Kalung

2.2K 76 3
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 1 malam,tapi Bella masih berdiri di depan jendela memandang hujan lebat dan angin kencang diluar.Di dalam hatinya penuh amarah.Masih terngiang di perkataan ayahnya beberapa minggu lalu "Sebaiknya,kau pindah ke sekolah berasrama karena papa jarang dirumah.Mungkin,jika kau berada di asrama bersama teman-teman kau tidak akan kesepian" "Kesepian? bilang saja kalau papa ingin menyingkirkanku" kataku ketus "Terserah apa pendapatmu,papa sudah mengurus kepindahan sekolahmu" jawab papa "Untuk apa papa bicara kalau memang papa sudah memutuskan" kata Bella sambil pergi.

Papa Bella adalah seorang pejabat,ibunya mengelola perusahaan keluarga. 3 tahun yang lalu orang tua bella bercerai,dan beberapa bulan yang lalu papa Bella menikah lagi.Tapi hubungan bella dan ibu tirinya tidak baik,sehingga Bella berpikir papanya sengaja menyingkirkan Bella karena ibu tirinya.

Sekarang,sudah 3 hari aku berada di sini. Sebuah sekolah tua,namun masih kokoh. Begitu pula dengan asrama yang berada tepat di samping gedung sekolah. Asrama ini terdiri dari 4 lantai yang tiap lantainya terdiri dari 10 kamar yang saling berhadapan. Kamarku barada di lantai 3,kamar 302.

Aku belum mengenal semua penghuni asrama ini,mereka mempunyai kesibukan yang berbeda. Aku hamya mengenal Rini yang tinggal di kamar 301, dan Sabrina yang tinggal di sebrang kamarku,307. "Duk...duk...duk..." tiba-tiba terdengar suara gaduh dari kamar sebelah,303 "Sedang apa dia malam-malam begini?" tanyaku dalam hati "Duk...duk...duk..." lalu samar-samar terdengar suara jeritan. Aku langsung berlari keluar,menuju kamar 303 "Kau tidak apa-apa? Bisakah kau membuka pintu?" kataku sambil mengetuk-ngetuk pintu. Aku mengira sesuatu telah terjadi di dalam kamar 303.

Tak lama,keluarlah seorang gadis cantik dari kamar itu "Hai,maaf kalau aku membuatmu panik,tapi aku tidak apa-apa kok. Aku hanya sedang memasang figura di dinding" jelas gadis itu "Oh aku pikir terjadi sesuatu. Kenalkan aku Bella,penghuni baru kamar 302" kataku memperkenalkan diri "Aku Anggie. Kau mau masuk?" tawar Anggie "Mmmmm...apa aku menggangu?inikan tengah malam" jawabku ragu "Tidak apa-apa,masuklah,kebetulan aku juga sedang tidak bisa tidur". Malam itu kami mengobrol tidak terlalu lama, tapi aku langsung menyukai Anggie. Entah kenapa kami merasa cocok,mungkin karena kami senasib,sama-sama punya ibu tiri.

Aku sering mendatangi kamar Anggie di malam hari saat dia sedang senggang dan kami sering menceritakan ibu tiri kami "Dia benar-benar menyebalkan,masakannya selalu gagal atau dia memasak masakan yang tidak aku suka" curhatku pada suatu malam "Kau masih beruntung dia masih mau memasak untukmu,kalau ibu tiriku kerjanya hanya shopping. Beli baju,tas,sepatu,perhiasan,pokoknya dia hanya menghabiskan uang ayahku saja" cerita Anggie "Aku pindah ke sekolah inipun karena ibu tiriku,dia sudah menganggu hidupku"kataku "Lalu bagaimana ibu Bella?apa kau sering bertemu dengan ibumu?" tanya Anggie "Ibuku ada diluar kota,jadi kami jarang bertemu. Aku rindu ibuku" jawabku. Aku selalu merasa sedih jika ingat ibuku "Sabarlah Bella,kau beruntung ibumu masih hidup. Ibuku sudah meninggal sewaktu aku kecil" "Memang,tapi aku merasa ibuku sangat jauh dariku. Aku hanya bisa memandang fotonya jika aku kangen" kataku "Kau tidak menghubunginya?" tanya Anggie "Sibuk" jawabku singkat. Aku teringat terakhir kalinya aku menghubunginya sebelum pindah,namun baru sebentar berbicara,ibuku harus pergi rapat.

"Bella,sebenarnya aku ingin minta tolong padamu" kata Anggie tiba-tiba

"Kau mau minta tolong apa?" "Dulu ibuku pernah memberikan kalung mutiara kepadaku. Tapi beberapa minggu sebelum kau datang mereka mengambilnya dan menyembunyikannya di gudang belakang sekolah. Aku takut jika aku sendiri yang mengambilnya ke sana mereka akan mencelakaiku" cerita Anggie "Meraka siapa?" tanyaku "teman-teman di asrama ini" "Kenapa meraka melakuakan ini padamu?" tanyaku lagi,tapi Anggie tidak langsung menjawab "Cerita saja,aku tidak akan mengatakan pada siapapun" bujukku "Karena mereka semua membenciku" jawaban Anggie mengagetkanku karena setahuku Anggie adalah anak yang baik dan sopan "Memangnya kau pernah berbuat salah apa?" "Entahlah,aku sendiripun tidak mengerti kenapa mereka membenciku" jawab Anggie "Baiklah aku akan mencarinya besok" kataku "Terima kasih Bella. Oh ya,kalung itu berada dalam kotak kayu berwarna hitam. Mereka bahkan sampai mencuri dengan kotaknya,benar-benar keterlaluan ya?"

Esok harinya,sepulang sekolah aku pergi ke gudang yang berada di belakang gedung sekolah. Aku mencari kotak kayu berwarna hitam,tapi walaupun aku saudah mencari sampai ke sudut-sudut gudang,aku tidak menemukannya "Maaf Anggie,aku belum berhasil menemukan kalung itu" kataku pada malam harinya "Tidak apa-apa,tapi tolong besok kau coba cari lagi ya" pinta Anggie "Baiklah"

Esok harinya au coba mencari lagi,tapi aku masih tetap tidak berhasil menemukannya "Tolong ya Bella,besok kau coba cari lagi. Kalung itu sangat berarti bagiku" kata Anggie saat malam harinya aku ke kamarnya. Tapi sampai seminggu aku mencarinya,kotak itu tidak ketemu "Apa kau yakin mereka menyembunyikannya di dalam gudang?" aku mulai berfikir Anggie salah memperkirakan tempat kalung itu di sembunyikan "Tidak,aku yakin mereka menyembunyikannya di gudang" jawab Anggie yakin

3 hari kemudian,aku masih belum menemukannya. Saat malamnya aku mengatakan pada Anggi,reaksinya sungguh di luar perkiraan ku "Kau ini sebenarnya mau menolongku atau tidak sih?! Masa cari kalung aja gak bisa? Kalau kau memang tidak ingin menolongku,bilang saja terus terang" aku yang terkejut dengan perkataan Anggie,tidak bisa berkata apa-apa "Sudah,sebaiknya kau keluar dan besok cari lagi kalung itu" lanjut Anggie sambil membuka pintu

Besok sorenya,aku pergi lagi ke gudang itu. Sebenarnya aku marah pada Anggie atas perkataannya kemarin padaku. Tapi aku akan buktikan aku bisa "Sebenarnya dimana kalung itu" tanyaku sambil menghentakkan kaki. Namun rupanya aku terlalu keras sehingga lantai kayu gudang yang memang sudah lapuk menjadi jebol "Duh...bagaimana ini?" aku segera membereskan serpihan kayu yang patah. Dan saat itulah mataku melihat bahwa di dalam lantai kayu yang jebol tersebut ada sesuatu. Saat ku teliti ternyata itu adalah kotak kayu hitam.

Aku langsung mengambilnya "Akhirnya ketemu juga. Tapi kenapa....." kotak kayu itu sangat berdebu dan tampak sangat tua "Tidak seperti yang disembunyikan beberapa minggu" kataku bingung. Lalu aku mencoba membuka kotak itu,tiba-tiba "Apa yang kau lakukan di sini?" sebuah suara mengagetkanku. Aku berbalik,dan ternyata itu Ibu Viviane "Aku sedang mencari ini, Bu" jawabku sambil menunjukan kotak itu. Tiba-tiba saja Ibu Viviane merebut kotak itu "Bagaimana kau menemukan kotak ini?" tanyanya panik "Maaf Bu,kakiku tidak sengaja menjebol lantai kayu gudang" jawabku takut "Ya sudah,sekarang kau pulang ke kamarmu" jawab Ibu Viviane sambil melangkah pergi "Tapi Bu,kotak itu milik teman saya" "Teman?" tanya Ibu Viviane bingung "Iya Bu,kotak itu milik Anggie" jawabku

Tiba-tiba raut wajah Ibu Viviane berubah ketakutan "Siapa namamu nak?" tanyanya "Saya Bella,Bu" "Kau tinggal di asrama?" "Ya" jawabku "Kamar mana?" tanyanya lagi "kamar 302" Ibu Viviane terdiam sejenak "Bella,jika di lantai lain masih ada kamar yang kosong,segera kau pindah. Jika tidak ada,carilah tempat kost" kata Ibu Viviane sambil pergi.

ROOM 303Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang