(13) Dia Adalah DIA

Start from the beginning
                                    

Hermione tiba-tiba tertawa. "Kenapa kau tertawa?"

"Hanya membayangkan jika Voldemort memiliki lukisan." Sahut Hermione geli.

Draco ikut tertawa kecil. "Potret bisa bergerak jika potret itu dilukis saat si objek masih hidup. Itu semacam seni sihir. Tapi jika lukisan dibuat setelah si objek manusia telah mati, potret itu hanya diam saja. Yeah, Severus sudah tiada. Aku yakin potret itu sekarang sedang berbicara sinis pada keluargaku yang lain. "

Mereka berdua tertawa.

Tiba-tiba Woly muncul dari udara dan dengan susah payah membawa tiga bingkai besar di pelukannya.

"Nona Hermione, Tuan Draco. Woly berhasil mendapatkannya." Ujar peri itu antusias.

Hermione menyihir tiga buag stand lukisan dan menyuruh Woly untuk meletakannya di sana.

"Terima kasih, Woly. Aku sangat beruntung memilikimu." Ujar Hermione tersenyum ke peri itu. "Kau bisa istirahat."

Peri itu tersenyum sumigrah. Majikan barunya sangat baik. Dan dia sangat menyukainya. "Tentu, Nona. Woly akan selalu setia pada Nona. Woly izin pergi." Dan peri itu menghilang di udara.

Tiga potret itu adalah Lucius, Narcissa, dan Severus.

Draco hampir menangis saat melihat tiga orang yang sangat penting dalam hidupnya.

"My Dragon." Panggil Narcissa tersenyum sayang.

"Mother." Bisik Draco pelan.

"Kau kuat, kau hebat. Dan aku sangat bangga padamu." Narcissa kembali tersenyum. Lalu mata aquamarin itu menatap ke Hermione. "Aku lihat Miss Granger bersamamu?"

Draco mengangguk. "Ia membantuku. Ia menyembunyikan aku dan si bayi."

"Aku yakin bukan percakapan ini yang ingin kalian buat?" Tanya Lucius ikut dalam pembicaraan.

Draco menghela napas. "Itu benar."

"Perang sudah berakhir Draco, Miss Granger. Ada hal apa yang membuat kalian membawa potret kami jika bukan ada suatu hal yang penting?" Snape bertanya ramah dengan senyum kecil. Ia tidak memiliki alasan lagi untuk bersikap buruk orang sekitarnya. Tugas sebagai agen gandanya telah berakhir. Ia tidak mau potretnya di bakar akibat ketidakramahannya

Wajah Draco dan Hermione menjadi kaku mendengar pertanyaan Snape. Pria berambut hitam itu menurunkan senyumnya dan ekspresinya menjadi serius. "Ada sesuatu." Ujar Pria itu memutuskan.

Draco mengangguk. "Ayah, Uncle. Apakah kau ingat perkamen yang kalian temukan. Di mana sebuah rahasia di sembunyikan. ?" Mereka mengangguk. "Granger menemukannya di perpustakaan Yaxley."

"Dia datang saat aku memanggilnya dengan mantra pemanggil. Aku sedang mencari informasi tentang... Ho-hocrux."

Wajah Lucius dan Snape menjadi kaku. "Ada apa kau mencari informasi demikian?" Tanya Snape agak datar. "Itu terlarang."

"Profesor. Aku harus mengetahui apa isi perkamen itu. Dan anda adalah yang pernah melihat isinya." Hermione berseru agak memohon.

Snape diam. "Apakah itu karena rasa penasaran atau suatu yang lain."

"Suatu yang lain." Sahut Hermione.

DRAMIONE : DON'T HURT MY DEATH EATERWhere stories live. Discover now