19. Save me from Myself (2)

32 6 0
                                        

--Save me from Myself--
Song by: Harris J

By: araudhab
Genre: Religi

•••

“Fira, pokoknya aku beneran mau pindah sekolah titik.”

“Lah, terus sekretaris OSIS-nya siapa yang gantiin?”

“Ah, banyak Lala, Nadya tuh pada bisa.”

“Jangan dong Nan, hadapin tuh masalah sama Lia.”

“Engga, aku nggak nyaman lagi disini.”

“Kamu nggak nyaman karna ada masalah sama dia.”

“Coba di omongin baik-baik, diselesein.”

Tiap hari cuman Fira yang kuat dengar semua celotehku, keinginan aku ingin pindah dari MAN Jagad Raya ini sudah kurencanakan baik-baik sebelumnya. Sudah berbulan-bulan aku disindir, dilakukan tidak semestinya oleh Lia, teman sekelasku. Lia memiliki apapun, tubuhnya yang glowing, teman yang banyak dan kaya membuatnya selalu menyombongkan diri dan berlaku seenaknya.

“Ma, pokoknya aku mau pindah sekolah, di SMA dekat rumah nggak masalah.”

“Kamu susah payah Nan buat lulus di MAN, kok mau pindah sih cuman ada masalah sama temen kamu itu.”

“Nan nggak tahan lagi Ma! Cape tau ga disindir terus, di hina terus sama dia!”

“Mama nggak mikirin sih, perasaan aku gimana pas digituin!”

“Nge-ganggu Ma! kasian mental aku yang rusak karna dia!”

“Kamu yakin di negeri Nan? Bukannya disana makin parah pergaulannya?”

“Yakin Ma, lagian SMA nya juga deket rumah, ntar kalo kenapa-napa kan bisa manggil tetangga.” Alasanku yang hanya memikirkan kemauanku sendiri.

“Lagian uang pendaftaran kamu di SMA itu butuh Nan buat biaya kuliah kakak kamu."

“SPP kamu di MAN juga belum mama bayar dua bulan ini,” bujuk Mama prihatin.

“Itu urusan Mama, penting Naya mau pindah!”

“Nggak coba istikharah dulu Nan?”

Beberapa hari setelah itu, akhirnya aku pun di terima oleh SMA Suka Jadi yang berada di dekat rumahku, dari segi bangunannya sekolah ini sudah terlihat agak lusuh, catnya yang mulai terkelupas, tong sampah yang mungkin sama sekali belum pernah di cuci dan meja yang dipenuhi oleh coret-coretan murid yang iseng.

“Eh Nan, nyaman banget kamu make jilbab dari tadi, ga coba buka?”

“Anak lain biasanya  make jilbab pas dari rumah doing, buka dong” goda Randi teman sekelasku yang iseng.

“Peraturan sekolah ngga sih? Emang harus make jilbab?” tanyaku yang sebenarnya mulau agak risih.

“Halah, guru disini aja ada yang begituan wkwkw."

Guru yang mengajar selanjutnya pun memasuki kelas, tanpa mengintruksi apa-apa ia langsung menuliskan soal-soal di papan tulis dan meminta kami untuk mengerjakan.

“Aelah bu, masa tiap hari dikasih tugas sih?”

“Bukannya ini materi yang sama dengan minggu lalu?,” jawab ibu guru membalikkan badan.

“Jadi sekiranya kalian semua pasti bisa mengerjakan.”

“Kayak pura-pura nggak tau aja bu, kami kan nyontek semua.”

“Iya bu, kasih kelonggaran kek.”

“Ibu nggak usah ngajar deh, istirahat aja di kantor ehehe.”

“Lagian ibu walaupun nggak ngajar kami, gajinya ibu ga diturunin kan?”
Benar-benar tak masuk akal melihat tingkah teman sekelasku ini yang tidak ada sopannya terhadap  guru.

