****




Air hujan itu benar-benar menghapus air matanya, ada rasa sesak yang menjalar di hatinya kala dia melihat lagi bagaimana gadisnya yang tengah bercumbu mesra dengan orang lain.

Ah bahkan, pemuda itu teman Yoongi sendiri. Rasanya ingin sekali marah, tapi dia tak bisa. Dia hanya memandang kecewa ke arah dua orang itu, dengan dia sendiri yang tengah berdiri di derasnya air hujan.

Janji yang pernah dia ucap, rupanya hanya pemanis saja. Karena terbukti, sekarang dia berkhianat lagi. Dan Yoongi, dia akhirnya akan buat tekad. Bahwa akan putuskan gadisnya secepat mungkin, tapi entah itu kapan.

Menghela nafas, kepalanya menunduk dengan tangan yang meremat erat baju bagian depan tepat di dada bagian kiri. Air matanya mengalir begitu deras, bersamaan dengan air hujan yang membasahi tubuhnya.

Pandangannya mulai mengabur, akibat air matanya. "Hiks... kau.. Tidak berubah. Aku kecewa denganmu. Hiks... " Racaunya, dengan masih asik berdiri di sana. Demi sumpah, Yoongi benar-benar kecewa sekarang.

Bagaimana tidak? Dia rela hujan-hujanan untuk menemui gadisnya yang dua jam lalu, meminta di temani dirinya membeli sebuah buku, tapi nyatanya, dia menemukan sebuah adegan yang tak ingin dia lihat.

Saat tengah asik dengan pikirannya, sebuah payung hinggap di atas kepalanya. Dia mendongak, tatap payung itu sendu. Kepalanya menengok ke kanan, dan tahu siapa pelakunya.

"Taehyung." Gumamnya, dan ya Yoongi bersyukur pemuda itu datang di waktu yang tepat. Ada sebuah senyum tipis terulas pada wajah tampan sahabatnya.

"Kenapa bermain hujan? Nanti sakit Hyung, aku tak mau kau sakit." Katanya.

Yoongi tersenyum, ada rasa senang di hatinya saat ada orang lain selain keluarganya khawatir dengan dirinya. Mendongak, dan tatap Taehyung dengan mata sembab.

"Hei, kau menangis ya Hyung?"

"Hiks... tidak kok,"

"Aku tak yakin, kau bahkan tadi segu. Ayo pergi." Ajak Taehyung, dan membawa Yoongi masuk dalam lingkup payungnya.

Tapi saat berbelok, matanya beralih menatap jauh didepan sana. Ada seorang gadis dan seorang pemuda yang Taehyung kenal, dan dia yakin Yoongi tengah patah hati sekarang.

Taehyung menghela nafas lagi, lalu kemudian dia tuntun Yoongi ke arah kedai minuman hangat. Meski hujan, kedai itu masih buka. Walau terlihat sepi.

Lonceng berbunyi saat mereka masuk, di sambut dengan senyuman manis dan mereka memilih tempat duduk yang lebih masuk ke dalam.

Tepat samping jendela besar, yang menayangkan hujan deras di luar sana. Dan Taehyung berdecak melihat Yoongi yang masih menundukan kepalanya, dengan selalu memainkan bajunya untuk di remat.

"Hyung, apa yang terjadi?" Pada akhirnya, Yoongi dongakan kepala. Matanya berkaca-kaca menatap Taehyung, dengan bibir yang bergetar. Tapi tetap saja, dia bungkam. Tak mau jujur padanya.

Setelah itu, Taehyung berikan senyum lalu anggukkan kepalanya dua kali. "Oke, tak apa kalau Hyung tak mau cerita."




****



Malam harinya, Yoongi benar-benar kacau. Dia mabuk, karena dia tak mau minum minuman penghangat tubuhnya. Dan pada akhirnya, dia meminum beer. Buat kepalanya terasa sangat berputar.

Ah ingatkan Taehyung, meski Yoongi tak langsung bisa mabuk, tapi tetap saja. Lima botol beer langsung dia tenggak, tak juga gunakan gelas. Tak peduli juga dengan sekitar. Buat tubuh kurus itu terkulai lemas di atas meja.

Taehyung meringis, karena sejak tadi juga Yoongi meracau terus menerus. Buat pemilik kedai datang mendekat, menyarankan agar temannya dibawa masuk saja. Karena di kedai itu tersedia kamar kecil untuk pengunjung yang datang dari jauh, tapi Taehyung menolak dengan gelengkan kepalanya dan beri senyuman manis.

"Tak usah Imo, terima kasih. Akan saya bawa pulang saja."

"Benarkah? Tapi sepertinya dia mabuk berat, lihatlah dia sudah tak sadarkan diri."

"Tak perlu Imo, terima kasih." Sekali lagi, Taehyung menolaknya dengan halus. Pasang senyum, dan permisi untuk pulang.

Dengan telaten, dia bawa Yoongi dalam gendongan punggungnya. Berusaha agar Yoongi sampai tak jatuh, dan rasanya itu luar biasa. Meski tubuhnya kecil, tapi berat badannya jangan ditanya.

Taehyung sendiri sampai terengah, meski baru beberapa langkah keluar dari kedai itu. Berhenti sebentar, lalu atur nafas lebih dulu.

Sejenak Taehyung berfikir, apa Yoongi harus bawa pulang saja? Tapi dia tak mau dapat pertanyaan aneh-aneh dari ibunya dan ibu Yoongi. Lantas dia harus bawa Yoongi kemana?

"Ah, aku tahu. Huh, kenapa baru kepikiran. Ya aku akan bawa dia kesana saja, sekalian aku akan istirahat di sana."

Taehyung langkahkan kakinya dengan tergesa, dia melewati halte bus yang mengarah ke arah rumahnya. Justru, dia melangkahkan kakinya ke arah halte bus yang bertujuan ke arah berlawanan.

Tepat saat sampai di tempat tujuan, dia tekan beberapa digit disana. Pintu terbuka, dan udara dari dalam menyeruak ke arah wajahnya.

Senyumnya terpatri, masih sama seperti dulu. Dan masih terasa nyaman baginya, kemudian langkah kakinya membawanya ke arah kamar. Buka kamar dengan sedikit kesusahan, tapi berhasil juga.

Setelah itu dia letakan Yoongi di atas kasur empuk itu, pun juga dirinya. Ikut baringkan tubuhnya di sana. "Kau... berat sekali Hyung, huh."

Dia bangkit, saat sudah merasa lebih enakan. Dia duduk, dan pandangi Yoongi dengan tatapan yang sulit di artikan.

Cup

Dia daratkan satu ciuman di kening Yoongi, dan

Cup

Satu kecupan di bibir pucat itu, kemudian Taehyung tersenyum. Lalu beranjak pergi ke kamar mandi. Melupakan Yoongi yang rupanya tadi sempat buka matanya, dan terkejut saat Taehyung cium bibirnya.

"Bodoh."

Tebece

Makasih yang udah baca,

Jangan lupa, coment dan votenya ya... 👍😄

𝙿𝚘𝚜𝚜𝚎𝚜𝚜𝚒𝚟𝚎 (𝘣𝘰𝘺)𝙁𝙧𝙞𝙚𝙣𝙙 (Complete)✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora