2

119 9 2
                                    

Tempat itu tidak berubah dari apa yang diingat oleh Kiro.

Sungainya masih jernih seperti dahulu, memantulkan pohon sakura dengan begitu sempurna, bagaikan sebuah lukisan.

Ia melewati beberapa pohon yang melambai-lambai lembut, menikmati segarnya bunga berwarna merah muda tersebut di tengah keramaian Kota Tokyo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia melewati beberapa pohon yang melambai-lambai lembut, menikmati segarnya bunga berwarna merah muda tersebut di tengah keramaian Kota Tokyo. 

Setiap langkah membawa kembali kenangan Kiro menuju pertemuan pertamanya dengan (name), seseorang yang menjadi tambatan hatinya selama bertahun-tahun.

Angin berembus pelan, membuat mahkota bunga sakura jatuh di bahu Kiro. Pemuda itu segera mengambilnya, sedikit tersenyum sebelum rasa nyeri menyerang telinganya.

"Tolong aku!"

Sebuah pekik berkumandang di dalam benaknya, membuat Kiro tersentak. Netra cemerlangnya berkeliaran, mencari sumber suara tersebut, tetapi tidak ada satu pun hasil yang memuaskan.

"Tolong aku, Kiro." Suara itu kembali terdengar, membuat Kiro terperanjat. Ia mengangkat mahkota bunga tersebut mendekati telinganya, memastikan apa spekulasinya benar.

"Tolong...."

Kiro mundur beberapa langkah, refleks membuang mahkota tersebut sembarangan. "Apa-apaan itu?" 

Kiro berani bersumpah bahwa ia baru mendengar suara yang berasal dari bunga sakura tersebut. Namun, ia merasa semua itu tidak masuk akal. Pemuda itu memang diberkahi dengan kemampuan melihat masa lalu pada suatu benda ketika mendengarnya. Meskipun begitu, tak pernah sekalipun ia mendengar benda mati berbicara.

Masih dengan rasa penasaran yang teramat besar, Kiro mendekati helaian bunga sakura yang tadi ia lempar, kemudian meletakkannya di telapak tangan. "Suara dari masa lalu?" Alisnya terangkat sebelah.

Mahkota bunga merah muda itu sedikit bergerak karena ditiup angin. "Kau harus menemukanku, Kiro. Aku harus menjelaskan semuanya." Suara yang sarat akan duka lara itu meremas hati sang pemuda. Ada fragmen rasa rindu yang menelusup dalam hati, Kiro kenal betul suara itu.

Rahangnya mengetat, separuh dirinya masih tidak percaya dengan suara tersebut. "(Name)...." Suaranya terdengar jauh lebih parau dari biasanya.

"Jalan lurus hingga aku beri arahan selanjutnya." Bisikan mahkota bunga tersebut membuat Kiro kehilangan akalnya. Ia berjalan, menabrak beberapa orang beberapa kali karena terburu-buru. Pikirannya kacau, ia tidak mampu lagi mengendalikan tubuhnya.

Peluh membasahi wajah Kiro tatkala pemuda itu sampai di sebuah tempat sepi. Pohon sakura yang agak tua berdiri kokoh di sana, beberapa mahkota bunganya bertebaran di lantai. Angin menyapu bersih semuanya, membuat yang tersisa hanyalah rerumputan hijau dan beberapa bunga yang masih melekat pada dahannya.

Kiro menahan napas. Ia ingat tempat ini, sangat ingat malahan.

Ia maju beberapa langkah, menyenandungkan melodi sebuah lagu yang diciptakannya semasa bekerja di Jepang. "Markas rahasia kita." Ia sedikit tertawa, berdiri tepat di depan batang cokelat tua tersebut.

"Mengapa kau membawaku ke sini?" Kiro membuka telapak tangannya, tetapi bunga tersebut tak lagi membalas, seakan jiwanya sudah hilang.

Jemari jenjangnya menyentuh batang tua dengan banyak ukiran yang dahulu ia pahat karena bosan. Setiap lekukan, setiap inci batang tersebut terasa tak asing ketika menyapa kulitnya.

"Sekarang, cerita apa yang hendak kausampaikan padaku?"

Kiro memejamkan mata beberapa saat, menghitung dalam hati sampai setengah menit berlalu. Kepalanya langsung dirundung rasa sakit yang begitu mengerikan, tetapi ia bersikeras bertahan dengan menyandarkan sebagian tubuh pada batang besar tersebut.

Setelah memastikan rasa sakit itu menghilang, manik biru Kiro membuka perlahan, siap menyaksikan masa lalu yang dipegang oleh saksi bisunya kali ini.

Spring Lullaby || Kiro x readerWhere stories live. Discover now