13. Cerita Halu

615 164 34
                                    

Sadarkah kamu kalau ceritamu bisa menjadi cerminan moralitas bangsa ini?

"Di cerita ini, si tokoh X dijelaskan sebagai pemuas nafsu, dan pasangannya―tokoh Y adalah bos kantornya yang galak juga dominan. Mereka sering berbuat sex di kantor dan endingnya menikah, hidup bahagia. Punya anak lima."

"Kalau di cerita yang ini, tokoh X ceritanya pernah diperkosa oleh Y, kemudian awalnya mereka saling benci, dan lama-lama timbul perasaan cinta."

"Wah, mau baca dong yang itu! Kalau punyaku, nih. Ceritanya X itu mendapat perlakuan abusive dari Y. Tapi, namanya anak muda, ya ... mereka akhirnya saling sadar diri dan menikah, and they live happily ever after!"

"Seru banget kelihatannya! Apalagi kalau cowoknya ganteng dan berkuasa, iya gak?"

"Iya, mau cerita bagaimanapun, asal karakternya sempurna, pasti bakal disukai."

.

.

.

Ironis.

Ada yang bilang kalau cerita dibuat sebagai perwakilan kehaluan para penulisnya. Nah, kalian, apalagi penulis generasi-rahim-meledak-hanya-karena-dapat-tatapan-maut, apakah merasa begitu diinginkan sampai-sampai keperawananmu mau dijual sebegitu murahnya pada karakter cowok seperti itu? Hanya karena mereka ganteng? Hah?

Sekali lagi, menulis cerita itu bebas. Kamu bebas mau memberi konflik seperti apa, tapi ... tolong, pikirkan kelogisannya. Apa yang mau kamu sampaikan dalam ceritamu? Apakah ini propaganda baru untuk menghasut banyak pembaca agar mau terlibat dalam halusinasi yang tidak sehat?

Ya ampun, banyak sekali cerita yang hanya memberi asupan imajinasi saja tanpa ada pesan yang tersampaikan.

"Ribet deh kamu. Cerita itu ada untuk dinikmati, bukan untuk dicari real enggaknya, apalagi nyari pesan! Namanya juga fiksi, yang penting pembaca terhibur dan seneng, kan?"

Nah, lagi-lagi, kamu berlindung pada kalimat "nAManYA JuGa FIkSi"

Memang kenapa kalau fiksi? Kalau fiksi artinya kita tidak perlu mengedepankan logika, ya? Kalau fiksi artinya kita bebas mau membuat tokohnya memiliki karakter yang bagaimana?
Kalau fiksi apakah artinya ...

... kita boleh membuat hal yang semestinya salah menjadi sesuatu yang wajar?

Memang, kamu bisa menulis sebebasmu, toh tulisan itu mungkin ditujukan untuk dirimu sendiri. Tapi, pernahkah kamu sedikit saja memikirkan mental pembaca ketika membaca tulisanmu?
Pernahkah kamu memikirkan apa yang mungkin saja terjadi kalau kamu membiarkan ceritamu dibaca khalayak luas?

Pernahkah kamu memikirkan bahwa ada suatu hal yang jauh lebih penting dari ketenaran pribadi?

Pernahkan kamu peduli dengan masalah moral yang terjadi di bangsa kita?

Pernahkah kamu, sekali saja, berpikir bahwa kamu tidak bisa selamanya egois?

Bagaimana bila suatu saat nanti, karyamu―yang penuh ketidaklogisan dan minim research itu―dilirik oleh sebuah penerbit karena views-nya berjuta-juta, lalu mereka menawari karyamu untuk diterbitkan? Kamu mau menerimanya atau tidak? Besar kemungkinan, akan kamu terima. Sebab sejak awal kamu tidak memikirkan efek tulisanmu pada publik. Yang kamu pedulikan hanya ketenaran, 'kan? Kamu bisa seenaknya berkata kalau kamu menulis untuk dirimu sendiri, tapi kamu pasti tidak bisa berkilah dari hasrat untuk menjadi terkenal.

Ketika ceritamu masuk dalam berkas penyuntingan, editor dalam penerbit itu kaget bukan main membaca ceritamu, lantas menyuruhmu (bahkan mungkin memarahimu karena saking ikut miris memikirkan nasib bangsa ini) untuk merevisi ceritamu, untuk menambal banyak cela dalam ceritamu, untuk menyadarkanmu bahwa yang kamu lakukan itu bisa membahayakan moral anak-anak di bawah umur. (You're harassing your own gender degree here, grow up!)

Apa yang kamu lakukan?

Apakah yang tersisa di dalam dirimu itu perasaan bersalah, menyesal, dan rasa malu yang begitu besar?

Kamu punya kecerdasan, maka pakailah otakmu untuk berpikir sesuatu yang realistis. Pakailah otakmu untuk meneliti lebih dalam dan mengemas ceritamu menjadi sesuatu yang lebih berkesan. Jangan hanya bermodal halu dan yakin bisa menggaet hati pembaca dengan karakter visualmu yang tampan dan kokoh, apalagi sampai membenarkan sesuatu yang jelas-jelas salah.

𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐆𝐈𝐍𝐈 𝐀𝐌𝐀𝐓 Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu