'Sial'

Jeno terlihat terus memacu kecepatan motornya melewati kendaraan-kendaraan lain guna membawa para pengejar menjauh dari keramaian. Biarpun harusnya Jeno bisa saja memanfaat keramaian untuk berlindung tapi Jeno bukan termasuk orang yang akan mengorbankan orang lain demi kepentingan sendiri.

Laju motor Jeno terpaksa terhenti saat tiba-tiba dari arah depan dia ternyata ikut terhadang dengan sebuah rombongan yang sepertinya tengah mengejar sebuah mobil berwarna hitam dan tentunya membuat si pengendara mobil ikut terpaksa menghentikan mobilnya tepat beberapa centi dari motor Jeno.

'Double shit. Aku terjebak' umpat Jeno yang akhirnya memilih turun dari motor seraya melepas helm yang dipakainya. Tidak lama si pengendara mobil yang ikut dikejar juga terlihat keluar dari mobil dengan menggenggam sebuah revolver ditangan kanannya seraya melirik sebentar kearah Jeno.

"Well. Aku tidak tau jika kalian juga mengejar seorang bocah" ucap pria itu dengan nada mengejek pada orang-orang yang sekarang mengelilingi mereka.

"Siapa yang kau panggil bocah uncle? Usiaku sebentar lagi menginjak sembilan belas tahun tau" ucap Jeno tidak terima dipanggil bocah.

"Bagus sekali. Bukankah ini sebuah takdir? Orang yang harus kita ringkus sekarang terjebak bersama" seru pemimpin rombongan yang membuat Jeno mengerutkan keningnya.

"Owh. Tunggu sebentar biar aku berpikir. Hmmm-- paman yang mengejarku ini mengenal paman-paman yang mengenal uncle ini?" tanya Jeno seraya melirik sebentar kearah orang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Sehun dengan tatapan menilai.

"Hmmm. Kupikir aku tidak punya urusan dengan kalian?" ucap Jeno lagi. Kali ini terdengar berdecak kesal diakhir yang membuat Sehun menatap remaja didepannya itu aneh.

Bukankah harusnya seseorang jika diancam puluhan pistol itu ketakutan? Apalagi hanya seorang bocah-- berapa tadi usianya? Tujuh belas? Delapan belas?

Hell. Dia bahkan masih seumuran Jaemin.

"Siapa bilang kau tidak punya urusan denganku bocah! Gara-gara kau aku kehilangan lima orang anak buahku. Lalu seorang pria yang sangat mirip denganmu membunuh puluhan anak buahku kemarin! Kau harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan!" bentak seorang pria yang Jeno simpulkan sebagai pemimpin itu terlihat geram tapi justru membuat Jeno tergelak dalam tawa sambil memegangi perutnya.

Hal itu tentu saja membuat semua orang menatapnya aneh termasuk juga Sehun yang sejak tadi tetap memasang posisi siaga.

'Anak ini tidak waras' pikir Sehun.

"Harusnya jika sudah diperingatkan kalian dengarkan baik-baik paman. Memangnya dia bilang apa?" tanya Jeno masih dengan sisa tawanya dan membuat gaya seolah menghapus airmata.

'Tidak salah lagi. Bocah ini memang gila' heran Sehun yang diam-diam mulai mengambil sebuah pistol yang ada dipinggangnya.

"Tapi-- apa kalian mau tau siapa pria yang mirip denganku dan juga sudah menghabisi anak buahmu itu paman?" tanya Jeno yang memasang senyum tampan dan jangan abaikan tatapan berbinar kagum dimatanya yang entah kenapa terlihat seperti seorang anak yang menceritakan kejadian menyenangkan saat pulang kerumah.

Seringai Jeno terukir tipis saat menyadari jika semua orang mulai menyiapkan senjata untuk menyerang tidak ada yang menyadari jika saat ini Jeno sebenarnya tengah mengulur waktu.

Dia sedang menunggu seseorang yang memang dia hubungi tadi saat pertama dia merasa dikejar.

"Paman semua mau berkenalan denganku tidak?" tanya Jeno seraya menelusupkan tangannya kebalik pinggang yang hanya disadari Sehun yang berdiri dibelakangnya.

Sehun tentu saja terkejut saat melihat sebuah pistol yang mulai dipegang oleh Jeno dibalik pinggangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sehun tentu saja terkejut saat melihat sebuah pistol yang mulai dipegang oleh Jeno dibalik pinggangnya.

Bagaimana mungkin seorang bocah memiliki senjata api?

"Namaku---"

DOR!

DOR!

DOR!

"KAKEK!" seru Jeno yang tersenyum lebar melihat kedatangan Chanyeol bersama beberapa orang anak buahnya yang tentunya langsung bergerak menghabisi orang-orang tadi menyerang Jeno dan Sehun tanpa memberi jeda.

"Cucu-ku yang tampan. Apa kau terluka?" Jeno menggeleng dengan cengiran polos diwajahnya dan bersorak saat orang-orang yang tadi menodongkan pistol kearahnya sudah dalam posisi berlutut.

"Kakek hebat. Seperti seorang pahlawan super, sangat tepat waktu" ucap Jeno yang membawa kakinya mendekati pemimpin rombongan penyerang.

"Sebenarnya aku bisa saja menghabisi kalian semua paman. Tapi--aku tau ada aturan tertentu sebelum aku bisa melenyapkan para pengganggu seperti kalian dan kurasa-- uncle yang disana lebih berhak untuk menghukum kalian" ucap Jeno seraya menunjuk kearah Sehun yang sejak tadi hanya diam.

Dia terlalu bingung harus berkomentar seperti apa? Terlalu banyak pertanyaan yang dipikirkan otak tampannya tentang semua yang terjadi.

Lalu mengenai rombongan penolong ini-- entah kenapa mereka terlihat tidak asing termasuk juga aura dan wibawa mereka.

"Kita apakan mereka Boss?" tanya Xiumin yang merupakan tangan kanan Chanyeol pada Jeno yang terlihat mengetuk dagunya berpikir.

"Hmm-- kalian bawa saja mereka semua sesuai dengan perintah uncle itu. Kurasa dia punya urusan lebih penting dengan mereka dibandingkan aku" titah Jeno yang dibalas Xiumin dengan anggukan paham dan menunduk hormat kearah Chanyeol sebelum membawa orang-orang itu pergi.

"Kakek harus pergi menjemput Kakek cantikmu, kau bisa pulang sendirikan?" tanya Chanyeol yang diangguki cepat oleh Jeno yang kemudian berdadah-ria kearah motor Chanyeol yang mulai melaju meninggalkan Jeno dan Sehun.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Sehun dengan nada penasaran yang tidak bisa ditutupinya membuat Jeno menoleh dan terkekeh pelan sebelum menjawab.

"Jeno--"

"Namaku Jeno"




.
.
.

.
.
.
.
.
Mrs.Oh

MAFIA IN LOVE / BOSS (END) Where stories live. Discover now