Prolog

7.1K 200 8
                                    

"Baguslah, tapi harus tetap berhati-hati ya Bu? Mungkin saja mual dan muntah itu akan Ibu alami ketika dalam trimester lanjutan. Saya akan memberikan resep vitamin, tolong Ibu minum yang rutin ya? Dan iya saya juga akan meresepkan obat anti mual dan muntah, berjaga-jaga jika Ibu nanti mengalaminya jadi tinggal diminum saja. Sudah saya tuliskan juga berapa kali Ibu harus meminumnya dalam sehari, oh iya saya sarankan Ibu harus rajin mengkonsumi ikan dan hati ayam untuk sumber protein si bayi. Tak lupa juga buah-buahan yang mengandung banyak serat, saya periksa tadi Ibu sepertinya sedikit kekurangan cairan dalam tubuh Ibu maka dari itu minum air putih paling sedikit delapan gelas satu hari ya Bu? Untuk Bapak juga boleh membelikan istri Bapak susu Ibu hamil, Bapak juga harus rajin meminta Ibu agar mau meminumnya. Kebanyakan dari pasien saya yang terdahulu banyak sekali Ibu-ibu yang tidak kuat mengkonsumsi susu Ibu hamil karena baunya, hari saya sarankan pilihlah susu yang baunya tidak membuat mual bagi Ibu hamil seperti susu yang berperisa buah-buahan alami." Aku mendengarkan ucapan dokter Nadya dengan seksama, aku akan membelikan apapun yang Geana butuhkan. Makanan bergizi? Susu Ibu hamil? Buah-buahan? Aku akan penuh semua itu untuk kesehatan istriku dan calon anakku kelak.

"Iya dok, terima kasih banyak. Kalau begitu kami permisi dok." Aku menuntun Geana untuk berdiri, sebelum kami benar-benar pergi aku mengangguk sekilas pada dokter Nadya sebelum mengajak Geana keluar dari sini.

"Kita ke apotek rumah sakit dulu tidak apa-apa kan?" Tanyaku pada Geana yang dari tadi hanya diam, mungkin dia sedikit kelelahan karena kami harus berjalan cukup jauh melalui koridor-koridor rumah sakit.

"Tidak apa-apa Mas." Jawab Geana lemah.

Setelah menebus obat di apotek, aku mengajak Geana memasuki mobilku kemudian mengendarainya menuju super market. Aku akan membelikan makanan-makanan apa sayang yang tadi dokter Nadya sebutkan tak lupa susu Ibu hamil, mataku melirik Geana yang tengah memejamkan matanya. Aku berpikir dia kelelahan dan akhirnya terlelap, aku yang tidak tega untuk membangunkannya pun memilih untuk keluar sendirian dan memasuki supermarket.

Aku sama sekali tidak bingung ketika mencari-cari bahan-bahan yang aku butuhkan, aku sudah terbiasa diminta belanja oleh Mama bahkan dulu aku pernah pergi memasuki area pasar karena tiba-tiba Mama sakit kaki dan tidak kuat mengelilingi pasar. Dan saat itu aku beruntung karena Mama menyuruhku memasuki area pasar karena disana aku dapat bertemu dengan Geana, bahkan beberapa Ibu-ibu mengira Geana adalah calon istriku yang pastinya aku aminkan doa baik itu dan ternyata doa itu menjadi kenyataan. Mungkin lain kali aku akan kembali ke pasar itu untuk membelikan beberapa hadiah pada Ibu-ibu yang pernah mendoakan kami dulu karena doanya juga aku dan Geana bisa bersatu.

Aku menyusuri rak-rak yang menyediakan berbagai macam kebutuhan, dari bahan mentah, instan hingga bahan yang sudah matang. Aku memutuskan menyusuri rak susu Ibu hamil terlebih dahulu, nah sekarang aku bingung susu apa yang disukai istriku dan tidak akan membuatnya mual? Ada berbagai merk susu serta rasa dari yang rasa coklat, vanila, madu, mangga, strawbery bahkan ada rasa terbaru yaitu rasa anggur. Karen bingung dan tidak tau apa yang Geana suka, akhirnya aku mengambil semua susu Ibu hamil berbagai merk serta rasa itu dan memasukannya kedalam keranjang.

Itu kulakukan agar nantinya istriku bisa memilih susu dengan berbagai rasa sesuai keinginannya tanpa harus membuat aku bolak-balik ke supermarket mencari susu yang dia inginkan rasanya. Kini aku beralih menuju rak bahan-bahan mentah, pandanganku menatap ikan yang terlihat sangat segar. Aku mengambil ikan itu dalam jumlah yang cukup banyak serta beberapa pack hati ayam, setelah itu aku menuju rak buah-buahan. Buah yang aku pilih adalah pisang, apel, semangka, melon dan anggur. Sepertinya aku sudah cocok sekali menjadi seorang chef yang akan berbelanja kebutuhan dapurnya. Setelah selesai aku menuju kasir dab membayar barang belanjaanku, ternyata yang kubeli cukup banyak hingga aku sedikit kewalahan saat membawa kantung plastik berisi barang belanjaanku.

"Mas..." Panggil Geana sedikit terusik, mungkin dia terbangun karena aku sedikit berisik saat menaruh barang belanjaanku dibangku penumpang.

"Iya sayang?" Aku mengusap kepalanya yang saat ini tertutup hijab berwarna hijau, sama persis seperti warna jaket yang tengah aku kenakan. Kami jadi terlihat pasangan couple kalau begini caranya.

"Mas habis belanja? Kenapa tidak membangunkan aku?" Tanyanya sambil menatap barang belanjaan dibelakang kami.

"Maaf sayang, aku tidak tega membangunkanmu jadinya aku tinggal sebentar untuk belanja." Jelasku.

"Mas belanja apa saja? Kenapa sepertinya itu banyak sekali? Mas tidak membeli semua isi supermarket kan?" Tanyaya beruntun membuatku tertawa pelan.

"Kalau itu yang kamu mau maka akan kulakukan."

"Mas, aku sedang tidak bercanda." Kesalnya ketika melihatku terus saja tertawa.

"Iya, aku tidak membeli semua isi supermarket. Aku hanya membeli keperluanmu dan untuk janin yang ada didalam perutmu, itu saja." Akhirnya dia mengangguk dan aku tersenyum lega melihatnya.

Aku mengendarai mobilku untuk pulang kerumah, mataku melirik kearah istriku yang kini kembali terlelap. Apakah dia merasa selelah itu? Sesampainya di rumah aku yang tidak tega membangunkannya pun memilih menggendong tubuhnya memasuki area rumah, baru saja aku akan membawanya menaiki anak tangga namun dia bersuara.

"Mas, turunkan aku." Pintanya sambil memeluk leherku.

"Iya baiklah." Aku akhirnya menurunkan tubuhnya dengan perlahan.

"Istriku ini sepertinya saat ini kebo sekali ya? Sekarang jadi suka tidur." Ucapku setengah mengejeknya, tanganku mencubit pipinya pelan.

"Mas tidak suka aku yang seperti ini?" Tanyanya dengan wajah yang begitu menggemaskan ketika cemberut.

"Suka sekali, kamu terlihat sangat menggemaskan dan aku jadi menginginkanmu. Ah iya aku lupa bertanya pada dokter tadi apakah tidak apa kita melakukan itu saat istriku ini tengah hamil muda, nanti akan aku tanyakan." Pipinya memerah mendengar ucapanku.

"Mas..."

"Iya sayang, kamu duduk disofa dulu ya? Aku mau mengambil barang belanjaan dulu." Aku menuntunnya untuk duduk disofa kemudian berjalan keluar menuju mobilku berada untuk mengambil barang belanjaanku.

"Mas, apa ini tidak kebanyakan?" Tanyanya ketika aku menaruh barang belanjaan diatas meja, dia menunjuk beberapa kotak susu Ibu hamil yang baru saja aku beli.

"Aku tidak tau apa yang kamu suka, jadi aku membeli semuanya." Ujarku santai dan itu sepertinya menimbulkan kemarahannya

"Seharusnya Mas beli satu saja sudah cukup, tidak perlu banyak seperti ini. Buang-buang uang saja." Ujarnya, apa aku pernah bilang kalau istriku ini pandai berhemat? Dia lebih suka menghitung pengeluaran yang kami keluarkan untuk membeli barang-barang yang menurutnya tidak penting, selama menikah dengannya hidupku tentang mengelola uang begitu teratur karena kehadirannya. Meskipun dia kadang cerewet karena kebiasaanku yang boros namun aku bahagia bisa bersamanya, menurutku dia banyak bicara itu karena memang aku yang salah karena menghambur-hamburkan uang untuk barang yang tidak penting dibeli. Seperti saat ini aku harus pasang telinga untuk mendengar segala omelan serta ceramahan istriku yang aku anggap sebagai kasih sayang yang coba ia tunjukkan untukku.






Jadilah MakmumkuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora