"Kamu lebih suka mana? Kopi atau teh?." Tanyaku.
"Aku lebih suka kamu, kamu bisa jadi pahit dan manis sekaligus yang aku suka, dan tempat paling tenang yang aku damba. Bagiku, sejak ada kamu, aku tak perlu kopi untuk menghangatkan ataupun menghilangkan beban-beban yang hinggap dalam kepalaku, Mil."
"Kamu terlalu banyak bicara, Ru!." Timpalku.
"Tidak juga, denganmu aku mampu berbicara sebanyak dan semauku, apapun tentang dan bersamamu aku suka." Jawabnya dengan senyum yang enggan meninggalkan wajah manisnya.Simil
YOU ARE READING
PADA JINGGA-JINGGA TANPA DUSTA
RandomKita yang sepi namun ramai oleh isi kepala sendiri. Tidak apa, kita cuma manusia yang wajar ketika tak harus baik-baik saja.