01|

137 19 138
                                    

Wush~

Angin berlalu dengan cepat. Kegelapan malam mendominasi ruangan dengan warna putih itu.

Sebuah benda silver bertekstur tajam serta licin tergenggam erat di tangan seorang pemuda.

Pemuda bernetra ruby dengan rambut cokelat juga beberapa helaian putih di bagian kanan depan berdiri di sana dengan pandangan kosong.

Dia mengetuk pintu sebuah ruangan.

Tok Tok Tok

"Mama... Papa... Boleh Hali masuk?" Tanya nya dengan pelan. Suara seorang lelaki menyambut indra pendengaran miliknya.

"Masuk."

Krieett.....

"Ada apa Hali?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir lelaki berusia 37 tahun itu. Warna mata nya senada dengan kegelapan menerpa ruangan yang kini dijadikan tempat kedua nya berdiri. "Kenapa Hali?"

Halilintar Abishar, anak sulung dari keluarga Abishar tersenyum ke arah lelaki yang merupakan ayah baginya. "Papa.... Maafkan Hali."

Ayahnya- Rian Abishar mengerutkan dahi. "Maaf untuk?"

"Apa Papa dan Mama tidak bisa berbaikan?" Tanya Hali, tersirat kesedihan juga luka mendalam di balik pertanyaan yang terlontar dari pemuda berusia 14 tahun tersebut.

Rian hanya menggeleng. "Mamamu sudah keterlaluan, mana mau aku berbaikan dengannya. Jika ingin berbaikan, dia yang harus meminta maaf!"

"Mama minta maaf? Hahaha." Tawa dari seorang Hali membuat Rian merinding. Dia menatap baik baik anaknya. Kepala Hali yang awalnya menuduk kini terangkat secara perlahan.

Dia berjalan mendekat ke arah Rian. "Ma-ti." Ucap Hali dengan patah patah. Rian yang merasakan firasat buruk segera mundur terlebih ketika melihat tatapan Hali yang haus akan rasa membunuh.

Tatapan tajam khas Hali kini menusuk kedalam manik cokelat milik ayahnya. "MATI!"

"Hali!"

Jleb

Satu tusukan di dada ayahnya membuat Hali tersenyum. "Ahahaha... Papa sudah mati... Selanjutnya, Mama."

"Mama dimana ya?" Dia tersenyum sambil memutar badannya. Tak lupa dia meminum sedikit darah milik ayahnya itu. "Ternyata rasa darah itu manis..."

Hali berjalan keluar. Tepatnya kamar sang Ibu. Sama seperti tadi ketika dia sudah dipersilahkan masuk, dia langsung masuk ke ruangan milik Ibunya.

Ditatapnya punggung sang Ibu yang tengah berias. "Mama... Hali minta maaf."

"Kenapa minta maaf sayang?"

"Karena... Mama akan mati."

Ellya Abishar menoleh ke arah putra nya. Tepat saat dia menoleh, wajahnya tergores pisau milik Hali. "Hali! Apa apaan kamu?! Kamu mencoba membunuhku?!"

"Ahahaha... Ketahuan deh..." Hali memegang dahinya sambil tertawa hambar. "Iya Ma... Hali mau bunuh Mama. Jadi Mama diam ya, ini tidak akan sakit."

Ellya bangkit dan mundur secara perlahan, sementara Hali terus maju. Ketika Ellya sudah terjebak antara tembok juga tubuh putra nya. Mata Ellya bergetar dengan jantungnya yang berdetak keras.

"Selamat tinggal Mama~" Bisik Hali.

Jleb!

Tusukan pada perut sang Ibu membuat Ibunya tergeletak tak berdaya di lantai. Hali langsung tertawa.

"Hah... Semua nya sudah mati. Hahaha, semua mati! Mati!" Dia terduduk disana menatap jasad sang Ibu.

Beberapa menit kemudian lelehan bening keluar dari matanya. Bagai air hujan sederas itu juga air mata yang keluar. "Hiks... Mama.... Bangun, Ha-Hali ga sengaja."

RevengeWhere stories live. Discover now