Prologue

10 1 0
                                    

"Saya bukan penjahat, pak"

"Coba buka itu segeprak loker, lihat isinya. Macam mana bisa ada 1,4 juta butir ekstasi di sini?"

"Saya bukan penjahat, pak"

Kelam mata memandang sang podium sebagai saksi kalah talaknya saya. Tidak, saya tidak mengambau kepada Tuhan. Tetapi jika saya memang anak Tuhan yang tidak diinginkan, jadilah saya. Pada akhirnya, napas saya akan habis digerogoti waktu, maka terjadilah eksekusi mati seorang hamba salih atas perbuatannya.

Saya bukan pengedar ekstasi. Saya tidak akan dihukum mati.

Terlahirlah kembali saya dengan wajah berseri-seri, ah Tuhan, di mana kah belas kasihan mu? Parau suara ku memohon ampun kepada penguasa alam semesta ini. Lihatlah saya sekarang, oh Tuhan, bahkan sebelum sampul tali menguntai leher ini, harkat saya telah pergi meninggalkan materi yang berpijak pada bumi ini.

"Saya bukan penjahat, pak"

Saya takut Tuhan. Berapa lama saya akan hidup dengan rasa sakit ini. Saya tidak tahan melihat algojo berpakaian serba hitam berjalan mengitari ruangan beluwek ini. Mirip, mirip seperti lembu, bertindak sesuai komando. Ah Tuhan, jijik mata saya melihat apa yang menjadi hidup saya sekarang.

Mata saya merah, Mungkin mereka yang menatap saya dapat merasakan seandainya matahari berada di jarak satu jengkal dengan pelipis kepala mereka. Panas. Mulut saya bak Gurun Gobi di Mongolia sana, kering garing dengan selekeh di mana-mana. Bibir saya, bibir saya seperti feses asu, coklat, coklat sekali.

Sedikit lagi, sedikit lagi giliran saya untuk bercengkrama dengan kematian. Seperti apa, seperti apa rasa sakit yang akan menjadi permaisuri diri ini? Saya melangkah dengan baja di punuk, dengan segenap dosa Ayahanda saya pikul. Ah Tuhan, dosa saya.

"Tidak sehelai rambut pun jatuh tanpa seizin Tuhan"

--

"Kamu yakin mau sembuh?"

"Saya bukan penjahat, pak"

"Kamu yakin mau sembuh?"

"Saya mau sembuh, pak"

Aku duduk berhadapan dengan tiga laki-laki berpakaian oranye. Bersama dengan satu meja kayu panjang menjadi saksi perbincangan ku dengan para anggota BNN. Tertulis nama ku di situ, dengan beberapa kata-kata yang tak ku mengerti, 'rehabilitasi, detoksifikasi, buprenorfin, naltrexone, therapeutic communities', dengan segala riwayat hidup ku, tertulis jelas apa yang telah ku lakukan selama ini. Dan aku merenggut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ParanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang