the secretive smile of a rose

540 64 48
                                    

Mengandung anak Draco di dalam situasi pernikahan yang tidak normal seperti ini bukanlah keputusan remeh. Aku membangun alasan dan rasa percaya diri yang kuat hanya untuk meyakinkan diriku bahwa tidak ada salahnya mencoba. Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja. Jika kemungkinan terburuk terjadi suatu saat nanti, aku akan memikirkan solusinya saat itu juga.

Ini adalah keputusan yang besar.

Dan dengan ini aku berharap sesuatu yang baik akan tumbuh di antara kami berdua.

Tidak apa-apa.

Semua akan baik-baik saja.

Karena Draco sangat baik padaku.

xxxx

.

.

Mencintai Istriku Sepenuh Hati

itu Tidak Mungkin

©Rozen91

Harry Potter © J.K. Rowling

.

****

Hermione's POV

xxxx

Aku tidak pernah mencoba memikirkan pernikahan ini dengan serius. Dulu. Dulu seperti itu. Karena alasan Draco menikahiku masih belum jelas sampai sekarang. Kurasa dia menginginkan sesuatu dan aku adalah kunci atau tawanan untuk itu. Semacam blackmail pada siapapun yang menganggapku penting. Orangtua atau sahabat-sahabatku. Tetapi dia tidak pernah menghubungi keluarga atau temanku setelah pernikahan, jadi kusimpulkan alasannya bukan blackmail.

Mungkin dia bosan dan ingin mempermainkanku. Tetapi sampai harus memutuskan hubungan dengan mantan tunangannya, Astoria, yang dibelakangi oleh keluarga Greengrass? Terdengar ganjil. Justru sejak awal Draco lebih sering menganggapku tidak ada, dan marga Malfoy kini ternoda gara-gara Draco menikahiku. Jadi untuk apa dia menikahiku?

Apa alasannya?

Ketika itu sebuah ide terlintas di benakku.

Bagaimana kalau kutes dia? Kalau dia lebih banyak bicara, mungkin aku akan tahu alasannya.

Mulai dari situ, di minggu ketiga pernikahan kami, aku mulai menyapanya dan mengajaknya berbicara padaku. Dan Draco, untuk pertama kalinya, alisnya berkerut dalam dan matanya memicing, menunjukkan rasa tidak senang atas perbuatanku.

Tentu saja, aku keheranan.

Apa artinya reaksi itu?

Tidak bisa dimengerti.

Atas nama bulan madu, dia membawaku ke sebuah villa yang disebut Rumah di Atas Danau. Seperti namanya, villa itu berdiri di tepi danau dan sebagiannya menjorok ke danau. 14 meter ke depan ada tepi danau yang lain, ditumbuhi oleh pohon-pohon dengan daun kemerah-merahan yang berjatuhan di permukaan air. Pohon-pohon itu tersebar, perlahan warna merahnya memudar jadi hijau ketika semakin jauh naik ke gunung dan ditutupi kabut. Indah hamparan pepohonan itu, tetapi aku tidak diizinkan menjelajahinya. Aku lebih banyak meghabiskan waktu di serambi tak beratap, membaca buku atau melihat pemandangan dengan bosan. Tak ada yang bisa dilakukan kecuali mengajak Peri Rumah bicara atau mengajari mereka sesuatu.

Draco... mengabaikanku selama di sana.

Draco tidak pernah bicara lebih dari 2 kalimat padaku, selanjutnya ia sampaikan pesannya lewat Peri Rumah. Juga tidak pernah menyentuhku, apalagi memandangku dengan sorot mata yang penuh keinginan. Dia mengurung diri di kamar tidur dan ruang belajarnya bahkan sampai episode "bulan madu" itu selesai.

Mencintai Istriku Sepenuh HatiWhere stories live. Discover now