O7

630 138 11
                                    



kalau aku bisa tulikan telinga, mungkin semenjak kali pertama orang-orang terdekat menanyakan entitasmu, aku sudah lakukan itu. nyatanya aku bohong jika tidak selipkan biru saat labiumku bertutur perihal dirimu. perihal masing-masing dari kita yang telah mengurai jarak.

sebab, aku dusta jika detik ini mendeklarasikan bahwa aku telah melupa. bahwa aku telah menekan format pada kenangan kita.

semuanya masih perlukan waktu untuk sekadar mengikhlaskan. bahkan, ketika semesta semakin menegaskan garis sekat yang membentang di antara kita.

sore hari, kala senja mengungkung praja, aku tersandung kabar yang membuat senyumku meluntur. respirasiku jelas terganggu kala tawanya bergaung merdu pada ruang kosong yang pernah ia singgahi.

tangan yang dulu sempat menggenggam segenap sepuluh jemariku, kini telah berpindah pada jari-jari puan jelita di sampingmu. begitu erat. hingga aku di sini merasa sesak dan tercekat.

aku tersenyum paksa, meremat beberapa kertas kesedihan yang sudah waktunya kubuang bersama kepingan masa lalu.

ternyata melupakan semuanya semudah itu, ya?

aku iri kenapa ia bisa sedang aku belum.

bukannya semesta sudah kasih jalan dengan patahkan harapan?

ternyata mengubur asa hampa hidup-hidup tidak semudah yang dibayangkan.






selepas usaiWhere stories live. Discover now