Whutt whutt whutt whutt
"Kak, sekarang musim apa?" Lewat helaan pendeknya, pemuda itu mengalihkan pandangannya, gerakan dari bawah keatas. Dari menunduk menjadi lurus horizontal, masih dalam proses menumpukan atensinya pada seorang gadis yang masih menunduk penuh pada bukunya, persis dirinya dua puluh empat detik yang lalu.
Pada detik ke dua puluh lima, gadis itu mendongak, menatap binar serius adiknya. Kemudian melepas kaca matanya, menyuap udara. "Hey, apa kau mati rasa? di luar jelas panas masih bertanya"
Pemuda itu merotasikan matanya, bersiap berbicara lagi, "Pertama, aku tidak mati rasa kak kedua, aku tau memang musim panas, ketiga, aku bukan menanyakan musim Indonesia keempat, sejak kapan otak jeniusmu ini jadi pikun?".
Sang gadis manggut-manggut tanda paham, lalu menatap kembali manusia di depannya sambil menyengir. "Aku lupa soal itu, hehe"
Jika sudah begini, acara membaca buku keduanya selesai sudah. Mereka akan terbuai dengan obrolan serius nan panjang, bisa sampai 2 jam.
Sederhana, sebuah kalimat yang membutuhkan penjelasan panjang nan jelas. Jika digoreskan tinta maka kau akan bertemu tanda melengkung dengan titik dibawahnya.
Pun jika di lahirkan dari keyboard atau mesin tik kuno, kau akan berjumpa dengannya, letaknya pasti disebelah kanan kalimat, penghujung, penutup.
Pertanyaan namanya
Tidak ada yang aneh memang, tapi kumpulan kata itulah yang menyatukan pikiran keduanya.
Apalagi jika yang mengutarakannya sang pemuda.
"Kenapa, memangnya ada suara aneh dari sana?" sambil menaruh buku bersampul putihnya ke atas meja, sang gadis bertanya.
"Nggak aneh sih sebenernya, tapi suara anginnya kenceng banget," setelahnya ia melepas kacamata bacanya, acara membacanya benar-benar selesai.
Sang gadis diam sejenak, menciptakan jeda antara keduannya, tapi keduanya tetap diam, mereka faham, mereka sedang sama-sama berpikir. "Apa sekencang puting beliung Ra?"
Si adam menggeleng, membuat lawan bicaranya mengernyit. "Nggak ko, lagipula barusan tanya google, disana musim panas sekarang"
"Ah, aku baru ingat Ra, sekarang Juli kan, disana emang musim panas" sambil menepuk kedua tangannya spontan gadis itu berucap, cukup mengejutkan pemuda yang berstatus sebagai adiknya itu.
Masih dengan sisa-sisa keterkejutannya, Ia mengelus dada "Ngagetin banget njir".
Kini kakaknya yang dibuat terkejut, kelopak matanya yang membesar tiba-tiba itu, cukup menggambarkan bahwa kakak-nya terkejut, "Language plies"
"Bodo amat, wlee". Selanjutnya ia ambil buku dan kacamatanya, berniat membawa mereka ke kamarnya.
Tumben, dibandingkan sebelum-sebelumnya obrolan serius mereka cukup singkat, bahkan sangat singkat, tidak sampai 2 jam seperti biasanya.
YOU ARE READING
Rahasia Dua Telinga
Teen FictionAku bisa melihat sebuah negara Aku melihat semuanya, sekalipun bagian yang kecil Negara itu adalah Jerman Tapi aku tidak melihat-nya dengan mata Melainkan- Dengan dua telingaku.