Aku pun ke mushalla untuk menunaikan shalat dzuhur sesampai disana, melihat isi mushalla sangat penuh, jadi terpaksa aku dan anak-anak lainnya untuk menunggu di shift kedua.

“Hai cantik!” Randi mengganggu aku lagi, mendengar dari gosip yang ada Randi adalah murid yang sangat nakal dan suka mengganggu perempuan.

Randi berjalan mendekatiku.
“Ih pipi kamu tembem deh." Ia dengan sengaja memegang pipiku.

“Apasih Ran, aku sudah wudhu tau.”

Keadaan sekolah yang sangat melebih dari dugaanku ini sebenarnya sangat membuatku tidak nyaman, ditambah denganku yang sangat sulit untuk memulai pertemanan. Tidak mungkin aku akan balik ke sekolah lamaku, mau taruh dimana mukaku jika mereka semua tahu?

“Ya Allah, aku menyesal! Bagaimana ini?”

“Nir? Mau ke kantin ya?” tanyaku basa-basi.

“Iya.”

“Aku boleh ikut ngga?” tanyaku hati-hati.

“Idih! siapa lo siapa gue si?”

Akhirnya aku pun ke kantin sendirian.

“Hai sayang,” tiba-tiba  seseorang memelukku dari belakang.

“Ih apaan sih? ga sopan banget kamu!” Tentu aku sangat merinding diperlakukan seperti itu.

“Dari cewe-cewe disini, cuman rambut kamu loh yang belum aku liat.”

Aku memilih untuk berjalan kaki saja karena kebetulan mama tidak bisa menjemputku.

“Ikut aku!” Ketika seseorang menarik lenganku dengan kuat dan membawaku ke belakang sekolah. Siapa lagi kalau bukan Randi.

“Kenapa sih Ran?! Sakit tau!” sesungguhnya aku sangat ketakutan sekarang.

“Kamu tiap minggu SPA ya, terawat banget sih kulitnya Nan.”

Randi menatap tubuhku dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“Jangan macam-macam Ran! Aku bisa telpon polisi sekarang!”

“Hahaha, cantik-cantik bego ya." Ia mendekatkan mukanya ke wajahku.

“Aku ga minta lebih kok, cuman mau liat rambut kamu gimana?"

“Besok giliran dada kamu," bisiknya.

“AAA! LEPASIN AKU! TOLONG-TOLL!!” Temannya Randi menutup mulutku.

Randi pun perlahan membuka jilbabku.

“Wih, nggak cuman kulit, rambut kamu juga terawat ya.”

Bagaimana pun, siapa pun tolong aku yang hanya bisa menjerit dan menangis diperlakukan seperti ini.

“Ya Allah aku menyesal, tolong aku ya allah!!”

“Ya Allah, maaf jika aku selalu mengikuti egoku!”

“Maafkan aku ya Allah!”

“Aku sangat menyesal!”

Randi mendekatkan wajahnya ke wajahku, aku menutup mata dan pasrah.

Tiba-tiba seseorang mendorong Randi hingga terjatuh dan memukulnya habis-habisan.

Aku pun terbaring lemah dan pandanganku abu-abu.

“KURANG AJAR!!!” Murid laki-laki itu tak berhenti menghabisi Randi.

Aku menangis, bersyukur nyatanya Allah masih mau menyelamatkanku. Padahal dibalik itu semua, aku hanyalah hamba pendosa yang pandai meminta saja ketika ada maunya. Yang tak sadar diri dan jarang bersyukur.

Tetapi semua tiba-tiba menjadi gelap dan aku tak sadarkan diri.

•••

Yang namanya Randi share lock ayok gelut sama Tante. Beraninya jawil jawil, kupuntir tangan kau ya, kutendang aset kau sampe kau tak dapat membuang hajatmu.😠

Write Your Sing || ANG'S SONGFICT EVENTWhere stories live. Discover now