(14) Fiendfyre

3.4K 488 37
                                    

Hermione dan Draco sedang sarapan pagi. Sedang Malfoy kecil sedang asik di ayunan bayinya. Mereka duduk berhadapan.

"Hari ini kau akan kemana?" Tanya Draco setelah makanannya habis.

"Aku akan ke kementian."

Draco mengangkat alisnya bertanya.

Hermione mengangguk. "Aku harus mengurus berkas untuk pembangunan panti asuhan."

"Jadi kau serius untuk menampung anak-anak dari pelahap maut yang di hukum?"

"Yeah. Sementara ini mereka tinggal di panti asuhan penyihir biasa. Terakhir kali aku mengeceknya, mereka mendapatkan perlakuan tidak adil di sana. Jadi mungkin aku akan membuat manor ini menjadi tempat tinggal mereka. Di Manor ini ada 4 kamar di sayap kanan dan 6 kamar di sayap kiri. Aku akan membuat kamar itu menjadi seperti asrama dengan tempat tidur ukuran single." Jelas Hermione sedikit antusias.

Draco tersenyum melihat semangat dan kebaikan gadis itu. Hermione yang merasa Draco menatapnya geli menjadi memerah malu. "Maaf. Terkadang aku jadi cerewet di pagi hari."

Draco menggeleng dan tersenyum kecil. "Aku harap aku bisa memberikanmu sesuatu atas kebaikanmu, Granger."

"Mereka hanya anak kecil. Tidak bersalah, tidak tahu apa-apa." Bisik Hermione. "Orangtua mereka memang bersalah, tapi tidak dengan merekanya. Tapi mengapa seluruh masyarakat dunia sihir tidak menerima mereka? Apakah mereka tidak tahu rasanya ditolak di sebuah tempat yang seharusnya kamu berada karena status orangtuamu?"

Draco menatap Hermione. "Aku merasakannya. Aku merasakannya selama di dunia sihir. Perang itu adalah untuk memusnahkan Mudblood, memusnahkan orang sepertiku. Itulah sebabnya aku ikut berjuang juga. Untuk menyelematkan orang-orang sepertiku, orang-orang yang ditolak karena statusnya. Tapi mengapa sekarang mereka mengulanginya lagi? Apa bedanya? Dulu mereka memulai perselisihan dengan memojokan darah lumpur, dan sekarang mereka membuat perselisihan memojokan para anak darah murni dari deatheater."

Draco melihat Hermione yang wajahnya terlihat mengenang suatu yang sedih. "Kau tahu, Granger. Severus pernah bilang. Sebenarnya tidak ada pihak yang baik dan pihak yang jahat. Dia tidak pernah benar-benar loyal pada Dark Lord, tapi juga tidak benar-benar loyal pada Dumbledore. Dia pernah bilang, 'pihak terang hanya sebuah nama organisasi untuk membunuh angota-anggota bernama pihak jahat.'"

"Jujur. Aku setuju dengan ucapannya." Guman gadis itu sembari menatap kedua tangannya. "Kau lihat tangan ku?" Hermione menunjukan kedua tangannya. "Dulu ini bersih. Sebelum aku masuk ke dalam peperangan dan mencelupkannya ke genangan darah."

"Granger..."

Hermione meneteskan airmatanya. "Mereka melihatku sebagai pahlawan. Tapi aku melihat diriku sebagai orang pembunuh." Gadis itu terisak. "Aku masih bisa merasakan darah Greyback di tanganku. Aku masih bisa mendengar jeritan kesakitan Rosier saat aku mengutuknya. Aku masih bisa meningat Crabbe senior memohon agar tidak di bunuh."

Draco bangkit dan mengambil tempat duduk di samping Hermione.

"Granger... Dengar."

"Tidak! Kau tidak mengerti. Tidak ada yang mengerti aku. Aku tidak lebih dari seorang pembunuh yang di sebut pahlawan."

"Hermione...." Draco memanggil lembut. Tangan Draco menyentuh punggung tangan Hermione yang mengepal. "Aku mengerti bagaimana perasaan itu." Mata Hermione menatapnya. "Dark Lord sangat bangga padaku saat aku memberi tahu beberapa tempat tinggal kelurga Muggleborn dan menyerang mereka. Aku dan orangtuaku seharusnya dibunuh saat itu karena kegagalan tugasku membunuh Dumbledore, tapi karena aku berhasil... Membantai mereka, DIA membebaskan kami dari hukuman itu. Kau tahu? Rasanya sangat sulit untuk melupakan orang-orang yang kau bunuh. Ingatan itu terasa segar di pikiran."

DRAMIONE : DON'T HURT MY DEATH EATEROnde as histórias ganham vida. Descobre agora