8: Ngantuk

268 52 24
                                    

Pernah berpikir kalau waktu ini kurang, dan suatu saat kalian diberi waktu banyak untuk ngelakuin hal-hal baru yang ingin dicoba?

Di awal rasanya senang, mulai merencanakan kegiatan apa yang bisa dilakukan selama waktu tersebut. Kemudian, terlintas di benak kita, kapan waktu yang tiada ujungnya ini akan berakhir?


Clara terduduk pada matras yoga, memilih memandangi jam dinding yang tepat berada di atas televisi yang sedang menampilkan instruktor yoga memperagakan gerakan selanjutnya.


"Malah ngelamuuun! Dikirain beneran yoga elo mah," seru Dorothy saat memasuki kamar adiknya dengan kresek berisi pesanan makanan.


"Udah nyerah badan gue," keluh Clara, tidur di atas matras, fokusnya beralih pada mi goreng yang baru saja dibuka dan baunya menyeruak ke segala sudut kamar.



"Dimarahin gak nih kita makan di dalem?" tanya Clara hati-hati.


Dorothy menyodorkan sumpit, "Hajar aja lah, udah biasa juga elo."




Jujur, memang makan di kamar bukanlah habit yang baik, tapi seenak itu having a meal sambil nonton TV di atas kasur dengan suhu AC disetel paling rendah.


"Saldo lo masih banyak ngga?"

"Apa? Pasti minta transfer," terka Clara, memutar bola matanya malas seketika Dorothy terkekeh.





Sambil membuka aplikasi dompet digitalnya, Clara tiba-tiba bertanya, "Tapi ya, ospek tuh berapa jam sih?"

"Ya suka-suka kampusnya lah," celetuk Dorothy.

Clara melempar boneka kecil didekatnya ke arah Dorothy, "Anjir ya lo. Ngeselin!"



"Tenang aja, pas ospek tuh ngga ada yang kelihatan lebih cantik dari orang lain," kata Dorothy, lalu mendekatkan bibirnya ke daun telinga Clara,

















"tapi kalo udah selesai, yang ciwi-ciwi tuh ya, jalan aja udah ada efek bling-bling nya kayak anime."















Clara benci dengan sifat kakaknya yang tukang mengompori ini.













































































"Ruang 105?"

"Iya, Bang."


Senior tersebut berjalan beberapa langkah, lalu berteriak, "YEYEEENN! NIH ANAK BUAH LU SATU NYASAR!!"



Suara senior itu agak memekakkan telinga Dimas. Ia memanjatkan doa saja semoga selesai ospek ini, ia tidak sampai kehilangan indera pendengarannya.






"JAMEEET," pekik gadis lain ke arah mereka, "Ada teknologi bernama smartphone, bisa dipake buat nelpon. Kenapa lo suka neriakin gue sih?"


"Terserah, pokoknya udah gua bantu ye," kata senior tersebut, lalu menepuk pundak Dimas dan berkata dengan suara yang sedikit dipelankan, namun tetap kedengaran oleh si gadis, "Kalo disuruh follow Instagram-nya, lu jangan mau."

"Heh, tau aja lo, gue mau panjat!" celetuknya, kemudian mengusir pemuda tersebut menjauh.






Sementara itu, Dimas terdiam memandangi wajah Yeyen dengan ID card panitia itu.









"Halo? Halooo halo Bandung~"

Yeyen bernyanyi sambil menjentikkan jarinya dihadapan Dimas. Segera ia tersadar, lalu menyahut,"Iya, Kak?"


"Ngantuk lo?" tanya Yeyen.

"Dikit sih, Kak," tuturnya.



Ini sepenuhnya salah sendiri, apalagi setelah tidak mendengarkan ucapan Clara semalam.

"Ya udah, yuk. Di ruangan nanti ada air kemasan kok," kata Yeyen. "Otak lo kurang O2 tuh, makanya ngantuk terus ngga fokus."



















Ah iya, ngomong-ngomong soal Clara,

































masa tadi ia sempat berpikir Kak Yeyen itu Clara?









Mungkin benar, sepertinya nanti ia harus minum air yang banyak.




















;a/n

aku sepertinya akan membalap nulis ebullience, apalagi kejadian ini udah mau setahun. masih banyak yang mau dikejar hehe.

btw, siap-siap stream mv comeback izone guys! ♡

EbullienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang