Jude Wrigley

73 4 0
                                    

Empat hari menjelang Natal. Selama beberapa hari ini salju turun banyak sampai-sampai seluruh kota itu tertutup tanpa ada sisa.

Pohon Natal sudah dihias dan tidak ada lagi hal menyenangkan yang bisa dilakukannya.

"Ayolah mom, lakukan sesuatu," Vada merengek pada Kate.

"Memangnya kau ingin aku melakukan apa, sih?" Kate merasa kesal. Hari ini ia mencuci begitu banyak pakaian.

"Saat ini begitu dingin dan membosankan. Daripada harus berada di rumah, tidak bisakah mom me-ngajakku pergi liburan? Semua temanku selalu punya hal yang bisa dilakukan saat liburan."

"Memangnya mau liburan kemana? Semuanya sama saja tertutup salju."

"Tentu saja ke daerah tropis," Vada membayangkan. "Kenapa kita tidak pergi ke Thailand? Atau Bali? Atau Australia?"

Kate mengalihkan pandangannya dari mesin cuci ke wajah putrinya.

"Daripada kau terus menggangguku mencuci dengan khayalanmu yang tidak bisa kubiayai, lebih baik kau ambil ini," Kate memberikan sebuah sekop. "Bantu ayahmu menyerok jalan masuk di depan. Ini musim dingin pertama tanpa Ben di rumah, jadi tak ada yang membantunya."

"Kau bercanda, tak mungkin kau yang menyuruhku. Aku bisa kena pneumonia di luar sana," Tolak Vada.

"Aku tidak ingat kau pernah kena pneumonia sebelumnya, padahal kau menghabiskan waktu berguling-guling di atas salju sambil main perang-perangan," Sanggah Kate. "Gunakan mantel."

Angin dingin berhembus masuk ketika Vada membuka pintu depan, lalu menapakkan botnya, membuat jejak yang dalam di halaman depan yang putih. Di luar tampak sepi, hanya sebuah truk diparkir.

"Hai, Vada," Sapa Phil. "Ingin membantu daddy ya?"

Vada memandangi sekop di tangannya.

"Begitulah," Jawabnya singkat.

"Baiklah, kalau begitu bersihkan di dekat pagar, ya. Di sana saljunya tidak terlalu banyak."

"Apa yang harus kulakukan?"

"Cukup serok saljunya, lalu tumpuk di tepi, asal tidak menghalangi jalan saja. Kau bisa?"

Sebenarnya Vada ingin mengatakan tidak bisa agar dia punya alasan untuk segera kembali ke dalam, tapi ibunya pasti akan menyeretnya keluar lagi. Lagipula ia merasa ayahnya memang perlu ban-tuan.

"Aku rasa aku bisa mencobanya."

Lalu Vada mulai menyekop salju di daerah pagar. Lapisan salju di situ memang tidak terlalu tebal, tapi tetap saja masih agak sulit untuknya.

"Bagaimanapun juga ini terlalu berat," Dengusnya kesal, tapi ayahnya tidak mendengar. "Uh, dad," Panggilnya. "Tidakkah menurutmu ini cukup?"

"Kita baru memulainya delapan menit yang lalu, Vada," Balas Phil sambil terus menyekop.

Vada menghela nafas dan melanjutkan pekerjaannya, hingga ia akhirnya tidak sengaja menan-capkan ujung sekop yang tajam ke sisi sebuah tumpukan salju yang ternyata di dalamnya terdapat batu es keras yang tidak gembur, dan sekopnya menancap di gumpalan itu cukup dalam. Sepertinya di sekitar situ tadinya ada genangan air yang sekarang sudah membeku.

Ia mencoba menariknya, tapi ternyata cukup keras juga. Ia terus mencoba beberapa kali, tapi ujung sekop itu tidak bergerak sama sekali.

"Uh, dad," Panggilnya sambil terus mencoba menarik sekop itu. "Dad."

Ia menoleh untuk melihat ayahnya, tapi Phil sudah tidak ada di tempatnya bekerja tadi. Sekopnya disandarkan di dekat tangga masuk. Sepertinya ia ke dalam sebentar untuk mengambil minuman panas.

The NeighbourWhere stories live. Discover now