[Pengirim Surat]

18 3 0
                                    

Aturan membaca : MENGHARGAI CERITA SAYA


Enjoy















"Buta atau tuli?" berbarengan dengan jatuhnya tiga helai daun pohon apel yang dijatuhkan angin, Felix bertanya pada sahabatnya, iya memberi dua pilihan itu setelah membaca setengah dari buku ditanganya. Mereka dibawah pohon halaman sekolah saat ini.

Tapi Felisya sedang jatuh, jatuh yang teramat sangat. Jatuh seluruh desiran darahnya sampai pada titik getaran ringan. Sebelumnya ia tak pernah sejatuh ini pada buku, tak pernah darahnya dibuat berdesir bagai melihat hantu.

Baru kali ini ia dibuat bergetar oleh sebuah buku. Di hari yang cukup panas tapi terasa dingin itu Felisya menumpukan seluruh jiwa raganya pada buku ditangannya. Tak peduli angin yang sudah mondar-mandir sejak 20 menit yang lalu bisa membuatnya masuk angin. Tak peduli suaranya yang kencang itu bisa membuat telinganya sakit.

Tak peduli individu disampingnya sibuk menutup telinga saking kencangnya suara angin musim panas kali ini.

Sebenarnya kemana perginya roh Felisya?


   ---




"Jadi, pilih apa Felis?" mencoba bertanya lagi, kini keduanya sudah dikelas dihadapan tempat duduk yang belum mereka duduki.

Felisya mengerinyit, "Pilih apaan?"

Felix menghembuskan nafasnya, ternyata benar dugaannya roh sahabatnya sempat pergi tadi, makanya suara angin yang kencangnya teramat sangat saja tak dirasakan Felisya.

"Kamu pilih apa. Buta atau tuli?"

Felisya bingung, untuk apa Felix menanyakan hal begitu

"Kamu baca buku apa, jadi aneh gini"

Felix hampir tak percaya sahabatnya ini tidak sadar diri sekali. Dirinya lebih aneh saat baca buku tadi.

Daripada lelah terus bertanya pada sahabatnya yang kelewat tiak sadar diri, ada yang lebih menarik. Dari ekor matanya, Felix menangkap benda tipis seputih gading dilaci meja Felisya. Surat kah, sepertinya begitu.

Felix mengambilnya, lalu mengulurkannya pada sang pemilik laci meja. "Punya mu Felis?"

Felisya terdiam, mencoba mengingat apa dirinya punya barang seperti itu. Tapi diingat-ingat pun ia tak punya buku dengan kertas berwarna itu. Felisya menggelengkan kepala, ia yakin itu bukan miliknya.

Respon Felix diluar dugaan, ia tak meributkan milik siapa benda itu. Felix malah menaruhnya kembali ke semula. Tampak tenang saja ekspresi nya seperti ada yang diketahui, tampak ada yang dimengerti, sehingga meributkannya adalah tindakan yang tidak perlu.

Tingkah nya jadi santai, duduk dengan tenang tak rusuh seperti biasanya, auranya seolah mengatakan

itu hanya untuk kamu, status nya rahasia.

Yang jadi pertanyaan Felisya sekarang surat ini untuknya? Dari siapa?


---





~Guten abend~

+49 301644600

Felisya, hubungi saya ya

Saya tunggu





Serangakaian kata digenggaman Felisya, masih tentang surat misterius yang isinya konyol dan membingungkan, setidaknya itu penilaiannya. Walau tak menghasilkan pujian barang sedikit untuk si penulis, tindakannya menilai merupakan langkah lanjutan setelah membaca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia Dua TelingaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang