Meskipun dia masih bingung, tapi melihat dia tidak sendirian mungkin sedikit meringankan beban nya. Dia mulai berfikir keras.

Sekarang [Name] berada di anime Shingeki no Kyojin yang sering di tontonnya, karena ia sudah sering menonton kecuali season 3 yang baru muncul ini, dia belum menonton beberapa bagian season itu. Jadi, kemungkinan [Name] bisa membantu beberapa orang yang berada disini.

" Nee... Eren.." panggil [Name] tetap dengan wajah datar nya. Eren menghentikan langkah nya lalu menghadap [Name].

" Nani?"

" Sekarang... tahun berapa?" tanya [Name]. Eren menekuk alisnya.

" Tentu saja tahun 845!"mendengar jawaban Eren, [Name] membulatkan mata nya. [Name] benar-benar mengingat tahun itu. Episode pertama yang ia tonton, tahun 845, Distrik Shingashina, dimana pertama kali nya... titan akan menjebol dinding Maria!!!

" Eren! Kita harus segera ke dalam dinding Rose!! Titan akan mema– " ucapan [Name] terhenti ketika sesuatu menyayat lengan nya.

BRUK!!

" [Name]!!!" Eren mendekati [Name] yang tiba-tiba terjatuh dan terdapat sayatan yang cukup besar di lengan nya.

" Sejak kapan...?!" Eren yang terkejut karena tiba-tiba lengan [Name] terluka entah karena apa langsung pergi memanggil ibunya dan Mikasa. Tak lama mereka berdua datang.

" [Name]-chan!! Daijobu?!?" ucap ibu Eren panik. Mikasa membantu [Name] berdiri sambil membersihkan luka nya dengan hati-hati dibantu ibu Eren.

" Selesai. Kenapa tiba-tiba kau terkena luka lagi?" tanya ibu Eren sambil mengelus puncak kepala [Name]. [Name] hanya membisu seperti mengatakan ' aku pun tidak tau.'

" Hati-hati ya. Kalian bertiga segeralah berangkat sekarang sebelum waktu makan malam," ucap ibu Eren sembari pergi meninggalkan mereka bertiga yang terdiam disana.

" Ikou," Mikasa menarik tangan [Name] yang tidak terluka lalu membawa nya pergi keluar sambil membawa keranjang kayu di punggung nya.

Mau tak mau [Name] juga harus ikut. Membawa kayu hingga penuh tak masalah bagi [Name], karena dia sudah terlatih melakukan banyak hal agar menjadi sempurna seperti kata orang tua dan para guru nya.

Beberapa menit kemudian, [Name], Eren, dan Mikasa merasa selesai dengan tugas mengumpulkan kayu nya dengan hasil [Name] yang lebih banyak membawa karena dia sudah terbiasa membawa yang begitu berat.

Tetapi, Eren malah tertidur di rerumputan. [Name] hanya diam dan mendudukkan dirinya di samping Eren. Manik (e/c) nya menerawang langit.

" Eren...! Eren...!" di samping itu, Mikasa membangunkan Eren pelan. [Name] tetap saja diam tak berkutik.

Dia sedang berpikir. Bagaimana ini? Apa dia akan kembali atau tidak? Darimana sebuah 'senjata tajam' dapat membuat luka di kulit putih nya? Apa dirinya disana benar-benar meninggal? Banyak pertanyaan yang diajukan di kepala [Name].

" Hah...!!" Eren bangun dari tidur nya, namun dalam keadaan lelah seperti sudah berlari satu kilometer dengan nafas memburu. Mikasa memandangnya dengan tatapan sedikit khawatir.

" Ah... [Name]... Mikasa..." Eren bangun dari duduk nya memegang kening nya.

" Mimpi apa aku tadi?" Eren bermonolog sendiri. [Name] tetap diam tak berkutik. Mikasa beranjak dari tempat nya mengambil keranjang kayu nya.

" Apa kau masih merasa di dalam mimpi?" tanya Mikasa. Dia sudah membawa keranjang kayu miliknya di punggungnya.

" Aku masih merasa dalam mimpi yang sangat panjang," jawab Eren sembari memposisikan tubuhnya menjadi posisi duduk.

" Apa yang aku mimpikan? Aku tidak mengingat nya," ucap Eren. Tangannya sibuk mengusik kelopak mata yang ingin menutup kembali. [Name] dan Mikasa mengalihkan pandangannya dan terkejut dengan apa yang mereka lihat.

