"Siapa?" tanya Mark saat melihat senyum manis Jeno. Sangat terlihat kalau adiknya itu sedang sangat senang sekarang.

"Hyung ingat dengan permintaanku semalam?"

"Soal pernikahan?"

"Yep"

"Lalu?"

"Kata uncle Ten dia sudah menanganinya"

"Bagus. Hanya itu?"

"Ingat dengan syarat kedua?"

"Soal apa?"

"Rumah pohon yang kuminta pada Ayah"

"Owh. Kenapa?"

"Sudah selesai. Mau coba kesana?" tanya Jeno bersemangat.

"Apa yang sebenarnya sejak tadi kalian bicarakan?" tanya Jisung yang sebenarnya sudah sangat penasaran. Sepertinya pertanyaan Jisung juga mewakili keempat temannya. Bahkan juga termasuk Renjun yang biasanya bersikap masa bodoh.

"Apa itu rumah pohon?" tanya Jaemin.

"Itu rumah bermainku yang baru. Kalian mau ikut?"

"Kau mengajak kami membolos?" tanya Renjun.

"Kenapa tidak? Kita diparkiran sekarang" balas Jeno tanpa beban.

"Baiklah ayo. Aku juga penasaran seperti apa rumah pohon itu" setuju Haechan yang akhirnya membuat mereka berjalan kearah kendaraan masing-masing.

Tidak butuh waktu lama, dua buah mobil dan tiga motor terlihat melaju keluar dari gerbang kampus tanpa peduli dengan teriakan satpam penjaga.

***

Tercengang. Melongo. Takjub.

Entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan ekspesi kelima remaja yang datang bersama Mark dan Jeno.

"INI YANG KAU MAKSUD RUMAH POHON!" seru Jisung tidak habis pikir.

Tempat ini-- SANGAT MENAKJUBKAN.

Tolong di bold dan digaris bawahi kata MENAKJUBKAN -nya.

"Aku tidak tau kalau di Seoul ada tempat sekeren ini?" ucap Chenle takjub.

Ini bahkan lebih keren dari markas bermain mereka.

"Kenapa kau hanya diam Jeno?" tanya Mark heran saat melihat sang adik hanya menatap rumah pohonnya.

"Apa Ayah dan Kakek benar-benar membuang semua mobil di garasi kesini hyung?" tanya Jeno yang terlihat berpikir sambil menatap satu-persatu mobil yang tertata rapi layaknya showroom itu.

"Kurasa iya. Owh lihat itu. Bahkan jaguar primadona baru dari Italy juga sudah terparkir manis disini" ucap Mark seraya mengelus sebuah mobil yang sepertinya koleksi tambahan untuk mereka.

"Boleh aku bertanya?" tanya Haechan yang membuat dua bersaudara itu menoleh.

"Semua ini-- apa semua milik kalian?"

"Bukan. Sudah kubilangkan ini mainan Ayahku" jawab Jeno yang kali ini menatap lekat mobil didepannya.

"Apa mainan yang kau maksud juga termasuk yang disana?" tanya Jaemin seraya menunjuk kearah deretan senjata dalam sebuah kaca tebal di dinding yang sepertinya terbuka secara otomatis.

"WOW! INI MENAKJUBKAN! Aku tidak sabar untuk segera mencoba semuanya" seru Jeno yang kali ini langsung berlari kearah deretan pistol dalam berbagai jenis itu dengan semangat.

"Untuk Pangeran-pangeran kesayanganku dari Kakek tampan" ucap Renjun yang membaca sebuah note kecil yang menempel dikaca.

"Hyung! Jeno punya mainan sendiri" serunya seraya mengambil sebuah revolver dan terlihat mengotak-atiknya seperti seorang ahli.

"Hyung! Jeno punya mainan sendiri" serunya seraya mengambil sebuah revolver dan terlihat mengotak-atiknya seperti seorang ahli

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

DOR!

DOR!

Suara tembakan yang dilepaskan Jeno kearah sebuah tembok diujung ruangan tepat ditengahnya.

"Sesuai bayanganku pelurunya memang sedikit berat tapi daya letusnya tidak mengecewakan. Aku suka" ucap Jeno dengan nada riang yang membuat Jaemin dan teman-temannya hanya bisa saling melempar pandangan dalam diam.

Sementara Mark?

Dia hanya terkekeh pelan-- sangat paham akan ketertarikan adiknya itu dengan berbagai jenis senjata.

Sepertinya keputusan mereka memang tepat.

Jeno memang layak menyandang predikat sebagai pewaris utama keluarga Park.

Kita tinggalkan Jeno dan teman-temannya, saat ini kita bertemu dengan pasangan kasmaran yang terlihat sedang mencumbu satu sama lain.

"Berapa banyak koleksimu yang kau berikan untuk Jeno dan Mark?" tanya Baekhyun seraya mengecup rahang tegas sang suami.

"Tidak banyak. Karena hampir semuanya kupesan secara khusus. Sesuai dengan selera mereka" jawab Chanyeol dengan tangan sibuk mengusap lembut pinggang Baekhyun yang berada di pangkuannya.

"Owh. Owh. Owh. Jika ingin bemesraan setidaknya pindahlah kekamar tuan-tuan" decak Jaehyun yang ternyata sedang ingin berkunjung.

"Tumben sekali kau ingat jalan pulang" sarkas Chanyeol namun terlihat tidak berniat menurunkan Baekhyun sama sekali. Bahkan dengan cueknya pria besar itu terlihat mengecup dan menggigit leher mulus pria mungilnya itu.

"Aku punya sedikit urusan denganmu tuan Park. Jadi bisa tunda dulu kegiatan rutin kalian?"

"Memangnya ada apa?" tanya Chanyeol malas.

"Ini mengenai hal yang sedikit darurat" balas Jaehyun seraya mendudukkan diri di sofa panjang didepan Chanyeol dan Baekhyun membuat orangtuanya itu menatapnya bingung.

"Soal apa?"

"Menyangkut penyerangan terhadap keluarga Lee delapan belas tahun lalu" jawab Jaehyun yang seketika membuat Chanyeol membeku.









*
*
*
Sempet kepencet publish padahal lagi direvisi -_-+
Tapi yaudahlah biar cepet war \(^o^)/

---Ayden---

MAFIA IN LOVE / BOSS (END) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora