Chapter 2

443 60 21
                                    

Suara gesekan perpaduan goresan kapur putih yang membentuk sebuah kalimat penjelasan panjang pada papan hitam lebar yang berada di depan kelas menjadi fokus semua murid, walaupun beberapa diantara mereka merasa Guru itu sedang mendongeng

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Suara gesekan perpaduan goresan kapur putih yang membentuk sebuah kalimat penjelasan panjang pada papan hitam lebar yang berada di depan kelas menjadi fokus semua murid, walaupun beberapa diantara mereka merasa Guru itu sedang mendongeng. Sesekali suara Guru terdengar saat beliau memberikan penjelasan lebih detail pada muridnya. Deretan kalimat serta suara Guru membuat helaan nafas pelan nan panjang keluar dari mulut Athanasia, salah satu tangannya ia gunakan untuk menopang dagunya.

Sepasang netranya mencoba untuk melihat ke seluruh penjuru kelas, melihat satu per satu teman kelasnya yang memilih sibuk menulis catatan, menguap, tertidur, maupun kegiatan lainnya. Kedua belah bibir milik Athanasia sedikit terbuka kecil saat netranya menatap 'sesuatu' yang membuatnya sedikit terkejut.

Hilir angin yang berhembus masuk melalui jendela kelas yang terbuka itu sedikit menggerakkan beberapa helai rambut seseorang, sinar matahari yang perlahan-lahan menguat terang membuat sebuah latar belakang seseorang bersinar layaknya tokoh utama dalam sebuah cerita buku bergambar, sepasang binar mata yang tidak terlalu antusias namun tajam menambah sebuah kesan kuat, serta pose yang tenang itu membuatnya menjadi atensi seorang Athanasia de Alger Obelia di dalam kelas.

'Ah, dia tampan jika tenang seperti itu.'

Lucas, seseorang yang menjadi atensi Athanasia menolehkan kepalanya saat merasakan sengatan listrik dari sel dendritnya ketika menyadari seseorang memperhatikan dirinya. Kerutan amarah di kening Athanasia terjadi saat melihat senyuman ejekan yang diperlihatkan Lucas untuk dirinya.

Mendenguskan nafasnya kasar, Athanasia mencebik pelan sebelum kembali menatap tanpa minat papan hitam yang sudah dipenuhi beberapa tulisan, 'Aku tarik pujianku barusan, Lucas sangat menyebalkan dalam hal dan keadaan apapun'.

Melihat raut wajah kesal Athanasia membuat perasaan senang tersendiri bagi Lucas. Menyangga dagunya dengan menggunakan telapak tangan kanannya, Lucas memandang lurus bukunya yang sudah dipenuhi rentetan kalimat untuk sebuah catatan. Entah kenapa, Lucas memikirkan perkenalan pertamanya dengan Athanasia yang tidak terlalu bisa dijadikan sebuah keuntungan maupun kerugian bagi kehidupannya.

Hanya karena tidak sengaja mengucapkan kalimat yang sama mengenai kelas berapa yang mereka tempati saat melihat papan pengumuman sekolah, kemudian ketika dirinya secara sengaja memasukkan zat kimia yang dapat menyebabkan ledakan kecil pada sebuah cairan yang sudah dibuat oleh salah satu kelompok di kelasnya, hal tersebut membuat Athanasia langsung menghampiri dan memarahi dirinya selama pelajaran Kimia berlangsung.

Athanasia itu perempuan yang bertindak sesukanya namun terlihat elegan juga walaupun sifatnya terlalu liar entah kenapa menurut Lucas itu menambah kesan tersendiri bagi dirinya.

"Baiklah, sampai bertemu lagi dilain waktu."

Kalimat yang diucapkan Guru untuk mengakhiri pembelajaran pagi ini. Beberapa murid memilih merenggangkan otot lengannya, mengganti buku pelajaran selanjutnya, maupun melipat kedua tangannya di atas meja sebagai bantalan untuk tidur.

Athanasia Where stories live. Discover now