" Eren, kenapa kau menangis?" tanya Mikasa masih dengan tatapan terkejutnya, namun nada suara nya tetap datar. Eren menengadahkan kepala nya melihat kedua gadis sahabat nya.

" Hah...??" Eren terbengong sendiri karena dia tak sadar bahwa ia menangis.

[Name] mengerjapkan mata nya. Dia mengingat episode pertama ini. Tapi ternyata dia tetap saja kaget untuk melihatnya meskipun wajah nya tetap datar seperti Mikasa.

" Eren... daijobu?" tanya [Name]. Eren mengangguk sebagai jawaban. Dia lalu menatap [Name] dalam. [Name] yang di tatap hanya kebingungan.

" Doushite...?" tanya [Name] kepada Eren yang menatap nya hingga menjadi tatapan tajam. Eren mengkerutkan dahi nya mendengar ucapan [Name].

" Apa maksudmu saat di rumah?" tanya Eren. [Name] kembali kebingungan. Manik (e/c) menerawang.

" Saat aku mengatakan 'sekarang tahun 845.'," bagus. Sekarang [Name] terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan [Name].

" Aku.... Hanya bermimpi buruk," jawab [Name] asal-asalan. Meskipun begitu, wajahnya senantiasa tidak mengekpresikan apapun. Mungkin karena selama di dunia nya tidak ada yang membuat dirinya bahagia?

" Apakah sangat buruk hingga seperti nyata?" tanya Mikasa yang sedaritadi berdiri.

[Name] hanya mengangguk lalu beranjak mengambil 'tas kayu' miliknya. Eren hanya mengendikkan bahu nya dan ikut mengambil 'tas kayu' miliknya juga lalu pergi kembali ke rumah.

_____________________________YouIntoShingekiWorld____________________________

" Ah! Kora! Mite! Gerbang utama terbuka! Ayo! Mikasa! [Name]!" ucap Eren sambil berlari mendekati gerbang utama.

Karena pendek, dirinya menaiki sebuah kotak untuk melihat para prajurit. Wajahnya sumringah, kedua matanya berbinar. [Name] melihatnya kasihan.

[Name] menatap Erwin yang di depan matanya. Lalu selanjutnya para prajurit yang terluka. [Name] mengerlingkan mata nya menatap Eren yang melihat para prajurit terluka dan jumlah mereka berkurang drastis.

" Mikasa, aku pulang duluan," pamit [Name]. Mikasa tersentak kecil dengan ucapan [Name], meskipun dirinya tau [Name] tidak terlalu suka tempat yang ramai.

" Um. Wakatta. Hati-hati di jalan. Jangan singgah kemana pun dan pergi pulang secepatnya," nasihat Mikasa. [Name] mendengus dengan pipi yang sedikit menggembung.

" Wakatta. Mata ne," ucap [Name] meninggalkan mereka berdua. Mikasa melambaikan tangannya. Dan melihat punggung [Name] hingga menghilang sempurna.

[Name] di perjalanan sedikit bingung. Meskipun ini terlalu tiba-tiba, tapi dia ingin mengubah jalan cerita. Dia ingin membocorkan rahasia-rahasia dari episode ke episode selanjutnya agar mereka semua selamat.

Tapi apa daya, sekali dia membicarakannya, tubuhnya akan tersayat seperti sebelumnya. Berarti, disini [Name] dapat menyelamatkan semuanya harus dengan usaha serta tenaga nya sendiri.

[Name] menoleh ke kiri, terlihat matahari yang sudah di ujung dinding tebal nan kuat itu. Dirinya menghirup nafas sebanyak-banyaknya dan menghembuskan secara pelan.

" Baiklah," ucap [Name] pada dirinya sendiri. Kini dia mempunyai tujuannya disini, yaitu menyelamatkan semuanya.

Kali ini dirinya sudah berada di depan pintu. Dibukanya pintu itu perlahan. Terlihat seorang lelaki yang sudah cukup berumur serta wanita yang juga cukup berumur. Wanita itu menoleh ke arah [Name] akibat suara derit pintu yang [Name] buka.

" Ara, okaeri, [Name]-chan," satu hal yang [Name] lupakan, bahwa dia harus berpura-pura tidak tahu.

[Name] tersenyum lembut menatap kedua pasangan tersebut. " Tadaima desu."

' Jalani saja seperti biasa.'


.


.


Tbc.

Maaf, aku tau aku kebanyakan cerita :<. Tapi aku gk tahan buat publish nya :<

You Into Shingeki WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang