Bab II

92 31 13
                                    

🎼🎹🎹

🎹

🎼Oneul neoege hago sipeun
Hari ini, ada yang ingin kusampaikan padamu
🎼Moshaetdeon hal mari namaisseo
Sesuatu yang tidak bisa kusampaikan sebelumnya

"Erita, tunggu!" teriakku saat itu di tengah hujan salju, tentu saja aku kedinginan, tapi saat itu adalah satu-satunya kesempatan bagiku, harapan terakhirku. "Tolong datang ke final-ku besok!"

Memalukan memang, meminta di tengah hujan salju, seperti tidak ada waktu lagi, tapi memang bagiku tak ada waktu lagi, waktu tambahan pun mustahil untuk didapat.

"Eum!" Dia mengangguk dengan penuh semangat, ditambah senyum manisnya itu membuat hujan salju ini mulai mereda, hangat rasanya, itu yang dapat aku lihat. "Pasti! Pastikan kau memainkan musik yang aku pinta itu!" Dia mulai lagi cengar-cengir khasnya dengan jarinya yang membentuk V alias peace, tapi yang dia maksud adalah permohonan.

Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman tipis, aku sungguh tak berdaya, tak bisa memainkan apa yang dia pinta, karena bagiku tak ada Kebahagiaan Cinta karya Kreisler, hanya ada Kesedihan Cinta karya Kreisler.

Saat ini, aku berjalan di atas panggung dunia, satu perangkat piano menungguku di sana. Dan itu menjadi alasan bagiku untuk menunjukkan sesuatu padanya, dan aku harap itu tersampaikan padanya.

🎼Kkok utji anhado haengbokhaesseo
Aku bahagia meskipun aku tidak banyak tersenyum
🎼Jeogeodo naegen sojunghan gieogin geol
Itu setidaknya kenangan yang berharga bagiku

Aku mulai tersenyum di tengah banyaknya penonton perlombaan ini, memberi salam pada mereka terutama juri, takkan pernah aku lewati. Menyedihkannya, aku tak pernah memberikan senyum tulus pada penonton, karena aku juga tahu bermacam-macam sifat penonton, dan banyak yang aku tak suka.

🎼Meoreojilkka bwa sarajilkka bwa
Dalam hal kau semakin menjauh, dalam hal kau menghilang
🎼Mot boncheokhamyeo nuneul gamatgo
Aku berpura-pura tidak melihat dan menutup mataku

Di tengah penonton itu, aku tahu dia datang, dan dia nyata berada di panggung yang sama denganku, aku tanpa sadar tersenyum dengan senyuman yang berbeda. Mataku menangkap mata berbinarnya, namun aku lebih ingin menangkap suaranya dengan telingaku tanpa mendengar suara apapun lagi, termasuk piano.

🎼Na anin dareun saranghaneun neol
Kau jatuh cinta pada orang lain
🎼Geujeo nae yeopeseo jonjaehal su itgiman baraesseo
Tapi aku hanya ingin kau tetap berada di sisiku

Kedua mataku yang melihatnya kala itu ingin segera beralih dari sana, mereka tak kuat melihatnya lagi untuk kesekian kalinya. Aku tahu dari awal, dia pasti tak akan datang sendiri, melainkan datang dengan orang yang dia sukai, teman semasa kecilku.

Cerita klise di mana kau menyukai gadis yang telah menjadi milik sahabatmu, dan bahkan dirimu tak mau mengalah. Huft, hidupku ini cukup menjadi cerita klise pada umumnya.

Seperti keinginan mataku, diriku segera beranjak, dan seketika suara dari mulut penonton dan juri mulai bergumam.

"Dia pendatang baru yang melejit itu, kan?"

"Memulai menjadi pianis saat kelas satu SMA sekarang, dan lihat dia bahkan bisa mencapai final nasional."

Jujur saja, semasa aku berada di Sekolah Dasar, aku lebih sering menghabiskan waktu bersama piano, dan saat itu juga aku tak ingin ikut lomba apapun. Yang menyadarkanku untuk ikut perlombaan adalah perasaanku kepadanya satu tahun terakhir ini, rasa itu terus mendorongku, hingga mencapai persimpangan jalan di perlombaan ini.

🎼Haru mankeumssik meoreojyeo gatgo
Hari demi hari, kau semakin jauh
🎼Tteonatjiman ajik hal maldeuri
Lalu kau pergi tapi

Ku duduk di hadapan para tuts putih dan hitam, mereka membuatku gugup karena takut salah tekan, tapi ketakutan itu justru terendam oleh keegoisan perasaanku, aku akan memulai permainan ini.

🎼Tteugeopge neoreul bureunda
Aku masih memiliki sesuatu yang ingin kukatakan
🎼Geu nuguboda areumdaun neol
Jadi aku dengan hangat memanggilmu

Ini adalah kebiasaanku sebelum memulainya, kebiasaan yang selalu dikira panjatan do'a. "Ballade No. 1 in G Minor Op. 23. Chopin, rasukilah diriku yang paling dalam, sampaikan pesanku padanya," gumamku seraya memejamkan mata dan jariku mulai memainkannya.

🎼🎹🎹

Beautiful LiarWhere stories live. Discover now