*
Aku kembali menelaah pemaparan Mbak Vira soal Lili tadi saat di dalam mobil. Tanda tanya besar menggantung dalam benak. Benarkan Lili seperti demikian? Ah, entahlah yang pasti aku tidak ingin cepat menyimpulkan.

Perkuliahan usai. Sebelum keluar kelas Lili mendekat minta diantar pergi ke suatu tempat. Kali ini aku enggan menuruti. Beralasan cepat ingin pulang karena bersama Mbak Vira.

Lili nampak sebal mendengar alasanku akan ajakannya yang kutolak.

"Kamu beneran nggak mau antar aku?" Lagi tanyanya dengan suara khasnya, manja.

"Pulang antar Mbak Vira, aku mau cek lokasi untuk penempatan cabang bengkel. Jadi maaf Li, aku nggak bisa antar kamu."

"Kamu sekarang berubah Dika!"

"Berubah apanya? Aku tetap Dika yang dulu," jawabku bergegas pergi meninggalkan Lili yang masih memohon minta diantar pergi.

"Jadi karena janda itu kamu rela jauhin aku!" ucapan Lili kali ini menghentikan langkahku.

Aku berbalik badan menatapnya tajam, "Jaga mulutmu Li, Aku hanya menjalankan janjiku untuk menjaganya."

"Lalu dengan janjiku kau abai?!" Kali ini Lili berucap lebih keras. Membuat mahasiswa lainya menatap kami penuh selidik, kepo.

Aku kembali mendekat, masih dengan tatapan tajam menghunus netranya.

"Aku nggak pernah mengingkari sebuah janji, dan janji kita setelah lulus nanti. Itu pun jika kamu benar-benar tidak menghianati."

Aku bergegas pergi, meninggalkan Lili yang terdengar prustasi dengan umpatan yang ia teriaki.

Kubaikan sikap Lili yang mengundang puluhan pasang mata menatapnya, risih. Aku tidak peduli. Sekarang aku hanya perlu tahu tentang Lili.

*

Menunggu beberapa saat dalam mobil Mbak Vira belum juga terlihat. Masa iya dia lupa kalau kita akan pulang bersama? Atau sedang diganggu dosen nyebelin itu.

Menghilangkan bosan menunggu Mbak Vira, menyalakan musik dalam mobil. Sesaat hanyut dalam lagu yang mengalun merdu dari grup band Langit Sore - Rumit.

Lelah dengan harapan
Kau tak mungkin ku dapatkan
Tentang perasaan tak bisa di paksakan
Aku ingin kamu
Tapi kau tak mau
Jangan jangan paksa aku
Untuk membencimu
Memahami hatimu
Tak akan cukup usiaku
Sementara rindu ini
Semakin menusuk dadaku
Ternyata perasaanmu padaku
Biasa biasa saja

Cinta itu sederhana
Yang rumit itu kamu
Mencintaimu itu mudah
Yang sulit adalah
Membuatmu juga mencintaiku

Larut dalam lagu yang mengalun merdu, yang seolah-olah menggambarkan isi hatiku soal perasaan aneh akan Mbak Vira. Mataku, menangkap dua mahluk yang sangat kukenal. Mereka terlihat bergesa masuk ke mobil yang langsung melesat meninggalkan parkiran kampus.

Robi dan Lili, ada apa dengan mereka?

Lamunanku dibuyarkan dengan Mbak Vira yang sudah masuk dan duduk di sebelahku. Kutanya kenapa lama, dia hanya menggelang pelan menampakkan wajah lelah enggan untuk menjawab.

Aku mengerti, tanpa memedulikan wajahnya yang ditekuk muram. Langsung menjalankan mobil. Namun, kemudian terdengar pintu kaca diketuk seseorang. Ternyata Pak Alif yang tersenyum ke arah Mbak Vira menyodorkan bungkusan paper bag yang katanya untuk Almira.

Mendengar ucapanku, Mbak Vira lagi menggeleng pelan. Tak kupedulikan wajah menyebalkan Pak Alif yang juga terkejut akan ucapanku untuk tidak terus menerus membawakan mainan buat Almira.

Sepanjang jalan hanya hening yang tercipta. Kemudian suara Mbak Vira membuatku tersenyum masam. Mbak Vira nggak peka, kalau pria arab itu suka padanya.

Dia kembali bertanya padaku, soal sikapku yang cemburu. Iya jelas aku cemburu. Apa selama ini perhatianku tidak pernah ia tahu.

Aku menarik napas dalam, mencoba mengungkapkan perasaan yang sulit sekali kuartikan. Entah ini rasa sayang atau tanggung jawab untuk menepati janji kepada mendiang Bang Dito.

"Jika daun yang jatuh saja tidak pernah membenci angin. Lalu pantaskan manusia merutuki takdir? Percayalah Mbak, akulah takdirmu."

Mbak Vira hanya terdiam mata bulatnya terus fokus menatap ke luar jendela. Entah apa yang ia pikirkan, yang jelas ucapanku tidaklah dianggap. Aku memejamkan mata, mengatur napas yang terasa sesak.

Tanpa terasa mobil sudah sampai ke rumah yang selalu kurindukan. Segala kenangan indah tercipta dalam rumah asri berlantai dua ini. Hatiku masih terus diliputi kebimbangan.

Berhenti tepat dalam garasi. Mbak Vira langsung membuka pintu mobil meninggalkan aku sendiri. Maaf Bang, sepertinya aku tidak akan bisa menepati janji.

Aku mengikuti langkah Mbak Vira. Menatap ujung belakang hijabnya yang bergerak.

"Mbak, bulan depan aku akan melamar Lili," ucapku yang seketika menghentikan langkah Mbak Vira, wanita ini langsung saja membalikkan badan menatapku tak percaya.

Aku harus apa?

MENIKAHI KAKAK IPAR Where stories live. Discover now