Part 9

2.4K 247 4
                                    

Gelap. Aku hanya bisa melihat gelap. Sesaat kemudian, aku melihat seorang gadis kecil sedang bermain sepeda. Itu... aku? Ya, itu aku Lee Han Ah

Apa aku mimpi? Kenapa aku melihat diriku di masa kecil?

"Nae cheonsa!"sesaat kemudian, aku mendengar suara berat seorang namja. Aku membalikkan badanku. Melihat seorang namja kecil yang seumuran denganku saat itu. Dia berlari ke diriku saat kecil.

Cheonsa? Angel? Ada orang yang memanggilku cheonsa saat aku kecil? Siapa namja itu?

"Mian, sepedaku sedang rusak. Kita pakai sepedamu saja, ya?"tanyanya.

"Aracchi, baboya!"ucapku yang masih kecil saat itu.

Kenapa aku memanggil namja itu dengan sebutan baboya? Apa kami sangat akrab sehingga menggunakan panggilan itu?

Aku mengikuti mereka yang sedang berboncengan dengan sepeda. Aku menatap mereka dari jauh. Sebelum menyebrangi jalan yang cukup besar, namja itu berhenti.

"Han Ah-a, dompetku ketinggalan. Aku kembali dulu. Kau duluan saja,"ucapnya.

"Ne?! Pakai uangku saja dulu, baboya! Kajimaaa,"ucapku saat itu.

"Hanya sebentar, cheonsa. Kamu duluan saja,"ucap namja itu sambil memamerkan seyumnya. Aku saat itu hanya mengangguk kesal. Namja yang dipanggil baboya itu berbalik arah, sedangkan aku saat itu menyebrangi jalan sendirian, karena memang tidak ada orang.

Sejenak, aku memperhatikan traffic light. Tunggu, saat itu aku tidak memperhatikan bahwa traffic light masih memunculkan warna merah dan menyebrang sendirian?

Saat itu juga, aku melihat mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arahku yang masih kecil tanpa mengerem. Aku hanya diam mematung, ini hanya mimpi kan? Mimpi tentang masa laluku? Bagaimana aku membantu diriku sendiri saat itu?

Aku merasakan seseorang berlari melewatiku menuju ke arahku saat kecil yang hanya menatap mobil itu dengan takut. Namja yang kupanggil baboya saat itu menarikku menghindari mobil.

"Gwaenchana, nae cheonsa. Gwaenchana,"ucapnya.

"Baboya. Nan jeongmal duryeowo,"tangisku saat itu.

Dia terus mengucapkan kata itu, sampai pandanganku menggelap.

***

Sehun pov.

Aku menatap Han Ah yang masih tertidur. Setelah melihat Kai dan Jee Young, dia tiba-tiba pingsan di dalam pelukanku.

"Hyung, noona, aku keluar dulu, ya,"ucapku meninggalkan Kyungsoo-hyung, Lay Hyung, Suho-hyung, dan Hara-noona di dalam kamar.

Aku menatap Kai yang sedang menonton dengan Jee Young. Dia hanya menatapku sekilas, lalu kembali menonton dengan tatapan datarnya. Aku tahu, dia tidak sepenuhnya menonton, karena di tahu alasan Han Ah pigsan.

"Cih, nappeun jashik(brengsek),"ucapku. Aku berjalan ke arah mereka. Menghalangi televisi. Jee Young menatapku dengan pandangan tak suka.

"Bikyeo (awas),"ucap Jee Young sinis.

"Kai, ikut aku,"ucapku datar. Sambil menghela napas, Kai bangkit dan mengikutiku ke luar.

"Neo, jinjja daebakida,"gumamku sinis.

"Mwol? (Kenapa?)."

"Kamu bilang Han Ah milikmu, sedangkan kau terang-terangan memeluk Jee Young di depan Han Ah. Apa maumu? Menyakiti dia?"tanyaku sinis.

Kai diam. Namja-yang merupakan mantan sahabatku itu-diam.

"Menjauh dari Han Ah kalau kamu tidak sungguh-sungguh mencintai dia,"ucapku, lalu meninggalkannya.

Memory [Sehun Fanfiction] [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang