2. Drama Patah Hati

48.9K 1.5K 30
                                    

Pintu kamar yang terbuka tanpa seizin si pemilik kamar membuyarkan konsentrasi Saba pada buku yang sedang ia baca di meja belajar. Tanpa perlu menoleh dan memastikan siapa yang berani melakukan hal lancang macam itu pun Saba sudah tahu pelakunya.

"Oma nyuruh lo turun, makan siang sama-sama katanya."

Saba tidak segera beranjak, pemuda itu masih memilih diam membelakangi Rei yang kini menunggu. Gerakan tangannya melambat saat menutup buku yang tadi ia tekuni, seolah sedang berusaha mengulur waktu untuk bisa mengajukan pertanyaan yang sejak setengah jam lalu bersarang di kepalanya.

"Dia—pulang?"

Mendapat pertanyaan ambigu seperti itu Rei sempat terdiam dan berpikir, sebelum benaknya langsung tersambung dengan apa yang Saba maksud dengan pasti.

"Kak Arya maksud lo?"

Saba mengangguk kaku. "Gue dengar suara mobil masuk garasi setengah jam lalu."

"Hem, Kak Arya pulang tadi pagi, tapi karena ada urusan di kantor makanya baru sampe rumah," jelas Rei ragu. Ia tahu betul topik ini adalah topik yang paling Saba benci, tapi bukan sesuatu yang bisa pemuda itu hindari.

"Lo nggak apa-apa?"

Tidak ada jawaban dari Saba, selain gerakannya yang bangkit dari kursi lantas berjalan melewati Rei meninggalkan kamar pribadinya. Melihat punggung Saba dari belakang membuat Rei menghela napas panjang. Ia merasa tidak pernah bisa membantu apa-apa ketika kemelut pikiran sepupunya itu overload seperti saat ini. Pada akhirnya Rei hanya mengikuti langkah Saba menuruni tangga dalam diam.

Ketika menginjakan kaki di ruang makan, Saba disambut senyum hangat Oma yang kini menjadi orangtua satu-satunya yang ia dan kakaknya—Arya miliki. Oma menepuk kursi di sampingnya, mempersilakan Saba duduk di sana. Begitu pun dengan Rei yang duduk di samping Saba.

"Sejak kalian kembali bulan lalu kita jarang sekali makan sama-sama. Sepertinya kegiatan sekolah dan kuliah kalian banyak sekali ya?"

"Iya nih, Oma. Apalagi ini udah tahun kedua Rei di kampus, belum lagi harus adaptasi sama kampus baru."

"Maaf ya, Rei. Oma maksa kalian pulang dan malah bikin repot kamu karena harus pindah kampus segala," sesal Oma.

Rei menggeleng yakin. "Justru Rei seneng, karena jarang banget Saba mau disuruh pulang, apalagi alasan pulang kali ini untuk tinggal. Setelah bertahun-tahun berkelana di negeri orang."

Oma tersenyum hangat menyambut ucapan Rei yang melegakan sedikit rasa bersalahnya. Lantas beralih menatap Saba. "Kalau kamu? Gimana sekolahnya? Menyenangkan?"

Saba hanya mengangguk sebagai jawaban, dan hal itu cukup untuk membuat Oma tersenyum. Setidaknya cucu bungsunya itu merespon apa yang ia katakan, dan itu sudah cukup membuat Oma senang melihatnya.

"Kamu itu terlalu lama tinggal di luar negeri, Sa. Sampai asing sama negeri sendiri," Oma meletakan piring berisi lauk pauk yang disiapkannya di hadapan Saba, mengambil piring kosong Rei sebagai gantinya.

Saat itulah Arya masuk ke ruang makan tempat Oma, Saba, dan Rei berada. Mengedarkan pandangannya pada semua objek di ruangan itu, tapi ketika matanya mengarah pada Saba yang berada di samping Oma, pria itu langsung merubah tatapan hangatnya menjadi sedingin es antartika.

"Arya, ayo kita makan sama-sama," ajak Oma terdengar riang. Jarang sekali suasana rumah itu ramai seperti hari ini. Belum lagi semua cucunya berkumpul di tempat yang sama, setelah bertahun-tahun mereka selalu berusaha menghindar satu sama lain.

DAMN! It's You?!! [TRILOGI "YOU" BOOK 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang