Empat // Ingatan

495 63 18
                                    

"Mungkin, takdir aku saat ini.."

"... Cuma jagain kamu, Shan."

Shani membaringkan tubuhnya di atas kasur setelah dia membersihkan dirinya. Dia menatap sebuah bingkai yang di dalamnya terdapat foto dirinya bersama dengan Viny saat mereka masih duduk di bangku kelas satu SMP. Tidak hanya mereka, di tengah-tengah mereka terlihat seorang gadis kecil manis.

Shani pun tersenyum tipis.

Mengingat bagaimana Viny mengatakan takdir dirinya saat ini hanyalah menjaga Shani. Viny mengatakan dengan begitu tenang. Wajahnya yang menyiratkan ketulusan. Suaranya yang terdengar sangat meyakinkan.

Walaupun ingatannya belum sepenuhnya kembali, Shani sangat merasa senang.

"Aku kangen kamu, Kak." Shani bergumam. Dia meletakan bingkai tersebut di dadanya. Memeluknya dengan erat. Pejaman matanya perlahan membawa dirinya terlelap.

Shani menaiki anak tangga yang dapat terhitung oleh jari. Dia berlari mendekati sosok yang dia cari sejak tadi. Sosok gadis bertubuh tinggi, dengan lesung pipi terlihat di dekat ujung bibirnya, senyumnya yang dapat memikat siapapun yang melihatnya, juga keramahan dan perhatian kecil yang diberikan gadis itu membuat siapa saja akan iri saat melihatnya.

Di samping gadis itu juga terlihat sosok laki-laki berperawakan tinggi dan berbadan kecil. Tingginya hanya berbeda beberapa centi meter dari gadis disampingnya. Dia sedikit lebih kecil dari gadis tersebut.

"Nju, ajarin aku.." Laki-laki itu merengek pada gadis disampingnya. Bergelayut manja di hadapan anak kecil yang masih memperhatikan mereka.

"Kamu udah gede, belajar aja sendiri," Gadis itu melepas pelan lengan laki-laki yang terus bergelayut manja padanya. Dia berjalan menuju gadis dihadapannya, berlutut lalu menangkupkan tangannya di pipi gadis mungil itu.

"Ada apa sayang?"

"Tante Shania.."

"Kenapa Shani?"

Shani memanyunkan sedikit bibirnya. "Aku mau ketemu Kak Viny, Tan," gadis mungil itu terus merengek manja. Menangis dan sesekali berteriak karena Veranda, Ibunya tidak bisa mengantarkan dirinya bertemu Viny.

Dia pergi diantar oleh Keenan, Ayahnya.

"Iya-iya sayang. Ayo tante anter," Shania beranjak kemudian dia menggenggam tangan Shani. Berjalan menggandeng gadis kecil yang dia sayangi setelah Viny.

"Kak.." Shania mengetuk pintu kamar Viny. Namun dia tidak mendapat balasan apapun dari anak tersayangnya itu.

Melihat Shania yang tidak mendapatkan sahutan apapun, kini Shani ikut mengetuk pintu kamar Viny.

"Kak Viny, ini aku Shani. Buka pintunya dong,"

Sama seperti Shania, gadis kecil itupun tak mendapatkan sahutan apapun.

Merasa ada sesuatu yang tidak beres, Shania mengarahkan satu tangannya dan menempelkannya pada pintu kamar Viny. Dia memejamkan matanya beberapa saat. Menelisik masuk ke dalam kamar. Saat mendapati sesuatu terjadi, segera Shania menarik Shani untuk berdiri di belakangnya.

"BOBY!"

"Apaansih?!"

"CEPETAN KE SINI!"

"Ngapain Nju?"

"CEPET!"

Shani yang berdiri dibelakang Shania semakin mengeratkan genggamannya pada lengan Shania. Dia memeluk Shania penuh takut. Tangannya gemetar hebat. Dia tidak ingin sesuatu terjadi.

Enigma // [END] Where stories live. Discover now