Part 1

3.6K 396 6
                                    

"Kecelakaan mobil yang menewaskan pimpinan Lee Corp. beserta istrinya di.."

Soonyoung segera mematikan radio begitu penyiar sialan tersebut malah membawakan berita mengenai kematian Tuan Lee.

Dengan hati-hati ia menoleh ke arah Jihoon yang sedari tadi terlihat membuang muka ke arah jendela.
Ia tahu Jihoon sedang berusaha menahan air matanya. Pemuda mungil itu pasti ingin terlihat tegar setelah nyaris seminggu yang lalu ia menangis meraung-raung di depan orang tak dikenal dekat seperti Soonyoung.

Bahkan saat upacara pemakaman kedua orang tuanya Jihoon tidak meneteskan air mata sedikit pun.
Ya meskipun pada akhirnya ia memergoki bocah itu menangis tersedu-sedu di tempat sepi setelahnya.

Sedikit banyaknya Soonyoung mulai memahami karakter Jihoon.

Akibat larut dalam pemikiran mengenai Jihoon ia terpaksa harus me-rem tiba-tiba karena nyaris melanggar lampu merah dan menabrak pejalan kaki yang tengah menyebrang.

"Aish Ahjussi! Kau mau membunuhku huh?!"

Soonyoung cengo. Bukan, ia bukan kaget lantaran hampir menabrak pengguna jalan lain dan membahayakan nyawanya serta nyawa Jihoon.

Namun ia tak menyangka pemuda kecil berparas lucu seperti Jihoon tidak segan-segan memarahi orang yang lebih tua dengan nada tinggi seperti itu-terlepas dari apapun bentuk kesalahan orang itu.

Segaris senyum tipis terpatri di bibir Soonyoung begitu otaknya mencatat satu hal lagi tentang Jihoon.

Lelaki imut ini sangatlah galak.

**

Soonyoung memperhatikan punggung Jihoon yang kini tengah melihat potret keluarganya di dekat abu kedua orang tuanya.
Nyaris seminggu keduanya pergi meninggalkan Jihoon, dan selama itu pula durasi Soonyoung menemui Jihoon lebih dari hitungan jari.
Entahlah, ia merasa bertanggung jawab atas anak itu setelah menyanggupi kalimat Tuan Lee.

Bahkan ia bersedia menggantikan tugas Sekretaris Kim untuk mengantar Jihoon ke sekolah dua hari yang lalu.
Memang awalnya terasa sangat canggung, namun karena hal itulah Soonyoung menyempatkan diri bertemu Jihoon di sela-sela kesibukannya, agar mereka lebih cepat mengakrabkan diri.

Kepalan tangan Jihoon di sisi tubuhnya menarik perhatian Soonyoung.
Tangan-tangan mungil itu terlihat gemetar.

Soonyoung menghela nafas pelan.
"Kau boleh menangis, tidak usah di tahan"

Jihoon tidak menanggapi kalimat Soonyoung, tapi.."Ahjussi.."

"Ne Jihoon-ssi?"
Bahkan panggilan mereka masih sangat formal satu sama lain.

"Ahjussi akan menuruti permintaan Appa?"

"Iya, tentu saja.."

"Kalau begitu Ahjussi akan menjadi suamiku bukan?"

"...iya, Jihoon-ssi"

"Kalau begitu.."

Jihoon berbalik dan menatap Soonyoung yang berada beberapa meter di belakangnya, kemudian mendekat ke arah lelaki itu.
"Bolehkah aku memelukmu sebentar saja?"

Soonyoung belum sempat menjawab ketika jari-jari mungil Jihoon meraih pinggangnya dan memeluknya dengan erat, disusul air mata yang kini membasahi bagian depan kemejanya.

Jihoon menangis. Ia tidak kuasa untuk menahannya lagi.

Meski isakan kecil itu tidak mampu diredam dengan pelukan hangat dari Soonyoung setelahnya, tangan Soonyoung tetap bergerak perlahan untuk mengusap-usap punggung Jihoon.
Memberi bocah mungil itu ketenangan.

Good to Me | Soonhoon [Completed]Where stories live. Discover now