Makan Malam

24 3 1
                                    

Happy reading guys.

typo? Tandain!

"Nggak usah Pak, bentar lagi busnya datang." tolak Aruna.

"Masuk atau aku gendong paksa kamu?" ancam Altan.

"Gak percaya?" tanyanya mengulangi.

"Eh,eh gak usah. Iya saya masuk." kesal Aruna.

"Gitu dong jadilah hyraku yang seperti dulu." senyum Altan.

Aruna masuk ke dalam mobil dengan raut cemberut. Dengan terpaksa ia harus duduk di sebelah Altan. Sungguh imut ekspresinya, membuat Altan menyunggingkan semyum tipis melihat kelakuan Aruna.

Hening, tak ada suara setelah mobil melaju meninggalkan kantor. Belum ada yang memulai percakapan terlebih dahulu. Baik Aruna dan Altan masih sama-sama menikmati keheningan yang tercipta.

"Pak ...,"

"Hyra ...,"

Ucap mereka berbarengan. Mereka berdua saling menoleh, sekilas. Namun Altan mengalihkan tatapan terlebih dulu, fokus menyetir.

"Kamu dulu," ucap Altan.

"Bapak kenapa sih jadi berubah, suka maksa-maksa?" tanya Aruna sedikit emosi.

"Hhh, saya nggak tau, enak aja gitu bikin kamu marah." kekeh Altan.

"Ish, apaan sih pak?" ucap Aruna.

Altan mengacak rambut Aruna gemas. Mengakibatkan detak jantung Aruna menjadi abnormal. Aruna menjadi salah tingkah.

"Pak, rusak nih rambutku." kesal Aruna.

Entah sejak kapan panggilan mereka berubah menjadi formal aku-kamu, saya-kamu. Sejak mengetahui bahwa Altan adalah pemimpin perusahaan gaya bicara Aruna mau tak mau harus berubah. Harus profesional.

Mereka berdua sampai di rumah Aruna. Rumah bercat putih dengan desain minimalis dan sederhana. Tampak asri karena banyak tanaman, lebih tepatnya bunga mawar.

"Kamu masih sama Hyraku dahulu, tetap suka dengan bunga mawar." ucap Altan sangat pelan sampai tak terdengar.

***

"Assalamualaikum," ucap Aruna.

"Waalaikumsalam," terdengar jawaban dari dalam rumah.

"Masuk Pak," ajak Aruna kepada Altan.

Sebenarnya Aruna hanya basa-basi menawari Altan untuk mampir ke rumahnya. Tetapi Altan langsung menerima ajakan Aruna. Di sinilah Altan, duduk berhadapan dengan ayah Aruna dan juga dengan budhe Mina.

"Monggo le, diminum dulu tehnya," ucap budhe Mina.

"Iya, tante," jawab Altan sopan.

"Ehh, jangan panggil tante panggil budhe aja biar sama kayak Aruna," ucap Bude Mina sambil senyum-senyum.

"Ohh iya tan ... Eh bude,"

"Bosnya Hyra ya?" tanya Bude.

"Iya budhe,"

"Oalah, sebelumnya Hyra nggak pernah lo bawa laki-laki pulang, kamu yang pertama. Eh sudah makan le? Sekalian aja makan disini tadi Bude masak banyak." ajak Bude

"Hehe belum Bude, boleh deh kalau nggak ngrepotin." jawab Altan tanpa rasa sungkan.

Aruna melototkan mata, "Bapak katanya sibuk?" tanya Aruna.

"Tadi iya, tapi sekarang udah nggak kok. Tadi kan Pak Adi telpon kalau dibatalkan meetingnya." jawab Altan dengan entengnya.

"Wes to, Hyra ayo bantu Bude siapin makanan di dapur dulu." lerai Bude Mina.

Langit FajarOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz