.: dua puluh lima :.

1.9K 206 16
                                    

Happy Reading!!!^^





"Mau ngelamun sampe kapan?" Winwin menatap adiknya yang ada di sebelahnya.

"Gue gak mau sekolah." Kata Ara dengan tatapan kosong ke depan.

Winwin menghela napas. Mobilnya kini sudah ada di depan sekolah Ara. Sayang sekali kan sudah sampai begini tapi si bungsu tidak mau sekolah.

"Kim Ara," Winwin beralih mengelus surai adiknya itu. Mendengar suara rendah kakaknya membuat Ara tidak bisa membendung air matanya lagi.

"Gue gak mau ketemu Pak Taeyong." Ara menunduk dan menangis. Membiarkan rambutnya terjuntai menutupi wajahnya yang kacau.

"Sekolah ya?" Ara menggeleng membuat Winwin kembali menghembuskan napasnya pelan.

"Sekolah lebih penting dari pada Taeyong itu. Lo pengen masuk kampus Jaehyun juga, kan?"

"Abaikan apapun tentang Taeyong, kecuali materi yang dia jelasin. Oke?" Sambung Winwin.

"Gue tau lo kuat, gue percaya lo bisa ngadepin ini semua. Because you're my strongest lil sister, ever." Perlahan Ara menghentikan acara menangisnya. Senyuman terukir di wajah Winwin, kemudian ia memeluk adiknya yang satu ini.

Memangnya yang mana lagi adiknya selain Kim Ara si cengeng ini?

Jari tangan Winwin bergerak mengusap lembut pipi dan mata Ara, menghilangkan jejak air mata walau tidak semua.

"Hurry up! It's 6.30 am! Nanti lo telat," Ara mengangguk pelan. Sebelum ia keluar dari mobil, dipeluknya Winwin sekali lagi.

"Thankyou, big bro." Ara mencium pipi Winwin lalu segera masuk ke area sekolah.

Saat ini yang paling Ara takuti. Mata pelajaran matematika, sudah pasti pengajarnya Lee Taeyong. Memang nya siapa lagi?

Baru 15 menit pelajaran berlangsung tapi Ara sudah benar-benar tidak fokus. Mendengar suara Taeyong membuatnya frustasi sendiri.

Ia juga berusaha untuk tidak menatap Taeyong sama sekali barang sejengkal pun.

Bahkan sesekali ia meremat rambut dan telinganya sambil memejamkan mata agar bisa fokus. Ara benar-benar gila sepertinya.

Tiba-tiba sepasang airpods bertengger di kedua telinganya. Menyalurkan sebuah musik klasik yang terdengar menenangkan.

Ara menoleh ke belakang dan terlihat Jeno yang tengah tersenyum sambil menunjukkan ponselnya yang menyetel lagu klasik itu.

"Tulis materi di papan aja, gak usah di dengerin. Nanti gue jelasin," kata Jeno tanpa suara. Membuat Ara menaikkan kedua sudut bibirnya.

Seperti kata Jeno, ia menulis materi yang ada di papan. Dan tentunya mencoba untuk tidak melihat Taeyong. Yah walaupun tadi sempat berkontak mata sebentar tapi Ara langsung memutuskan untuk kembali menulis.

Ia tidak mau menangis didepan cowok itu. Tidak sudi!

Lagu ini membuat hatinya benar-benar tenang. Sungguh ia harus berterima kasih pada Jeno.

Ara terus menulis sampai tidak sadar kalau Taeyong dari tadi memperhatikan nya.

Pip pip

Jam tangan Taeyong berbunyi. Walau tidak kencang tapi itu sukses membuat cowok Lee itu tersadar dari lamunan nya.

"Materi kita lanjut di pertemuan selanjutnya. Selamat pagi." Kemudian Taeyong pergi dengan beberapa buku di tangan nya.

Ara menutup bukunya lalu mengadahkan kepala nya. Matanya sedikit menyipit, tangan nya terulur untuk melepas airpods yang bertengger di kedua telinga nya.

[✔]My Teacher My Boyfie | Lee TaeyongWhere stories live. Discover now