"Sayang kau merajut lagi?"
"Hmm, wae? Ini untuk kau dan putra kecil kita. Aku harus segera menyelesaikannya sebelum musim dingin tiba."
"Untuk ku? Aku akan selalu merasa hangat sayang... Selama kau ada disisi-ku, kupastikan aku akan selalu merasa ha...
Ini karya pertama ku. Ku harap kalian suka cerita yang ku buat ini ^^
Oya! Jangan lupa tinggalkan komen dan vote kalau berkenan
... Happy reading...
. . . . .
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kota Bukittinggi tepatnya tanggal 26 di bulan oktober tahun 2015 awal cerita ini dimulai.
Titttt...
"DC Shock!"
Grett... Grett...
" Mulai Shock!"
Tittt....
" Hari senin tanggal 26 oktober 2015... Jam 22.00 Waktu indonesia bagian barat ( WIB), Pasien atas nama Nyonya T dinyatakan meninggal dunia!"
Hiks... Ibuuuu Ibuuuhiks...
Disinilah Keira berada saat ini. Ruangan dengan suara isakan yang menyayat hati menandakan adanya rasa kehilangan sosok yang berarti dalam hidup mereka.
Sekumpulan orang tersebut masih setia berdiri dihadapan sesosok jenazah yang telah ditutup rapat dengan sehelai kain putih, berharap semua ini hanya mimpi semata.
Hembusan napas berat kembali ia keluarkan dari kedua celah bibir tipis itu, berharap rasa tenang pada jiwa dan raga kembali setelah menyaksikan adegan kehidupan yang selama ini menjadi trauma tersendiri baginya. Netra cantiknya masih terkunci fokus kepada sekumpulan orang yang masih terisak itu, hingga salah seorang teman yang lebih tepat disebut sahabat bagi Keira kebetulan mendapat shift sama pada sore ini datang menghampiri dan mendudukan diri disebelah Keira.
Sudah hampir lima menit Nisa mendudukan diri dan terdiam diposisinya, menunggu Keira tenang dan tersadar dari lamunan panjangnya. Ia sangat tau bagaimana perasaanan sahabanya itu, bukan hal yang baru tentunya. Bahkan hampir dua tahun belakangan Keira selalu melamun setiap ia menyaksikan kejadian seperti sekarang ini.
"Ehmmm!" deheman itu sengaja iya keluarkan berharap Keira segera tersadar, ini sudah cukup lama dari biasanya Keira melamun setelah menyaksikan kematian seseorang yang menjadi pasiennya. Ternyata tak cukup dengan deheman saja menyadarkan sahabatnya itu hinga akhinya ia pun berujar, " Keira!" dengan tangan menepuk pelan pundak kecil itu.
"hmm." gumam Keira pelan tersadar dari lamunan panjangnya. "Kenapa hmm?" tanya Nisa padanya. " kau baik- baik saja-kan? Ayo cerita." ujar Nisa menatap dengan raut khawatir yang terpatri jelas di wajah ayunya. Senyum cantik itu terbit dari bilah tipis milik Keira yang berusaha melunturkan kekhwatiran sang sahabat. "Gua baik- baik aja kok... lu tenang aja." kalimat yang ia utarakan sebagai pelengkap sandiwara kali ini. Keira tau kalimat yang ia utarakan dengan senyuman sebagai pelengkap sandiwaranya tak akan mampu seratus persen mengalihkan kekhwatiran Nisa namun apa mau dikata, ia belum siap berbagi masalahnya kali ini meski pada Nisa sekalipun.