Biologi vs Diary | 5

Start from the beginning
                                    

"Gue nggak percaya lo jebolan siswa olimpiade biologi," gumam Bulan membuat Marko tergelak.

"Kenapa lo menganggapnya jadi hal yang serius?", tanya Ulfa dengan senyum penuh arti. Marko menaikkan sebelah alis. "Maksud lo?"

Ulfa meminum pop ice rasa permen karetnya. "Kalau emang lo nggak naksir Kimmy, yah ceng-cengan anak-anak nggak usah bikin lo pusing."

Marko mengusap wajahnya kasar. "Gue nggak bisa jelasin kalau permasalahannya ada sangkut pautnya sama Kimmy. Gimana, yah? Gue tuh udah mulai merasa terganggu. Gue nggak naksir, tapi Leon teman gue. Kimmy sama gue lagi di ceng-cengin anak kelas. Terus, hari ini Kimmy malah ketahuan kalau dia suka Leon."

Bulan menghembuskan napas pelan. "Heh, Marko! Lo kenal Leon sejak kapan, sih? Lo sama Leon udah kenal sejak kelas dua SMP, udah lumayan lama. Lo tau sendiri 'kan Leon nggak minat sama hal semacam ini. Lagipula, gue tau banget sifat Leon. Gue sama dia bahkan temenan pas SD."

Kepala Marko menengadah. "Kalian benar. Semoga aja masalah ini cepat kelar dan berlalu. Gue sama Kimmy nggak ada apa-apa, seriusan deh."

Ulfa malah tertawa pelan. "Iya deh, iya. Tapi, gue masih penasaran, kenapa waktu itu lo liat-liatin Kimmy. Ngaku lo!"

Tubuh Marko menegak. Apalagi wajah kepo Bulan menambah tingkat kewaspadaan seorang Marko Nervada Sigit. Pemuda itu berdehem pelan. "Yah....gue liatin Kimmy karena tuh cewek kayak nyimpan banyak beban aja gitu. Pokoknya alasannya gitu, lah."

Marko menghindari tatapan Ulfa dan Bulan. Hingga tawa pelan Bulan pecah begitu saja. "Halah, itu mah memang dasarnya lo peduli sama Kimmy."

Peduli? Marko mengerutkan kening kala mendengar kata yang diucapkan oleh Bulan itu.

Marko rasa, kata itu terlalu tinggi jika penjabarannya menggunakan sosok Kimmy menjadi objeknya. Ia tidak peduli, Marko rasa ia hanya penasaran. Marko memilih tak mengelak. Ia tahu sendiri bagaimana perasaannya. Ia hanya akan peduli pada gadis yang ia sukai.

"Tapi gue masih penasaran, diantara Kimmy sama Marko, siapa yang bakalan baper duluan," celetuk Ulfa membuat Marko melotot.

"Lo ngebacot kayak nggak pake rahang. Siapa juga yang lain baper-baperan?"

Ulfa dan Bulan tertawa pelan melihat ekspresi Marko yang melotot sebal. Mata sipitnya membesar tiba-tiba.

"MARKO!"

Panggilan itu membuat tawa Ulfa dan Bulan terhenti. Mereka menoleh pada Miko, kakak laki-laki Marko yang kini sudah berada tak jauh dari rumah Ulfa.

"Gue udah dijemput. Gue balik duluan. Salam buat mama lo, Fa." Marko bangkit berdiri, berjalan mendekati kakaknya.

"Iya, ntar gue sampein." Ulfa ikut bangkit berdiri bersama Bulan.

"Makasih yah sudah temenin Marko nunggu," kata Miko pada Ulfa dan Bulan.

"Iya, kak." Kedua gadis itu menjawab kompak.

"Duluan, yah!" Marko berucap pada kedua temannya itu. Miko mengendarai motornya meninggalkan depan rumah Ulfa.

*****




Kimmy melempar tasnya asal ke atas tempat tidur. Gadis itu kini duduk sembari memeluk lutut didalam kamarnya. Ia sengaja pulang terlambat hari ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.55 saat ia baru saja tiba didalam kamarnya. Ia sempat urung kembali ke rumahnya dengan cepat, karena takut kesedihannya akan terlihat oleh ibu dan Fadel.

Diam-diam, setelah sekian lama Kimmy menangis. Terakhir kali ia menangis kala ayahnya masuk rumah sakit.

Kimmy jadi berpikir, apakah gadis sepertinya tidak boleh menyukai lelaki seperti Leon? Apa salahnya jika gadis sepertinya menyukai pemuda yang disukai temannya juga?

Biology vs DiaryWhere stories live. Discover now