Tahun Sial Vada

101 5 0
                                    

Pintu dapur terbanting pada pukul empat di sore yang berangin itu.

"Pelan-pelan, Phil," Kate berbisik keras. Di tangannya ada semprotan krim, di hadapannya ada tart besar dengan strawberry yang merah menyala. "Vada bisa mendengarnya."

"Di luar dingin sekali, Kate. Nih, aku sudah membelikan barang-barang yang kau butuhkan."

Hal ini selalu terjadi setiap tahun. Vada berulangtahun pada bulan November, dan tahun ini ulangtahunnya bertepatan dengan Thanksgiving. Kini ia berusia tigabelas tahun.

"Untuk apa sih, kau membuat kue ulangtahun diam-diam begini? Aku yakin dia sudah tahu kalau ia berulangtahun hari ini," Protes Phil sedikit jengah melihat kelakuan istrinya yang amat impulsif. Tapi ia tak pernah jengkel jika kejutan ini untuknya.

"Oh, tentu saja, Phil. Kau bertanya karena kau tidak romantis," Sungut Kate. "Tentu saja aku tahu bahwa ia tahu tentang ulangtahunnya. Tapi tetap saja, seseorang yang berulangtahun tentu ingin diperhatikan pada hari ulangtahunnya. Apalagi putri kita sudah rem­aja," Pipi Kate bersemu merah.

"Ya. Tigabelas tahun," Phil tersenyum menatap kantong belanjaannya. "Apa bahkan kau percaya kita sudah sejauh ini?"

Dapur itu sepi selama sepuluh detik.

"Ya Tuhan, aku membuang waktu," Kate tersadar. "Ben barusan mengirim pesan padaku ia sudah sampai di terminal, lalu dia akan langsung naik taksi ke sini jadi kau tak usah menjemputnya," Kate memutar badannya, namun ia menyenggol mangkuk krim yang kemudian jatuh ke lantai.

"Mangkuk jatuh pada hari ulangtahun," Komentar Phil sambil membereskannya. "Aku jadi ragu dengan tahun ketigabelas ini."

"Aku belum selesai menghias kuenya," Kate mengabaikan komentar Phil sambil kembali menyem-protkan krim, ketika tiba-tiba bel pintu berbunyi.

"Itu mereka. Biar kubukakan," Phil berjalan sambil tergesa-gesa.

"Uh, Phil," Panggil Kate, Phil menoleh.

"Ya?"

"Kalau kau melihat setumpuk hadiah, jangan berteriak."

***

Meja makan tertata rapi dengan pernak-pernik bernuansa hangat dan taplak meja berwarna putih yang hanya boleh dipergunakan setahun sekali. Yang paling mencolok selain kalkun panggang di meja itu adalah tart strawberry berukuran besar yang amat segar.

"Vada," Kate mengetuk pintu kamar Vada. "Apa yang masih kau lakukan di dalam?"

"Aku masih menyisir rambut."

"Kau bilang begitu tigapuluh menit yang lalu. Sebenarnya apa yang kau lakukan?"

"Sepertinya aku punya kutu."

"Baiklah Vada, itu memberimu pelajaran untuk tidak meminjam-minjamkan sisir pada orang lain. Tapi bisakah kau urus masalah kutu itu nanti dan keluar sekarang? Kau tidak biasanya begini. Kalau tidak segera keluar, aku akan meminta mereka membawa kembali hadiah-hadiahnya."

Pintu terbuka.

"Aku akan dapatkan hadiahku."

Vada melangkah di tangga bersama ibunya dengan rok terusan beludru selutut berwarna biru navy yang tidak terlalu disukainya, padahal ia amat cantik memakainya. Seluruh anggota keluarganya sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Ia bisa melihat senyum manis dari bibir keriput kakek dan neneknya, lalu paman Ian yang masih tinggal serumah dengan kakek neneknya, dan pacarnya, Tilly. Kemudian Ben, kakak lelaki Vada yang tinggal jauh di Boston.

Mereka mulai makan malam segera sesudah Vada melompat-lompat kepada Ben seperti anak anjing, dan mencium pipi setiap orang yang hadir di sana. Setiap orang yang membuatnya bahagia.

The NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang