Mereka masih berlari. Masuk lebih dalam ke hutan, jalan raya yang sepi di belakang mereka.
"Apa lukamu sudah berhenti berdarah?"
Ryujin menggeram pelan, "Jelas belum." Saputangan yang diikatkan Lennox dilengan kirinya sudah basah oleh darah. Gadis itu terus menekan lukanya dengan tangan sambil berusaha tetap berlari.
Han mengumpat pelan saat sebuah anak panah melesat dari belakangnya. Lennox mengumpat lebih keras.
"Kemarilah, pahlawan kecil. Silahkan datang padaku, aku menerima dengan senang hati. Hihihi." Karen si blemmyae betina masih berderap di belakang mereka, kantong anak panah beracunnya terikat di pinggang.
Han selama ini mengira Karen hanya seorang wanita paruh baya biasa. Sudah dua bulan ini sekolah mereka memeperkerjakan Karen sebagai tukang masak di kantin. Wanita itu selalu bersikap terlalu sopan dan ramah kepada Han dan Ryujin, senantiasa berusaha mengundang mereka kerumahnya. Sampai beberapa jam yang lalu saat Ryujin dan Han bermain basket tidak sengaja melempar bola basket ke kepala wanita itu. Ternyata kepala Karen hanya terbuat dari besi kopong yang bisa di bongkar pasang, lemparan Ryujin sudah membuat kepalanya penyok di dahi. Karen pun mengejar mereka, bersikeras membawa mereka pulang untuk dijamu dengan pai apel. Padahal Ryujin kurang suka pai.
"Sialan," Umpat Han sambil merogoh saku, mengeluarkan sebuah batu tajam lalu memasangnya di ketapel dan membidik sasaran.
"Aaaakhh.... uhuk,uhuk." Karen pun terbatuk-batuk saat batu tajam Han berhasil menyumbat tenggorokannya.
Han tersenyum puas lalu kembali berlari menyusul Ryujin dan Lennox, "Itu harusnya bisa memperlambat si kepala buntung."
"Bidikan bagus, Han. Tapi lebih bagus kalau kamu berlari lebih cepat!" Bentak Ryujin, lukanya masih berdarah dan semakin terasa nyeri.
Lennox menunjuk kedepan,"Kalian lihat naga itu?"
"Ya, apa dia juga mau membunuh kita? " tanya Ryujin senewen.
"Tidak, dungu. Dia Peleus. Kalian lihat sesuatu yang bersinar dahan pohon pinus itu? Itu bulu domba emas yang dijaganya. Tandanya kita sudah hampir sampai." Jawab Lennox.
Ryujin melihat sesuatu lagi dibalik pohon pinus dari kejauhan. Sebuah patung emas raksasa berupa seorang wanita yang menyandang tombak dan perisai. Jenis patung yang banyak dipamerkan di museum sejarah, bukan diletakkan ditengah-tengah hutan di antah berantah.
Han mendengus keras, "Sampai dimana lebih tepatnya? Dan kenapa ada naga disitu? Apa kita juga harus melawannya?"
Biasanya Han tidak mempercayai Lennox. Lennox hanya salah seorang kakak kelas di sekolah Han. Mereka tidak pernah mengobrol lama sebelumnya. Tapi, hanya Lennox yang percaya saat Han dan Ryujin bercerita tentang Karen yang ternyata tidak berkepala dan wajahnya terletak di abdomen, Karen yang sekarang sedang berusaha membunuh mereka dengan lemparan panah beracun. Lennox memberitahu mereka bahwa Karen sejatinya seorang blemmyae dan bukan manusia. Lalu ia meracau tentang sebuah perkemahan dan bagaimana mereka harus cepat-cepat kesana. Oh satu lagi, ternyata selama ini Lennox memiliki kaki kambing. Pantas saja jalannya selalu aneh, batin Han.
Sementara itu, beberapa meter dibelakang mereka Karen sudah berhasil memuntahkan batu tajam. "Diam disitu, anak-anak. Bibi Karen akan menjemput kalian. Kita akan pulang dan bibi akan membuatkan kalian pai apel yang lezat."
Rasa jengkel dan kesal meliputi Ryujin. Ia berbalik lalu membuka pisau lipat yang selalu dibawanya. "Jemput kami kalau kau bisa, muka lebar." Ryujin berusaha memfokuskan pandangannya ke bahu si blemmyae, ia masih ingat apa yang terjadi pada Han saat terlalu lama menatap mulut Karen.
Setelah menarik napas yang dipenuhi keyakinan, Ryujin melemparkan pisaunya. Pisau lipat itu menusuk tepat di mata kiri Karen. Lolongan blemmyae yang memilukan membangunkan sang naga yang tidur. Lennox dan Han segera menyeret Ryujin yang berang dari belakang.
"Yang barusan itu untuk lenganku! Makan sendiri pai apelmu, Karen!" teriak Ryujin.
Tapi Karen masih belum menyerah, ia melepaskan pisau lipat Ryujin dan melemparkannya ke tanah. Dan rupanya blemmyae bisa bergerak sangat cepat jika mereka ingin. Derap langkah Karen terdengar semakin mendekat. Anak panah beracun berdesing melewati kepala mereka.
Han memandang anak panah beracun yang tadi ia cabut dari lengan Ryujin. Han lalu menerawang ke depan, di bawah pohon pinus sang naga berkedip pelan, mata kuningya terlihat seperti sorot lampu di malam hari. Lennox bergerak mendekati sang naga, dan anehnya sang naga terlihat tenang, tidak ingin menyerang Han dan teman-temannya.
Saat mereka sampai di patung emas raksasa, Ryujin memungut salah satu panah beracun yang Karen lempar tadi. Han dan Ryujin saling berpandangan lalu mengangguk seperti menyepakati suatu hal. Masing-masing dari mereka menggenggam satu panah beracun. Dengan serempak mereka menghadang Karen.
"Demigod pintar, kalian akan pulang dengan bibi Karen kan?" si blemmyae menyeringai dengan mulutnya yang kelewat lebar.
Han kini memfokuskan pandangannya ke rusuk Karen, "Tidak. Kau akan pulang sendiri!"
Ryujin dan Han berpandangan sekali lagi, lalu mereka menusuk rusuk Karen dengan panah beracunnya. Hidung Karen yang terletak di abdomen pun kembang kempis setelah menyadari apa yang telah diperbuat dua demigod tersebut. Detik itu juga bibi Karen terbuyarkan menjadi abu.
Panah beracun masih utuh digenggaman mereka.
"Kerja bagus, anak-anak. Merayakan kemenangannya nanti saja, sekarang kita sudah sampai." Ujar Lennox sambil mengarahkan Han dan Ryujin ke sebuah gapura putih.
Tubuh keduanya bergetar hebat. Kedua anak itu terguncang. Ryujin mengerutkan keningnya kemudian berbisik, "Lennox, setelah ini jelaskan semuanya pada kami dengan detail, oke?"
Han mengangguk pelan, "Aku setuju dengan Ryujin. Ini bukan hanya mimpi, kan?"
"Bukan. Sekarang lebih baik aku membawa kalian keRumah Besar. Kalian akan mendapatkan penjelasan tentang semua hal ini disana."
---
-
YOU ARE READING
halfbloods [k-idols]
FanfictionWelcome, demigods! Selamat datang di Perkemahan Blasteran. Disinilah tempat para pahlawan berlath selama ratusan tahun. Kalian bisa belajar, berlatih, dan menjalani misi. Sekali lagi kami ucapkan selamat datang di Perkemahan Blasteran! Perkemahan B...