang aku katakan tadi, bagaimana kalau aku membantumu melupakannya?" Ungkap Sehun dengan nada rendah diiringi dengan desiran angin malam yang membuat bulu kuduk Sohee merinding, dalam artian yang berbeda.

Sohee tertawa singkat, "Memang bagaimana caranya?"

"Beri aku waktu tujuh hari dan aku akan membuatmu melupakannya."

"Tujuh hari? Untuk apa?"

"Tentu saja..." Sehun menatap Sohee dengan tatapan yang sangat dalam. Entah kenapa itu membuat Sohee menjadi berharap sesuatu. Sampai ketika Sehun mengatakan hal yang membuatnya terkejut.

"Membuatmu menyukaiku."

Mendengar hal tersebut membuat Sohee memutar otak. Apakah ia harus menerimanya atau tidak, tapi tidak ada salahnya juga kan ia menerima itu, lagipula itu bukan semacam pernyataan cinta. Sohee masih terdiam.

"Kalau aku tidak berhasil membuatmu suka padaku dalam tujuh hari, aku akan berhenti menggagumu."

Baiklah lagipula tujuh hari bukan waktu yang lama, juga tidak ada ruginya bagi Sohee. Kira-kira begitu pikirnya.

"Baiklah."

"Tujuh hari, seperti yang kau minta."


-TO BE CONTINUE-

Setelah sekian lama tidak bisa melanjutkan ide untuk lanjutin cerita ini, akhirnya ada titik terang yang membantu aku lanjutin ceritanya. Semoga masih ada yang tertarik membaca cerita ini dan menunggu kelanjutannya ya^^
Terimakasih yang sejauh ini sudah mau membaca dan menunggu. 🙏🏻☺️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time LimitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang