02. Kondangan

88 40 68
                                    


"Tiya, buruan udah jam setengah tujuh. Nanti kamu telat" teriak Mamah dari lantai bawah.

Gara-gara aku kesiangan, aku jadi kelimpungan gini. Untungnya buku-buku yang dibawa hari ini udah aku siapin sedari malam. Coba kalo nggak, keteteran beneran aku.

"Iya mah sebentar, Tiya lagi nyari kaos kaki" balasku teriak.

Kesiangan di hari senin, ditambah kesulitan mencari kaos kaki memang perpaduan yang paling yahut. Gara-gara sakit gigiku semalam, aku jadi susah tidur. Untungnya hari ini udah mendingan.

Setelah ketemu kaos kakinya aku buru-buru lari ke bawah sambil menenteng tas dan kaos kakiku yang ga sempet aku pake.

"Loh Sa, kamu kok disini?" tanyaku bingung karena pagi-pagi gini gabiasa Aksa kerumahku.

Aksa menyapaku "Pagi Tiya, itu belek kamu masih nempel"

Astagfirullahaladzim

Buru-buru aku memegang kedua mataku, dan bener aja, masih ada beleknya. Ya ampun malu banget, pengen ilang aja rasanya.

"kamu belum jawab pertanyaanku"

Aku duduk dihadapan dia, sambil tersenyum ke arah Mamah dan mengucapkan terima kasih karena sudah memanggangkanku roti.

"Dirumah ga ada siapa-siapa Ya, bibik lagi pulang kampung, Ayah Bunda lagi kenikahannya sepupu aku. Dirumah ga ada makanan"

Aku mendengarkannya sambil mengunyah roti bakarku. Aksa dan aku itu bertetangga. Rumahnya 10 meter di depan rumahku.

Kutebak Aksa belum mandi. Terlihat dari rambutnya yang berantakan. Biarpun belum mandi juga, Aksa tetep ganteng.

Sedaritadi aku belum melihat Papah dan Mas Yayan. Akhirnya aku pun bertanya "Mas Yayan sama Papah kemana Mah?"

Mamah yang lagi sibuk siap-siap buat pergi ke butik menoleh kearahku "Mas Yayan ke kampus, bimbingan lagi. Kalo Papah, udah kekantor, ada meeting katanya"

Aku hanya mengaangguk-anggukan kepala, sambil mencuri-curi pandang ke arah Aksa yang duduk di depanku. Aksa lagi sibuk menikmati nasi goreng buatan Mamah.

"Ya, Mamah gak bisa nganter kamu ke sekolah. Kamu bareng Aksa aja ya" Ucap Mamah ke aku.

"Ga usah, Tiya nanti naik angkot aja" Tolakku. Aksa langsung merubah pandangannya dari nasi goreng sekarang ke aku.

Buru-buru Aksa menelan suapan terakhir nasi goreng. "Kamu berangkat bareng aku. Bisa telat kalau naik angkot"

Sebenernya yang dibilang Aksa bener sih.

"Yaudah aku sama kamu. Ayo berangkat, 15 menit lagi jam tujuh. Bisa ditutup nanti gerbangnya "

Aku pamit ke Mamah, Aksa juga pamit mau ngambil mobilnya. Kita berdua jalan berdampingan ke rumahnya dia. "Tunggu, aku ambil kunci mobil dulu"

"Iya"

Aku berdiri di depan pagar rumahnya sambil memainkan Handphone, dan mengecek twitter ku siapa tau ada ghibahan baru.

Mobil Aksa sudah didepanku, aku langsung masuk. "Ya, pakai seatbelt nya"

"Ga mau Sa, orang deket juga sekolah ku. Ga akan ada polisi" aku menolak perintah Aksa. Aku memang gak suka pakai seatbelt, rasanya kayak ada yang ngikat badan aku. Jangan ditiru ya!!

Aku kaget setengah mampus, Aksa mendekatkan tubuhnya kearahku, mengabil ujung seatbelt dan memasangkannya ke badanku.

Aku nahan napas sampai dia bener-bener selesai memasangkan seatbelt kebadanku. "Bukan aku takut polisi, Ya. Tapi demi keamanan kamu"

Something About You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang