Hari yang Ditunggu

488 32 2
                                    

"Maaf ya, Sayang. Gara-gara aku kamu jadi mandi lagi.". Ujarnya. Aku tersenyum.

"Iya gak papa. Itu kalo kamu berani macam-macam sama aku.". Ucapku sembari tertawa jahat. Dia menelan ludahnya. Sepertinya aku berhasil menaklukkannya.

*************

Ya, begitulah kejadiannya. Dia jadi semakin nurut sama aku. Aku hanya menggandeng tangannya saja.
"Kak, kira-kira aku menang gak ya ?". Ujar Reza. Aku melihat badan dia yang sudah kaya binaragawan saja. Badannya kaya umur 26 tahun, muka masih anak-anak.

"Pastilah, Dek. Adik kakak kan kuat dan hebat.". Dia tersenyum lalu berlari mencium pipiku. Y dan W melihatnya dengan tersenyum senang.

"Makasih ya, Kak. Kakak yang udah banyak berjasa di kehidupan aku.". Oh, kata-kata adikku sangat manis.

"Iya, Dek. Kan kamu adik kakak.". Aku membalas mencium pipinya.

"Kak W, gak mau nyium aku gitu ?". Ujar Y pada kakaknya yang tersenyum geli itu.

"Oh... Kamu mau ?". Dia mengangguk. Lalu, W mencium kedua pipi adiknya itu. Adiknya membalas juga perilakunya.

"Makasih juga buat Kak Y yang udah ngajarin aku banyak hak soal binaraga ini.". Y tersenyum bahagia.

"Sama-sama.". Kami tertawa bahagia di ruang tunggu ini.

"Seluruh peserta dimohon untuk ke belakang panggung.". Ujar pria yang sepertinya merupakan petugas di acara ini.

"Tuh, udah dipanggil. Kalian siap-siap ya.". Ujarku pada mereka.

"Doain ya...". Ujar mereka berbarengan. Kompak bener udah kaya Ibu-ibu PKK.

"Iya... Yaudah. Aku mau ke tribun penonton ya...". Mereka melambaikan tangan dan begitu juga denganku.

Aku menuju tempat penonton yang berada di depan panggung Ballroom hotel ini. Dibagian paling depan ada kursi untuk juri. Aku berusaha mencari tempat yang strategis, tapi penuh semua coeg. Aku berhimpitan dengan orang-orang yang rata-rata bertubuh kekar ini. Minder ? Enggak pernah aku merasa minder dengan tubuhku yang gendut. Toh, faktanya orang gendut memiliki peluang untuk patah tulang atau benturan organ yang sangat kecil ketika kecelakaan karena ada lemak yang melindungi. Sombong dikit bisa lah...

"Son !". Aryo menepuk pundakku sembari memanggilku di sini. Dia sebenarnya manager di hotel ini, tapi sikapnya dan prilakunya benar-benar diluar nalar kalau bertemu denganku.

"Oit. Ngapain di sini, Yo ?". Dia nyengir kuda gak jelas. Lalu, mengangkat kedua alisnya. Aku bingung dia lagi ngapain sebenarnya. Karena mendapat respon yang aneh dariku, Dia mengedipkan matanya dengan cepat. Bukan hanya satu, tapi semuanya ! Bahkan mata kakinya pun ikutan.

"Lu kremian ? (Cacingan)". Ujarku melihat tingkahnya. Dia mengetuk kepalaku dengan tangannya. Liat kan ? Manager hotel tapi KDRT (Kekerasan Dalam Ranah Teman).

"Sakit bego...". Aku meringis sakit akibat perlakuannya. Dia malah tertawa.

"Lu ngapain di sini, Markonah ?". Ujarku padanya.

"Ya gw nonton lah. Lu ngapain ?".

"Sama. Gw mah punya seseorang yang ikut di kompetisi ini. Lah elu ?". Aku menyindir dia. Muka dia kenapa jadi salah tanggap gitu ya ?

"Ya, suka-suka gw dong. Kan ini tempat kerjaan gw.". Sialan. Bener juga nih anak. Ini kan lingkungan dia kerja, jadi ya dia tuan rumahnya.

"Iya dah. Eh, lu kagak kerja emangnya ?". Ujarku saat melihat pakaiannya yang tidak seperti orang-orang di hotel. Dia cuma pake kaos oblong sama celana bahan ditambah dengan sendal jepit.

The Extra-Terrestrial (E.T.) [DONE]Where stories live. Discover now